10 tahun kemudian.
"Jeff, apa ini sudah kau tanda tangani?" Tanya Ella menunjuk sebuah kertas diatas meja kerja Jeffrey.
Pria itu mengangguk. "Sudah. Bawa saja" Ucapnya.
"Baiklah, akan kubawa" Ucap Ella namun Ia masih berdiri didepan meja itu.
Jeffrey yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya kini beralih melirik wanita di depannya itu. "Ada apa?"
"Em..Ini aku membawakanmu chamomile tea. Aku mendengar dari Sarah bahwa kau kesulitan tidur akhir-akhir ini."
"Semoga ini bisa sedikit meredakan itu" Ucap Ella memberikan sebuah tumbler pada Jeffrey.
"Terimakasih. Tapi, kau tidak perlu melakukan itu, Ella. Aku sudah terbiasa dengan insomniaku" Ucap Jeffrey menatapnya.
Ella menurunkan tangannya saat Jeffrey berkata seperti itu. Ia mengkedip-kedipkan matanya menatap ke bawah kebingungan.
Ia bisa melihat kekecewaan memancar dari wajah wanita itu. "Tidak apa. Aku bisa meminumnya."
Ella mengernyitkan dahinya menatap Jeffrey. "Eh. Tidak perlu, Jeff. Kau tidak perlu meminumnya kalau tidak suka" Ucapnya.
Jeffrey tersenyum meyakinkan wanita itu. "Tidak apa-apa, Ella. Terimakasih" Ucapnya sambil meraih tumbler itu dari tangan Ella.
Wanita itu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu aku-" Belum sempat Ia meneruskan kalimatnya tiba-tiba seseorang masuk membuka pintu dengan keras.
"Jeffrey!" Teriak pria itu menyambut Jeffrey sambil merentangkan kedua tangannya di ambang pintu.
Pedro memasang ekspresi terkejut. "Hm? Apa aku menganggu kalian berdua?" Ucapnya menyipitkan kedua matanya menggoda.
"Tidak.." Ucap Ella lirih menggelengkan kepalanya menatap Pedro sambil melambaikan-lambaikan kedua tangannya.
Pedro terkekeh. "You're blushing, El" Ucapnya.
Mendengar hal itu pipi Ella semakin merah. Tak mau Jeffrey melihatnya, Ia segera berpamitan kepadanya sambil menundukkan kepalanya.
"Aku akan kembali bekerja, Jeff" Ucapnya lalu pergi ke arah pintu melewati Pedro.
Pedro terlihat terkekeh menatap wanita berambut blonde itu tergesa-gesa keluar dari ruangan Jeffrey sambil memegang kedua pipinya yang memerah.
Ia menggeleng-geleng kepalanya sambil berdecak melangkah ke arah meja Jeffrey. "Jeffrey, Jeffrey"
"Mau sampai kapan? Hah?" Ucap Pedro sembari menaikkan kedua alisnya.
"Sudah 10 tahun, Jeff. Sudah saatnya kau mencari pasangan hidup. Lihat umurmu, sudah hampir kepala empat" Ucapnya.
"Anakku saja sudah hampir lima tahun."
"Dan kau sudah membangun perusahaan sendiri semenjak kejadian itu. Bukankah mudah mencari pendamping hidupmu? Kau kaya."
Jeffrey menatap kearah pria itu. "Apa tujuanmu yang sebenarnya datang kemari?" Tanyanya.
Pedro menghela napasnya kasar, sudah pasti Jeffrey mengalihkan topik pembicaraannya. Selalu saja Ia seperti itu, selama sepuluh tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)
RomanceCERITA INI PERNAH DIHAPUS OLEH WATTPAD, TOLONG YA JANGAN DI REPORT LAGI :(( Kenza Alia Abraham tak pernah menyangka akan terjebak situasi tak menyenangkan bersama Kakak Iparnya, Jeffrey. Kejadian tak terduga terjadi diantara mereka pada suatu malam...