Bab 41 : I'll Always Love You

1.9K 63 15
                                    

Bunyi ketukan heels yang beradu dengan lantai marmer menggema di seluruh dinding galeri itu. Matanya menyapu seluruh galeri, menikmati pemandangan karya seni yang terpajang di sepanjang dinding.

Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu setelah percakapan menyedihkan kita hari itu. Satu hal yang ingin aku ucapkan padamu. Maafkan aku.

Cinta terlalu rumit untukku yang masih 20 tahun saat itu. Rasanya dunia sama sekali tidak berpihak padaku. Pikiranku terlalu kacau, sulit bagi diriku untuk meyakinkan bahwa kamu benar-benar mencintaiku.

Ia tersenyum hangat saat berhenti di depan sebuah lukisan berukuran sedikit besar terpajang di tengah galeri itu. Setiap orang yang berkunjung pasti akan melihatnya, lukisan itu terletak di tengah jalan di antara lorong-lorong yang membentang ke kanan dan kiri.

Dunia tidak adil, walaupun aku sudah melepasmu tetapi bayangan wajahmu masih benar-benar melintas di setiap detik hidupku. Membuat jantungku berdetak lebih kencang setiap aku kembali mengingatmu.

Tidurku tak tenang. Setiap hari, setiap malam, setiap aku terbangun, percakapan kita di hari itu menjadi mimpi paling terburuk dalam hidupku.

Di hari itu aku memutuskan untuk melepasmu. Dan dihari juga, aku telah meminta izin kepada Tuhan untuk meluapkan segala kekecawaanku dengan meninggalkanmu.

Namun, rasanya karma menyerang diriku. Aku terus merindukanmu. Aku rindu mendengarmu mengucapkan sebuah kalimat yang membuat jantungku berdegup lebih kencang.

Banyak sekali cerita membosankan yang ingin kusampaikan padamu. Banyak sekali hal yang ingin kembali kulakukan bersamamu. Banyak hal yang ingin kudengar darimu.

Kamu membuatku percaya akan segala hal, kamu juga membuatku percaya akan mimpi dan cita- cita. Kamu yang membuatku yakin bahwa masih ada harapan yang bisa menjadi kenyataan.

Duniaku terasa lebih hidup jika aku menjalaninya beraama denganmu. Kamu yang menerima segala kekuranganku, sifat kekanak-kanakanku, keras kepalaku. Terimakasih.

Air mata menetes di pipinya. Ia terisak sembari menundukkan wajahnya tak mau orang melihat. Kembali lagi Ia menatap lukisan itu. Lukisan yang menggambarkan sosok yang dicintainya.

Maafkan aku. Maaf atas sifat kekanak-kanakanku. Egoku. Keras kepalaku. Kekuranganku. Maafkan.

Dulu, aku memutuskan untuk pergi mendiamkan kepalaku. Tapi, semua itu sia-sia. Bayangan dirimu masih saja melintas di hidupku.

Setiap hari aku mengelilingi London berharap bisa bertemu denganmu. Lucu, bukan? Padahal aku yang meninggalkanmu, tapi mengapa aku mencarimu?

Setiap aku melintasi jalan kota dengan kedua kakiku, aku melihat sepasang kekasih sedang bergandengan tangan dengan canda tawa memenuhi keduanya. Iya, dulu kita begitu.

Kembali aku merenung sesaat setelah menatap sepasang kekasih itu. Meneteskan air mataku di tengah riuhnya ibu kota. Berharap ada seseorang yang bisa memelukku. Dan itu adalah kamu.

Aku terlalu takut untuk kembali. Aku masih belum mengerti apa itu cinta.  Apa memang benar bahwa cinta terlalu menyakitkan?

Tapi, apa kamu tahu? Disini aku belajar menjadi seorang yang lebih baik untukmu. Aku belajar apa arti cinta sesungguhnya. Aku berhasil bertahan tanpamu. Sampai detik ini.

Maafin Kenza ya, Kak.

✮✮✮

Jeffrey berjalan menyusuri lorong panjang di dalam galeri itu. Selama 10 tahun Ia melewati lorong itu, dengan perasaan yang masih tetap sama. Petugas galeri yang selalu menyapa kehadiran Jeffrey ikut merasakan kesedihan di dalam diri pria itu.

Ia segera memberhentikan langkahnya tak jauh dari lukisan yang selama ini Ia datangi. Jeffrey bisa merasakan jantungnya yang berdetak begitu kencang dengan napasnya yang terengah-engah.

Di tengah ramainya orang yang sedang berlalu-lalang di dalam galeri itu. Jeffrey masih bisa melihatnya. Sosok yang selama ini Ia cintai.

Bibir Jeffrey bergetar hebat menatap gadis itu dari belakang. Tak terasa air mata menetes di kedua pipinya. Ia mengigit bibirnya kuat sambil menundukkan kepalanya terisak.

Kenza bisa merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenza bisa merasakannya. Ia segera membalikkan badannya perlahan menatap pria itu. Jeffrey bisa mendengar suara ketukan dari sepatu high heels yang digunakan Kenza terdengar lirih di telinganya.

Jeffrey mengangkat wajahnya pelan dan menatap kedua mata gadis itu berkaca-kaca. Gadis itu kini telah tumbuh menjadi wanita hebat. Membuatnya semakin terisak.

"Kenza.." Ucapnya lirih bergetar.

Kenza menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum menatap Jeffrey yang masih diam mematung disana. Diantara banyaknya orang yang berlalu-lalang Ia menatap pria itu.

Senyuman yang selama ini Ia rindukan, akhirnya bisa Ia lihat kembali. Jeffrey menundukkan kepalanya sekilas lalu kembali menatap gadis itu dengan senyuman diwajahnya. Ia terkekeh sambil terisak. Begitu juga dengan Kenza.

Hai, aku kembali dengan perasaan yang masih sama. Aku, Mencintaimu selalu.

✮ END ✮

there will be an extra chapter, soon!

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang