Bab 16 : New Version

2.2K 28 0
                                    

Sepanjang perjalanan Kenza hanya memikirkan satu hal. Apakah Kakak Tirinya itu sudah tahu perihal hubungannya dengan Jeffrey? Ia bingung dengan respon yang diberikan oleh Sarah. Mengapa wanita itu terlihat santai sekali?

Ah, Kenza baru ingat kalau Sarah memang sudah mempunyai kekasih. Tapi tunggu. Kenza masih tak mengerti. Sarah sudah tahu jika Jeffrey mengetahuinya? Jadi, mereka sudah saling tahu?

"Kenza, kamu tau? Sarah juga telah memiliki pria lain. Mereka sudah bersama selama bertahun-tahun"

"Dan kita telah memiliki komitmen sendiri"

Ah. Iya. Kenza baru ingat malam itu setelah pulang dari kedai Bi Isa, Jeffrey pernah bilang kepadanya. Komitmen apa itu? Apa mereka saling setuju jika mempunyai kekasih sendiri? Apakah Sarah tidak marah ketika mengetahui kekasih dari suaminya itu adalah Adik Tirinya sendiri? Ah, Kenza benar-benar bingung sekarang. Pikirannya runyam.

"Sayang, kita sudah sampai" Ucap Jeffrey membuyarkan lamunan Kenza.

"Ah. Iya, Kak" Ucap Kenza tersenyum memencet tombol sabuk pengamannya. Jeffrey memegang pergelangan tangan Kenza.

Raut wajahnya terlihat khawatir. "Kamu terlihat khawatir. Apa yang sedang kamu pikirkan?" Ucapnya menatap gadis itu.

"Kenza nggak apa-apa kok, Kak" Ucap Kenza memegang punggung tangan Jeffrey.

"Kalau itu tentang Sarah. Sebaiknya kamu tidak perlu memikirkannya, oke? Trust me" Ucap Jeffrey sambil mengusap pipi gadis itu dengan satu tangannya.

Kenza mengangguk paham. Ia tersenyum menatap pria itu. Wajah Kenza mendekat. Mencium bibir Jeffrey lalu melumatnya sekilas.

"I love you" Ucap Kenza lirih.

Jeffrey tersenyum mendengarkan gadis itu. "I know. I love you more, Kenza" Ucap Jeffrey mencium bibir Kenza sekilas.

"Kenza pergi dulu ya, Kak. Bye.." Ucap Kenza membuka pintu mobil. Ia turun lalu melambaikan tangannya menatap Jeffrey dari dalam kaca mobil.

Jeffrey ikut melambaikan tangannya di dalam mobil. Ia Menatap gadis itu berjalan menuju gedung itu. Daritadi pikirannya terus dipenuhi oleh perkataan Sarah. Malam itu ketika di ruang kerjanya. Jeffrey tahu perkataan Sarah memang benar. Tapi Ia benar-benar mencintai gadis itu. Ia tak mau melepasnya.

✮✮✮

Jeffrey mengendarai mobilnya menuju ke basement. Memakirkan mobilnya disana. Ia turun dari mobil berjalan ke arah lift. Jari telunjuknya memencet tombol untuk menutup pintu. Sebelum pintu lift tertutup Ia melihat seorang wanita berlari ke arah lift dengan wajah berkeringat, sepertinya Ia sedang terburu-buru.

"Terimakasih, Pak" Ucap wanita itu menundukkan kepalanya ketika Ia berhasil masuk ke dalam lift. Jeffrey menahan pintu dengan tangannya itu agar tidak tertutup.

Jeffrey melangkahkan kakinya keluar dari lift ketika lift sudah mencapai lantai atas gedung. Terlihat wanita itu menundukkan kepalanya melihat Jeffrey keluar. Jeffrey mengangkat tangannya, menatap jam di pergelangan tangannya. Ia berjalan menuju ruang rapat.

"Woho...Lihatlah siapa yang datang?" Ucap seorang pria yang melihat Jeffrey memasuki ruang rapat. Pria itu tertawa sambil bertepuk tangan.

Jeffrey menatap pria dengan setelan duduk diatas kursi menopangkan kedua kakinya di kursi yang lain. Rambutnya yang gondrong di ikat ke belakang menyisakan beberapa helai di kedua sisi wajahnya.

"Diam kau, Pedro" Ucap Jeffrey.

"Garang sekali. Orlan, lihatlah dia. Wajahnya berbinar-binar hari ini" Ucap Pedro menoleh kepada Orlan.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang