Bab 9. Serangan Membabi-buta

1K 68 7
                                    

(Lagu hanya untuk mendukung suasana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Lagu hanya untuk mendukung suasana)

***

5 Menit sebelum penyerangan ...

Cumbuan panas antara Reyvitto dengan Jennifer semakin menghanyutkan jiwa mereka ke dalam keromantisan penuh cinta di bawah pantulan sinar bulan dan bintang.

Reyvitto seperti enggan untuk melepaskan pagutan bibirnya. Dia seperti ingin terus memeluk dan mencumbu tunangannya sampai pagi.

Namun, tiba-tiba terdengar dentuman keras dengan getaran cukup kuat. Bersumber dari ledakan api di padang ilalang. Di mana lokasinya tidak begitu jauh dari markas dan tenda darurat.

Bunyi alarm peringatan pun terdengar nyaring.

Langit yang semula berwarna hitam kini berubah menjadi merah terang.

Bubuk mesiu itu berhasil memerahkan langit di bumi cenderawasih tepat pukul 12 malam dini hari.

Jennifer spontan memeluk kuat tubuh Reyvitto dengan wajah ketakutan.

"Vitto?"

Reyvitto berusaha menenangkan Jennifer dengan membelai punggungnya sesaat.

Kemudian dia melepaskan tangan Jennifer dan berdiri bersiap pergi. Tangan Jennifer menahannya.

"Kamu mau ke mana? Nanti saja bersama yang lain," cegah Jennifer.

"Kelompok Babon kembali menyerang. Kamu tenang ya, Sayang." Reyvitto mengecup kening Jennifer sebelum berlari melesat ke arah sumber ledakan.

Reyvitto berlari tanpa gentar dan berkali-kali terdengar ledakan, ditambah suara tembakan yang terdengar dari penjuru seberang.

Jennifer menatap punggung Reyvitto yang semakin mengecil dan menghilang ditelan cahaya merah.

"Vitto!"

**"

Seluruh pasukan bergegas keluar dari barak dengan derap melaju pesat dan membawa persenjataan di tangan mereka masing-masing.

Diikuti tim medis yang berlari ketakutan bercampur panik.

Kepulan api dari arah ledakan semakin terlihat besar dan rentetan timah panas terus dimuntahkan oleh sekelompok orang yang kini sedang bersembunyi.

Seluruh warga pun tak luput dari rasa takut yang menghinggapi diri mereka. Peristiwa ini adalah kali kedua kelompok Babon menyerang secara brutal dan membabi buta.

"Jen, kamu ngga apa-apa?" tanya Ferdi menghentikan langkah larinya saat melihat Jen tengah berdiri panik.

"Vitto, Vitto di sana, Ferdi! Vitto ada di sana," jerit Jennifer melengking tinggi bercampur derai tangis yang meluap.

Jeritannya semakin tinggi mana kala kembali terdengar ledakan merah dari arah Reyvitto pergi.

Sejemang Ferdi tampak terhenyak mendengar Jennifer menyebutkan nama Vitto.

YES, CAPTAIN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang