Bab 10 : You're Mine

6.9K 68 0
                                    

"Evaluasi ini sangat penting untuk mengukur sejauh mana pencapaian kita. Termasuk program-program yang sudah kita buat. Saya berharap semua yang ada disini bisa menyampaikan kendala atau hambatannya sehingga kedepannya kita bisa membangun perusahaan lebih baik lagi" Ucap Orlan berdiri di samping layar proyektor.

Jeffrey menyatukan kedua tangannya di atas meja. Ia duduk di tengah, diantara Adam dan juga para bawahannya. Di sebuah meja besar yang memanjang itu terdapat 10 kursi yang berhadap-hadapan. Tatapan Jeffrey fokus pada layar proyektor. Tapi, tidak dengan pikirannya. Ia masih terus memikirkan gadis itu. Terus melamun semenjak rapat dimulai.

"Baik. Kepada Pak Jeffrey. Saya persilahkan" Ucap Orlan menatap Jeffrey yang tak menyahut. Ia masih saja sibuk dengan lamunannya. "Pak Jeffrey?" Panggilan kedua tapi Jeffrey masih saja tak menggubris.

"Jeffrey. Fokuslah" Ucap Adam yang duduk dekat Jeffrey menggoyangkan tangan pria itu.

"Ah Maaf, Pa" Ucap Jeffrey sadar dari lamunannya. Ia maju ke depan dan berdiri di samping layar proyektor. Orlan kembali duduk di tempat duduknya tak jauh dari Jeffrey berdiri.

"Baik. Langsung saja. Sesuai laporan yang saya cek kemarin. Pak Orlan bisa minta tolong untuk menunjukkan laporannya" Ucap Jeffrey menatap Orlan disusul dengan anggukannya. Segera Ia menunjukkan slide yang diminta Jeffrey melalui laptopnya yang tersambung pada layar proyektor.

"Baik. Pertama saya mengucapkan Terimakasih atas kinerja Anda semua yang ada disini. Bisa dilihat di layar bahwa rencana kita yang ingin mengerjakan 300 unit sudah terealisasikan di tahun ini. Lebih cepat dari perkiraan waktu yang telah di rencanakan dan itu pencapaian yang sangat luar biasa. Untuk selanjutnya kita kembangkan lagi dan carikan solusi untuk hambatan-hambatan yang ada" Jelas Jeffrey menunjuk layar proyektor dan menggerakkan tangannya bak orang yang sedang presentasi.

Prok prok prok...

Suara riuh tepuk tangan dalam satu ruangan yang didahului oleh Adam dan disusul dengan yang lainnya. Terlihat wajah Adam yang bangga dengan kinerja menantunya itu. Semenjak perusahaan ini dipegang oleh Jeffrey, profit yang dihasilkan tak main-main. Jeffrey yang melihat hal itu hanya senyum tipis dan sedikit menundukkan kepalanya sekilas.

"Dan untuk selanjutnya perencanaan kita adalah membangun 200 unit dengan kurun waktu 6 bulan. Dimana 100 unit dikerjakan dalam 3 bulan. Saya yakin kita pasti bisa mencapai target karena perencanaan yang kemarin saja bisa signifikan. Dimana di awal perencanaan waktu kita adalah 9 bulan, namun 8 bulan sudah terpenuhi" Ucap Jeffrey.

Terlihat semua orang di ruangan itu menganggukan kepalanya kepada sang Direktur. Setelah itu, terdapat beberapa orang yang sibuk dengan laptopnya untuk mengecek kekurangan yang ada. Tak sedikit juga yang sibuk dengan kertas dan juga peralatan tulisnya.

"Silahkan sampaikan kendala Anda mungkin bisa mengaca dari pekerjaan kita sebelumnya" Ucap Jeffrey menatap para bawahannya. hingga salah satu orang mengangkat tangannya.

"Baik, silahkan" Ucap Jeffrey mengangguk mempersilahkan.

"Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan. Untuk kendala saya dan tim ada di masalah perizinan, Pak. Lagi dan lagi di perizinan. Dan seperti yang kita ketahui apabila proyek tertunda, pengeluaran pun bisa membengkak, Pak. Hal itu dapat berpengaruh pada profit dan masa pengerjaan" Ucap seorang pria yang tadi mengangkat tangannya.

"Oke. Kita semua tahu persoalan perizinan ini memang tidak ada habisnya. Mengingat peraturan pemerintah juga semakin ketat. Dana kita masih ada kan?" Tanya Jeffrey menatap Orlan.

"Masih, Pak" Ucap Orlan mengangguk.

"Pakai saja dana kepada birokrat pemerintah untuk percepatan izin agar proyek kita tidak tertunda. Selagi kita tidak mempermasalahkan dana, silahkan saja. Dan jangan lupa catat untuk itu" Ucap Jeffrey menjawab pertanyaannya.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang