»Terima Kasih buat readers yang sudah follow, vote, dan komen. Apresiasi kalian sangat berarti buat author. Walaupun ngga sebagus cerita lain, tapi semoga dari cerita ini ada sedikit hal yang bisa diambil, dipetik, dan dicomot 😉«
★★★ ★★★ ★★★ ★★★ ★★★ ★★★
Usai menyelenggarakan resepsi pernikahan, waktunya Reyvitto dengan Jennifer menghabiskan malam mereka di kamar yang menjadi hadiah dari pihak hotel untuk pasangan pengantin baru.
Seluruh keluarga dan tamu sudah pulang. Mereka pergi membawa kesan yang tidak akan terlupakan.
Pihak keluarga Reyvitto selaku pihak yang menyelenggarakan pesta benar-benar memastikan kalau tidak ada makanan dan minuman yang kurang dan berakibat akan mengecewakan tamu undangan.
Berikutnya, Reyvitto dan Jennifer memasuki kamar pengantin mereka yang sudah di tata sedemikian indahnya oleh pihak hotel.
Taburan mawar merah berbentuk hati di atas kasur beralaskan seprai warna putih serta dua angsa yang juga membentuk hati, terbuat dari dua handuk, menjadi pandangan pertama yang ditangkap oleh Rey dan Jen.
Jennifer masih berdiri menatap kreasi di depannya, dan detik berikutnya dari arah belakang, melingkar sebuah tangan mendekap pinggang Jennifer.
Dia menyandarkan dagunya di atas pundak Jen yang masih mengenakan gaun hijau. Begitu pun dengan Rey yang masih mengenakan seragam militernya.
"Sayang, mau aku bantuin buka resleting bajunya ngga?" tawar Rey dengan nada rendah.
Jantung Jennifer sudah berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia tahu ke mana tujuan maksud tawaran dari Rey, tapi bukankah ini memang sudah kewajibannya sebagi istri.
Jennifer pun mengangguk perlahan dan tidak membutuhkan waktu lama, dia mulai merasakan sentuhan lembut dari sebuah tangan yang menurunkan ujung kepala resleting dengan pelan.
Hingga resleting tersebut sudah setengah terbuka, Rey kembali mendekatkan wajahnya pada tengkuk leher Jennifer.
Rey menghembuskan nafas halus dan membuat tubuh Jen sedikit bereaksi geli dan merasakan bulu-bulu halus di lehernya mulai terangkat.
Tangan Rey semakin menarik turun resleting baju Jennifer sampai benar-benar sudah berada di ujung pinggang dan dia membuka lebar.
Terlihatlah secara jelas punggung putih, mulus yang dimiliki oleh Jennifer.
Rey melanjutkan gerakan berikutnya, dia menurunkan bagian pundak baju secara bergantian dan dengan satu tarikan ke bawah, Rey sudah menanggalkan bagian atas pakaian Jennifer.
Berkali-kali Rey meneguk air liurnya saat dia berhadapan dengan Jennifer, matanya langsung berfokus pada dua daging utuh yang membentuk gundukan gunung.
Tidak terlalu besar memang, tapi buat Rey ukuran hanyalah angka dan berapa pun itu dia hanya ingin segera bisa melahapnya.
Tangan kecil Jen kini mulai merangkak menyentuh seragam hijau yang masih menempel di tubuh Rey.
Satu per satu dia melepaskan kancing dari dalam lubang. Selanjutnya terlihat kaos hijau yang ternyata melapisi bagian dalam seragam.
"Sebentar." Rey menahan tangan Jen saat ujung kaos yang dia kenakan perlahan mulai diangkat.
"Kenapa?" Jen menaikkan satu alisnya.
"Ada yang belum aku ceritakan. Aku takut kamu akan kaget dan jijik," imbuh Rey yang justru mengundang tanya dalam garis wajah Jen.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, CAPTAIN! (TAMAT)
RomansaCerita Fiksi-Romance Semua peristiwa tidak benar terjadi Blurb : Reyvitto, Kapten pasukan khusus yang bertugas di wilayah konflik Bumi Cendrawasih. Menanggulangi kelompok yang berniat memberontak dan membuat kericuhan di sana. Dokter Jennifer, dokte...