Bab 28 : Be Crazy

1.6K 12 0
                                    

Siang tadi, Kenza pergi ke kampus diantar oleh sang kekasih, Jeffrey. Karena kelas tiba-tiba dibatalkan oleh sang Dosen, di kampus Ia hanya mengambil beberapa peralatan melukis dan juga buku referensi yang Ia temukan di perpustakan. Setelah selesai, Ia pulang bersama dengan Jennifer. Gadis itu memilih singgah terlebih dahulu di rumah Kenza.

"Jen, lo tau soal akuisisi saham nggak?" Tanya Kenza sembari fokus menggerakkan tangannya pada sebuah kanvas.

"Jen?" Panggil Kenza karena tak mendapat sahutan.

"You say you're sorry. But it's too late now. So save it, get gone, shut up"

Kenza berdecak saat mendengar gadis itu bernyanyi keras. "Jen!" Ucapnya sambil menoleh ke belakang menatap Jennifer duduk di kursi belajarnya dan melemparkan sebuah kuas padanya.

"Eh anjir, Za. Kaget gue" Ucap Jennifer menatap Kenza yang sedang duduk di kursi, di balkon dengan sebuah standing canvas di depannya.

Ia segera melepaskan headphone yang sebelumnya terpasang di telinganya. "Kenapa sih?" Tanyanya.

"Gue tanya. Lo tau nggak soal akuisisi saham?" Ucap Kenza menghadap Jennifer.

"Emm..." Gadis itu memutar bola matanya keatas sekilas lalu kembali menatap Kenza.

"Apa ya? Setau gue sih ya akuisisi berarti dia punya hak penuh atas perusahaan sih, Za" Ucapnya.

"Ya kalau itu gue tau sih, lebih luasnya gimana?" Ucap Kenza serius menatap Jennifer.

"Aduh, apaan ya? Lo tau kan kita dulu SMA anak IPA, mana paham beginian" Ucap Jennifer.

"Iya juga ya? Terus masa lo nggak ngerti sih, Jen. Kan nyokap lo juga mainin saham" Ucap Kenza.

"Setau gue, kalau misal lo berhasil akuisisi saham nih, berarti lo punya hak penuh, yang nggak lain lo pengendali utama perusahaan itu" Ucap Jennifer.

"Hemm...Terus?" Tanya Kenza.

"Berarti secara nggak langsung lo juga leluasa bisa nguasain pasar, harga saham bahkan aset-aset perusahaan" Lanjutnya.

"Nyokap gue sempet mau akuisisi perusahaan juga sih, tapi nggak jadi. Soalnya ngeluarin duit banyak"

"Emang kenapa sih lo tanya beginian, Za? Jangan-jangan lo tertarik buat kerja sama bokap lo ya?" Ucap Jennifer sambil tertawa ke arah Kenza.

"Ih nggak lah, gila lo. Gue aja benci banget" Ucap Kenza dengan nada ketus.

Kenza kembali menghadapkan dirinya ke balkon. Tak menghiraukan suara tawa Jennifer.

Ia berpikir tentang pesan yang dikirimkan Pedro tadi pagi di ponsel Jeffrey.

Gadis itu terlihat melamun. Pikirannya terlihat penuh. Bagaimana Jeffrey bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk mengakuisisi perusahaan sang Papa? Apa tujuannya? Apakah Papanya tahu soal ini? Dan kalau di pikir-pikir lagi Pedro bukanlah karyawan di perusahaan Papanya. Lalu, apa yang Ia lakukan disana?

"Sial.." Umpat Kenza sembari mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Jen" Panggilnya menghadap Jennifer lagi.

"Hm?" Jawabnya menatap Kenza dengan rambut yang berantakan.

"Emang direktur bisa akuisisi?" Tanya Kenza kembali pada Jennifer.

"Tuh kan, tanya lagi. Fiks lo mau kerja bareng bokap lo kan? Bilang aja nggak usah gengsi" Ucap Jennifer dengan wajah sok taunya.

"Gue serius, Jennifer. Gue nggak ngerti masalah ginian" Ucap Kenza menggelengkan kepalanya.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang