Bab 9 : Jealous

5.1K 65 0
                                    

Kenza berjongkok lalu memunguti kertas yang telah disobek oleh Adam. Matanya masih tak berhenti meneteskan air mata. Ia menatap lukisannya yang sudah hancur berkeping- keping. Tangannya masih sibuk meraih kertas-kertas itu. Kertas yang selama ini menjadi teman hidupnya. Menjadi tempat curahan hatinya. Kini sudah menjadi abu.

Kenza menatap bingkai foto yang sudah pecah yang didalamnya masih terdapat foto Ia bersama sang Ibunda tercinta. Kenza mencoba meraih foto diantara pecahan kaca itu. Jeffrey yang mengetahui hal itu langsung menahan pergelangan tangan gadis itu. Kenza mendongak menatap Jeffrey.

"Biar saya saja" Ucapnya lalu menarik tangan Kenza perlahan dan mendudukkannya di pinggir ranjang.

Kenza menatap punggung pria itu. Jeffrey mengambil beberapa pecahan kaca dengan hati-hati dan mengambil foto itu. Ia juga memunguti kertas-kertas yang sudah robek lalu menaruhnya diatas meja. Jeffrey memberikan foto itu kepada Kenza. Kenza mengambil foto itu dari tangannya dan tersenyum tipis.

"Pergilah mandi. Bi Eli akan membereskan sisanya. Kamu pasti lelah" Ucap Jeffrey menangkup kedua pipi gadis itu dan mengecup bibirnya sekilas dengan lembut. Lalu, Mengusap rambutnya.

"Makasih, Kak" Ucapnya tersenyum tipis sambil mengangguk menatapnya.

✮✮✮

Kenza menyenderkan punggungnya pada bathtub. Menenggelamkan dirinya didalam sana. Diantara gelembung dan busa. Ia hanya ingin mendinginkan pikirannya. Kini hati dan pikirannya sudah lebih baik. Semua berkat Jeffrey, batinnya.

Ia mengingat kembali kejadian tadi disaat Jeffrey menghentikan Adam. Kalau tidak, mungkin sekarang Ia harus kembali mengompres pipinya lagi. Kenza segera menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi. Tubuhnya sudah sangat lelah hari ini. Ia tidak menyangka bahwa hari ini akan terjadi lagi.

Kenza keluar dari kamar mandi menggunakan celana diatas lutut dan sebuah kaos oversize. Ia melihat kamarnya yang sudah bersih dan rapi. Ia tersenyum lalu menatap cangkir berisi teh hangat diatas mejanya. Ia mengambil cangkir itu dan menyeruput teh tersebut perlahan.

Ah. Hangat.

Ia meletakkan kembali cangkir itu diatas meja lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Ia menatap langit yang gelap. Tak ada satupun bintang diatas sana. Ia menghirup udara malam sambil memejamkan matanya. Hingga Ia tersadar ada sebuah tangan memeluk perutnya dari belakang. Ia bisa mencium bau parfum dari pria itu. Kenza tersenyum dan sedikit menoleh ke belakang.

"Angin malam nggak baik tau buat kamu" Ucap Jeffrey meletakkan dagunya di pundak Kenza.

"Kenza cuman pengen menghirup udara seger. Coba Kak Jeffrey" Ucapnya sambil menarik napas dan menghembuskannya perlahan diikuti oleh Jeffrey.

Kenza terkekeh pelan karena Jeffrey benar-benar melakukannya. Ia merasakan pelukan pria itu semakin erat. Kenza memegang punggung tangan yang ada di perutnya dan mengusapnya.

"Terimakasih untuk hari ini" Ucapnya.

Jeffrey tersenyum lalu mengangguk kepada gadis itu. Ia bersyukur Kenza sudah bisa tersenyum sekarang.

"Apa kamu nggak kedinginan diluar sini? Hm?" Ucapnya sambil mengecup leher Kenza sekilas.

Kenza menggelengkan kepalanya lalu membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Jeffrey. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jeffrey. Terlihat Jeffrey yang menundukkan wajahnya melumat bibir gadis itu dengan lembut. Dibalas oleh Kenza yang tenggelam dalam ciuman itu. Kenza terkejut saat tiba-tiba Jeffrey menggendong tubuhnya. Ia langsung melepaskan ciuman itu.

"Kak-" Ucapnya.

"Saatnya tidur" Ucap Jeffrey terkekeh meletakkan tubuh Kenza diatas ranjang.

Jeffrey berbaring disamping Kenza lalu membiarkan lengannya sebagai bantalan untuknya. Ia memeluk gadis itu erat. Kenza menatap pria itu.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang