"Bagaimana kehidupan kamu disini? Apa kamu merasa lebih baik?" Tanya pria itu.
Kenza hanya mengangguk-angguk sembari menatap pria itu tak percaya Ia akan menemukannya. Tangan Kenza sibuk meremasi apron yang Ia kenakan. Rasa takut menjalar pada dirinya.
Pria itu terkekeh. "Santai saja. Aku hanya ingin tau kabarmu. Itu saja."
Kenza menghela napasnya pelan. "Maaf."
"Tak mudah bagiku mencari informasi keberadaan dirimu, Kenza. Dan akhirnya sekarang aku berada disini. Menemukanmu."
"Tenang saja. Aku sendirian." Lanjutnya saat menatap wajah Kenza gusar.
"Kak Pedro apa kabar?" Tanya Kenza membuka suara.
Pedro tersenyum lembut sembari meneguk expresso miliknya. "Baik. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu, Kenza."
Kenza menyatukan kedua alisnya bingung dengan apa yang dimaksud oleh Pedro.
"Dia menunggumu." Tatapan mata Pedro terlihat serius. Mata Kenza kembali berkaca. Namun, Ia segera menahannya.
Gadis itu menundukkan kepalanya. "Maaf..." Tak bisa menahan tangisnya, Ia terisak pelan.
"No,No..Hey..It's okey.." Ucap Pedro berusaha menenangkan gadis itu, memegang lengannya.
"Maafin Kenza, Kak" Ucap Kenza mengangkat wajahnya perlahan.
Pedro menghela napasnya pelan. "Maafkan aku telah menyinggung perasaanmu."
"Saat ini dia benar-benar kacau. Setiap hari dia pergi ke kelab. Melampiaskan semuanya."
"Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi kau tahu? Dia sama sekali tidak menggubrisku."
Kenza sedikit terkejut saat mendengar pernyataan Pedro. Apa benar Jeffrey melakukan itu? Napas Kenza terlihat sedikit memburu, rasa khawatir menjalar pada dirinya. Ya, khawatir akan pria itu.
"Kenza." Panggil Pedro yang melihat wajah Kenza menunduk terlihat sangat khawatir.
Mendengar panggilan itu, Kenza langsung menatap wajah Pedro. "Jeffrey benar-benar tulus mencintai dirimu. Tak pernah sedikitpun Ia ingin menyakiti perasaanmu, Kenza."
"Semua terjadi begitu saja, seperti...Dunia tidak berpihak padanya. Dia bingung, antara memilihmu atau keluarganya."
"Didalam lubuk hatinya yang paling dalam, Jeffrey memiliki rasa bersalah pada keluarganya. Namun, disisi lain, dia juga sangat mencintaimu."
"Aku yakin kamu pasti tau kenapa Jeffrey merasa bersalah atas apa yang terjadi pada keluarganya. Yang mengharuskan dia mengikuti semua rencana itu. Bahkan aku."
"Aku berani bersumpah bahwa dia mencintaimu sampai akhir hayatnya. Sampi mati, dia tak ingin bersama dengan wanita lain selain dirimu, Kenza. Itulah yang tertanam dihatinya saat ini dan selama-lamanya. Aku bersumpah."
"Aku saksi yang melihat bagaimana tulusnya dia mencintaimu, Kenza. Tuhan mempunyai rencana untuk menyatukan insannya. Tapi, aku mohon, kembalilah disaat lukamu sudah pulih."
"Dia akan tetap menunggumu. Berapapun lamanya."
Kenza tak dapat menahan air matanya. Kini, air mata itu lolos begitu saja. Ia terisak sambil terus menundukkan wajahnya. Melihat hal itu, Pedro merasa kasihan, Ia mengambilkan selembar tisu untuk Kenza.
Kenza mengusap pipinya menggunakan tisu. "Maaf, Kak." Maafnya lagi dan lagi.
"Aku tidak akan memberitahu soal keberadaanmu pada Jeffrey. Aku tau bagaimana perasaanmu, lebih baik kamu mengistirahatkan pikiranmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)
RomansaCERITA INI PERNAH DIHAPUS OLEH WATTPAD, TOLONG YA JANGAN DI REPORT LAGI :(( Kenza Alia Abraham tak pernah menyangka akan terjebak situasi tak menyenangkan bersama Kakak Iparnya, Jeffrey. Kejadian tak terduga terjadi diantara mereka pada suatu malam...