(Song Tittle : Sayang - Supernova. Lagu hanya untuk mendukung suasana 😁. Boleh di skip atau di pause.)
***
Di dalam penjara dengan cahaya redup dan bau engap yang menyeruak ke seluruh ruangan, Reyvitto dengan masih mengenakan seragam militer terlihat kedua tangannya terbelenggu terbentang ke samping dengan rantai berat yang menjerat kedua pergelangan tangannya.
Reyvitto tidak dapat ke mana-mana karena ternyata bukan hanya tangan, tapi juga kedua pergelangan kakinya di rantai dengan diberikan beban besi berbentuk bundar.
Seragamnya kuyup akibat siraman air yang terus menghantam wajahnya setiap kali mereka selesai menghajar tubuhnya.
"Masih mau diam? Tidak mau buka mulut!" sentak seorang pria tua berperawakan tinggi besar dengan warna kulit sedikit gelap.
Sebagian wajahnya tertutup janggut dan kumis yang menyatu.
Reyvitto tetap bungkam. Meskipun tubuhnya sejak tadi tidak berhenti mendapatkan deraan, tapi bibirnya tidak mengeluarkan satu patah kata pun.
Dia hanya menatap tanpa rasa takut kepada pria yang diketahui merupakan pemimpin dari kelompok separatis Babon, Theodore.
"Hey, Bapa Tentara! Apa yang kau bela dari negara ini? Negara ini bahkan tidak peduli jika kau mati. Lebih baik kau bergabung bersama kami. Untuk apa kau korbankan jiwa ragamu hanya untuk negara yang tidak memberikan apa-apa padamu," cibirnya dan kali ini membuat Rey tertawa mendengkus.
"Jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan kepadamu, tapi apa yang sudah kau berikan untuk negaramu," tegas Rey tanpa gentar sedikitpun.
Biarpun tubuhnya sudah dipenuhi luka dan dari mulutnya sudah mengeluarkan banyak darah, tapi tidak pernah terbesit dalam diri Reyvitto untuk melakukan pengkhianatan terhadap negaranya sendiri.
Dia bukan pengecut yang lari dari kenyataan seperi orang-orang yang kini berada di hadapannya tengah menertawakan kebodohannya.
Kebodohannya yang tetap mempertahankan keteguhannya dalam berjuang melawan pemberontak seperti mereka.
"Banyak bicara kau, Tentara!"
Pria tua itu kembali melayangkan pukulan mengenai perut Rey dan kembali cairan merah kental termuntahkan dari dalam mulutnya.
"Aaakkhh ...," ringis Rey kesakitan.
Kedua tangan Rey sudah benar-benar terkepal menahan beban pukulan yang terus menimpanya bertubi-tubi.
Rasa sakit tak tertahankan terus menjalar menembus persendian tulangnya.
Reyvitto merasakan kalau kini tulang-tulang di tubuhnya seolah sudah bergeser dari tempatnya.
Pria itu dengan tubuhnya yang besar terus menerus mengarahkan tinjuan mengenai perut, dada, dan wajah Rey tanpa ampun.
Suara keluhan dan rintihan kesakitan terus tergumam dari bibir Rey. Matanya kini bahkan sudah dipenuhi lebam dan bengkak.
Hingga akhirnya, pria tua itu menghentikan aksinya setelah kondisi Rey sudah benar-benar tak berdaya dan akhirnya jatuh berlutut dengan posisi kedua tangan tetap terentang ke kiri dan kanan.
"Haaaahhhhh ...."
Suara gesekan rantai terdengar jelas dan keras seiring lutut Reyvitto terbentur ubin penjara.
Kepalanya tertunduk dan sekali lagi pria tua kejam itu memerintahkan anggotanya untuk kembali mengguyur tubuh Reyvitto menggunakan air dan membuang air itu ke depan wajah Reyvitto.
Buangan air yang cukup keras itu membuat wajah Rey terangkat dan sebagian airnya masuk ke dalam dua lubang hidung Rey, sehingga Reyvitto mengalami sedak dan terbatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, CAPTAIN! (TAMAT)
RomanceCerita Fiksi-Romance Semua peristiwa tidak benar terjadi Blurb : Reyvitto, Kapten pasukan khusus yang bertugas di wilayah konflik Bumi Cendrawasih. Menanggulangi kelompok yang berniat memberontak dan membuat kericuhan di sana. Dokter Jennifer, dokte...