Bab 21 : The Plan

1K 17 0
                                    

Daritadi Kenza terus saja mondar mandir dengan membawa sebuah buku ditangannya. Ia terlihat seperti orang yang sedang membaca, namun tidak. Pikirannya terjebak saat Nate menyatakan cintanya padanya. Ia terus memikirkan hal itu.

Jeffrey yang melihat kekasihnya terus berjalan mondar mandir, mengernyit heran. Gadis itu nampak sedang memikirkan sesuatu. Tadi, Kenza tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerjanya dan menawarkan diri untuk menemaninya yang sedang bekerja, menggarap tugas kantornya.

Jeffrey melihat pandangan Kenza yang mengarah pada buku dan terlihat sedang melamun. "Kenza?" Panggilnya namun tak ada sahutan.

Ia terus menatap gadis itu. "Sayang" Panggilnya lagi.

Kenza terbuyarkan dari lamunannya. "Eh, iya, Kak?" Ucapnya menoleh pada pria yang sedang duduk itu.

Di depannya terdapat sebuah meja besar yang kokoh dengan beberapa kertas tumpukan dan juga laptop. Pria itu terlihat menyenderkan tubuhnya pada kursi hitam yang besar. Menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap gadis itu.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanyanya pada gadis itu.

Kenza tersenyum menatap pria itu. "Nggak apa-apa kok, Kak" Ucapnya.

Jeffrey tau bahwa gadis itu sedang berbohong. Dapat terlihat dari sorot matanya bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Akan tetapi, Jeffrey memilih untuk tetap diam sampai gadis itu ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Istirahat saja, Sayang. Kamu pasti lelah" Ucap lalu Jeffrey meletakkan kedua tangannya diatas meja.

Kenza menggelengkan kepalanya. "Enggak, Kenza mau disini nemenin aja nemenin Kak Jeffrey"

Jeffrey terkekeh pelan. "Ya sudah kalau begitu, sebentar lagi ini akan selesai" Ucapnya lalu kembali menghadap laptopnya.

Kenza meneruskan kegiatannya. Ia mondar-mandir di depan meja besar itu sambil membawa bukunya. Setelah beberapa menit, Ia merasa sedikit lelah. Lalu menghela napas dan merebahkan dirinya di sofa besar tak jauh dari tempat Jeffrey duduk.

"Kak Jeff" Panggilnya.

"Hm? Kenapa, Sayang?" Tanyanya melihat Kenza yang sedang rebahan dengan kedua tangan diatas membawa buku itu.

Kenza menghela napas. Ia meletakkan buku itu di dadanya lalu menghadap ke arah Jeffrey. "Tadi pas di kampus Kak Nate confess ke Kenza" Ucapnya.

Fokus Jeffrey teralihkan pada gadis itu. Ia menutup layar laptopnya dan menatap Kenza serius. "Lalu, apa yang terjadi?" Tanyanya.

"Kenza nggak tau mau ngomong apa. Kenza sempet kaget waktu Kak Nate bilang gitu"

"Kenza cuman khawatir sama Kath, kira-kira dia tau nggak ya" Ucapnya tampak khawatir.

Jeffrey tersenyum mendengar perkataan gadis itu. Ia segera beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah Kenza yang masih berbaring di atas sofa. Jeffrey ikut mendudukkan dirinya di sofa. Membiarkan kepala gadis itu menjadikan pahanya sebagai bantalan.

"Jadi, karena ini kamu terlihat khawatir dan terus melamun sedari tadi?" Tanyanya sambil mengusap pipi gadis itu dengan lembut.

Kenza menganggukkan kepalanya. "Kenza terus kepikiran daritadi. Kenza cuman bisa bilang maaf ke Kak Nate" Ucapnya.

"Hey, kamu nggak salah, Sayang. Seharusnya, kamu tidak perlu minta maaf apalagi menyalahkan diri kamu" Ucapnya menunduk menatap wajah gadis itu.

"Tapi...Nggak tau kenapa Kenza ngerasa-"

Belum sempat Kenza meneruskan kalimatnya. Tiba -tiba Jeffrey mengecup bibir gadis itu sekilas lalu tersenyum. tangannya tetap berada di wajah gadis itu lalu mengusap-usap pipinya.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang