Extra Chapter : London

1.5K 35 4
                                    

Flasback on.

Tangan Kenza segera merogoh ponselnya di saku dan memencet sebuah nomor di layar ponselnya dengan tangan yang terus bergetar.

"Halo, Za. Ada apa? Lo nggak papa?" Suara Kath terdengar di seberang sana.

"Kath, lo jadi ke London hari ini?" Ucap Kenza sambil terisak.

"Jadi, Za. Ini gue masih di rumah sama Kak Nate. Ada Jennifer sama Galvin juga" Ucap Kath.

Kenza terdiam sembari terisak. Ia tak kuat menahan tangisnya. "Za, lo kenapa? Lo nggak papa?"

"Enggak, Kath. Gue nggak papa. Jemput gue dirumah ya?" Pintanya pada gadis itu dengan suaranya yang masih terisak.

Katherine mengerti pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan Kenza. "Oke, abis ini gue kesana" Ucap Kath khawatir.

Kenza segera beranjak pergi dari rumah itu dan berlari menuju jalan raya. Saat ini, dirinya duduk di halte sendirian sambil menunggu kedatangan bis. Wajahnya yang penuh air mata, Ia menundukkan kepalanya sambil meremas rok dress yang Ia kenakan.

"Please..Sakit" Ucapnya lirih pada dirinya.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya bus itu datang menjemputnya di halte. Segera Kenza menaiki bus itu dan pergi menuju rumahnya.

Di sepanjang perjalanan, Kenza terus menangis. Kepalanya sampai terasa pusing, Ia tidak bisa berpikir jernih. Ia hanya ingin pergi, pergi sejauh mungkin sampai pria itu tak bisa menemukannya.

Bus itu berhenti di halte yang tak jauh dari pintu masuk perumahannya. Kenza segera turun dan berjalan kaki dengan langkah yang cepat menuju rumahnya.

"Non Kenza, darimana?" Ucap Bu Vanya saat melihat Kenza memasuki rumah dengan tergesa.

"Non nggak apa-apa?" Tanyanya lagi saat Kenza menaiki tangga rumahnya, namun tak ada sahutan dari gadis itu.

Bu Vanya merasa khawatir karena wajah Kenza yang terlihat sembab. Pasti ada sesuatu yang melanda dirinya. Ia merasa kasihan pada gadis itu. Bu Vanya membiarkan Kenza untuk menenangkan dirinya dan kembali mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah memasuki kamar, Ia langsung mengambil sebuah koper di kolong ranjangnya. Meletakkannya diatas ranjang dan membukanya. Ia meraih semua bajunya didalam lemari dan memasukkanya ke dalam koper dengan tergesa-gesa.

Napasnya memburu, dengan tangisan yang tak kunjung usai, Kenza membersihkan isi lemarinya hingga tak tersisa. Lalu, seorang gadis masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah khawatir.

"Za?" Panggil Jennifer membuat Kenza menoleh ke arah pintu, menatap gadis itu.

Kenza segera berlari ke arah Jennifer dan langsung memeluk gadis itu. Ia menangis dengan keras di dalam pelukannya. Menenggelamkan wajahnya pada pundak Jennifer.

"Jen..Gue-" Ucapannya sendiri terpotong karena tangisannya yang terus meluap-luap.

"Za, it's okey. Tenangin diri lo. Semua bakalan baik-baik aja. Ada gue" Ucap Jennifer memeluk erat sahabatnya sambil mengusap-usap punggungnya.

Galvin, Nate, dan Katherine yang berdiri diluar kamar Kenza pun ikut terdiam saat mendengar suara tangisan Kenza yang menggema. Mereka terlihat sangat khawatir.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang