"Kau sudah menyuruh orang untuk menjemput Jenie?"
Seorang wanita dewasa bergaya pakaian sedikit terbuka dengan rambut panjang sebatas punggung yang dia biarkan terurai, masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dulu menemui seorang pria mengenakan pakaian santai.
Pria itu lantas menoleh dan melirik tak suka kepada wanita tersebut.
"Mau ke mana lagi kamu, Anggun? Ini sudah malam," protesnya membuat wanita itu melengos kesal.
"Bukan urusanmu, Ed. Sekarang cepat katakan apa kamu sudah menyuruh orang untuk menjemput Jenie di sana?"
Edison Tirtanata, pria yang saat ini tengah berbicara dengan wanita bernama lengkap Anggun Laksmi. Designer terkenal dan memiliki karya yang cukup dikenal.
Edison memanggut. "Sudah, tapi kata Adhi, Jenie menolak pulang. Dia masih mau di sana sampai Vitto ditemukan."
Anggun mendengkus kasar.
Dia membanting tas mahalnya ke atas meja kerja Edison.
"Anakmu itu sudah tak waras. Apa lagi yang dia mau harapkan dari laki-laki tidak bertanggung jawab seperti Reyvitto itu?" maki Anggun membuat Edison mendelik tidak suka.
"Jaga bicaramu, Anggun. Vitto adalah putra Adhikara, sahabat kita. Dia sudah kita anggap seperti putra kita. Pasti ada alasan kenapa saat itu dia memilih menunda pernikahan.
"Sekarang kau pikir, kalau Jenie jadi menikah dengan Vitto lalu Vitto dikirim tugas seperti saat ini. Amit-amit terjadi hal yang tidak diinginkan, bukankah kehidupan Jenie akan jauh lebih menyedihkan?
"Kenapa kau tidak bisa mengambil sisi positifnya, Anggun," oceh Edison yang hanya ditanggapi malas oleh Anggun.
"Kau memang selalu membela keluarga mereka. Sudahlah, sekarang cepat kau hubungi Pak Raul dan terima tawarannya." Anggun lagi-lagi menyulut emosi Edison.
Dengan ekspresi geram dan tangan memukul meja, Edison meninggikan oktaf suaranya di hadapan Anggun, istri yang sudah menemaninya selama puluhan tahun.
"Otakmu di mana Anggun? Jennifer sudah bertunangan dengan Reyvitto. Kau gila menyuruhku untuk menikahkan dia dengan putra Raul Nasir!" bentak Edison tak menciutkan nyali istrinya.
Anggun justru menunjukkan sikap menantang dengan melipat tangan di dada lalu menyilangkan kaki sebelahnya sembari berdecak.
"Naif ... Jangan belaga bersih, Ed. Aku tahu kalau kau juga menginginkan kursi di pemerintahan. Kau ingin mengembangkan karirmu terjun ke dunia politik.
"Sekarang sudah ada tawaran terbuka dari Partai Sejahtera Bersama milik Raul Nasir. Partai yang sangat besar. Bodoh kalau kau sampai menolaknya.
"Dua kubu disatukan, akan menghasilkan masa yang lebih besar lagi, Ed. Gabungan dari masyarakat yang mengidolakanmu sebagai pengusaha gaul dan ramah, ditambah masa pendukung dari partai Raul.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, CAPTAIN! (TAMAT)
RomanceCerita Fiksi-Romance Semua peristiwa tidak benar terjadi Blurb : Reyvitto, Kapten pasukan khusus yang bertugas di wilayah konflik Bumi Cendrawasih. Menanggulangi kelompok yang berniat memberontak dan membuat kericuhan di sana. Dokter Jennifer, dokte...