Bab 22 : This Doubt

970 20 0
                                    

Pria itu kini berdiri diatas rooftop gedung kantor. Di tangannya terlihat sebatang rokok yang menyala, menghasilkan atap tipis yang terangkat perlahan ke udara. Langit di sekitarnya terlihat bewarna biru terang, dengan sinar matahari sore yang memancar di balik gedung-gedung perkotaan yang menjulang tinggi.

Angin berhembus pelan, membuat beberapa helai rambutnya bergerak lembut. Jeffrey terlihat tenang di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan. Sesekali Ia memandangi jalananan yang sibuk. Mobil-mobil yang berlalu lalang dibawahnya.

"Hei" Sapa seorang pria yang tak lain adalah Pedro.

Jeffrey menoleh ke arah sumber suara itu sekilas. Lalu, Ia kembali memandangi gedunggedung di depannya. Pedro berdiri di samping Jeffrey. Ia juga mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.

"Bukankah dia akan berulang tahun?" Tanyanya. Jeffrey mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

"Pasti berat bagimu. Aku bisa mengerti perasaanmu" Ucap Pedro sambil menghisap rokoknya.

"Aku benar-benar tidak mengerti saat itu. Kukira kau sudah tau rencana ini" Ucapnya.

"Aku sangat mencintainya, Pedro" Ucap Jeffrey menundukkan kepalanya. "Sialan.."

"Pasti bingung bagimu untuk memilih, bukan? Kita sudah sampai sejauh ini" Ucapnya.

"Aku hanya sedikit ragu. Aku khawatir jika dia akan membenciku setelah mengetahui semua ini" Ucap Jeffrey menatap Pedro dengan mata yang memerah.

"Kau harus meyakinkannya jika dia memang benar membencimu. Tapi, aku yakin gadis itu tidak akan semudah itu membencimu"

"Menikahlah dengannya setelah semua usai" Ucap Pedro sambil menikmati angin yang menerpa wajahnya.

"Aku yakin Kenza bisa mengerti situasimu. Kau harus menjelaskan padanya saat dia tau yang sebenarnya"

Jeffrey menghirup asap rokoknya secara perlahan, menenangkan hatinya. Kini pikirannya benar-benar kacau. Pikirannya dipenuhi oleh gadis itu. Rasanya sangat berat untuk Ia pikul sendirian.

"Aku akan mengabarimu jika dokumen palsu itu sudah selesai. Orlan akan mengurusnya ke lembaga keuangan agar pinjamannya segera disetujui"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Pedro segera membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Jeffrey yang masih berdiri disana.

"Ah ya satu lagi" Ucapnya setengah membalikkan badannya menatap punggung Jeffrey.

"Jika Sarah sudah membuat persetujuan dengan Robert. Kita perlu mengadakan pertemuan dengan investor lainnya. Dan kita perlu Robert agar bisa menjadi pengaruh bagi investor lain. Aku sebagai investor juga akan ikut mempengaruhi Robert"

"Kau yang akan memimpin jalannya nanti"

Jeffrey menghela napas mendengar perkataannya. Ia tidak yakin dengan rencana ini. Terlebih, pada gadisnya itu. Ia khawatir jika Kenza akan kecewa padanya. Pasti Ia akan kecewa.

Setelah menghabiskan 1 bungkus rokoknya. Jeffrey melihat jam yang menunjukkan bahwa hari sudah mulai sore. Ia menatap langit yang tiba-tiba saja mendung. Segera, Ia melangkahkan kakinya kembali ke ruangan itu.

"Sudah selesai merokok?" Tanya Sarah saat melihat Jeffrey memasuki ruangan itu kembali.

"Aku pergi dulu" Ucapnya mengambil jas yang sebelumnya Ia sampirkan pada sebuah kursi.

"Menjemput kekasihmu, Jeff?" Ucap Pedro yang berada tak jauh dari Jeffrey.

Ia tak menghiraukan pertanyaan Pedro. Jeffrey meraih ponselnya yang berada di atas meja. Ia membuka pesan yang tak lain dari kekasihnya.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang