Bab 8. Cemburu

1K 49 6
                                    

"Kalau sainganmu adalah saya, bagaimana?"

Reyvitto berjalan dengan memegang batang rokok di tangan mengecilkan jarak antara dirinya dengan Ferdi.

Matanya menohok ke dalam mata Ferdi yang tetap menerbitkan seulas senyum manis dari wajah berhidung bangir itu.

"Saya tinggal kasih aja buah strawberry sekebon buat kapten," jawab Ferdi asal.

"Lagi pula Kapten, biarpun kita dipersatukan oleh semangat jiwa korsa dan hierarki kepangkatan, tapi untuk perasaan itu urusannya dengan takdir, Kapten," sambung Ferdi terlihat biasa tapi sungguh menampar bolak balik wajah Reyvitto.

Seketika ingatannya melayang kepada ucapan mama misterius yang tadi pagi bertemu dengannya.

Jantungnya seketika berdetak lebih kencang. Perasaannya kini mulai digelayuti rasa was-was.

Apa maksud dari ucapan itu adalah peringatan kalau dia akan kehilangan sosok Jennifer?

Salahnya ... Ini akan menjadi kesalahan dari kebodohannya kalau sampai itu yang terjadi.

Reyvitto masih terdiam, sementara yang lain sudah kembali bercengkrama dengan suasana penuh keakraban.

Sesekali Ferdi terlihat melemparkan barisan kata pujian dan rayuan untuk Jennifer. Selanjutnya rekan yang lain membalasnya dengan ledekan dan terus memojokkan Jennifer agar menerima cinta dari Ferdy.

"Jen, aku ingin menanyakan pilihan?" imbuh Ferdi membuat Jennifer mengernyit bingung.

"Apaan tuh, Om?" sahut Rosaline menggebu-gebu.

"Sebentar."

Ferdi bangun lalu berjalan masuk ke barak. Tidak lama setelahnya, Ferdi kembali keluar dengan membawa sebuah gitar di tangannya.

Ferdi terlihat tampak keren dan membuat beberapa orang bersiul renyah menggodanya.

"Wah, Ferdi mau nyanyi buat dokter Jen," celetuk Genta.

Senyum tipis tapi menawan mulai mengembang dari wajah Ferdi. Dia mengambil posisi duduk persis di hadapan Jennifer.

Ferdi memangku gitar yang terbuat dari kayu itu di atas paha, dan jari-jari besarnya mulai memetik satu per satu senar gitar hingga menimbulkan suara petikan nada indah yang dihasilkan dari kunci-kunci lagu tersebut.

Suara merdu Ferdi mulai mengalun selaras dengan kunci lagu yang dikumandangkan oleh Ferdi saat ini.

Alunannya seolah mengunci bola mata Jennifer. Bahkan ketika tiba di susunan lirik yang ibarat ungkapan kata hatinya, Ferdi semakin mempererat tatapannya.

Kasih maaf bila aku jatuh cinta
Maaf bila saja ku suka
Saat kau ada yang punya
Haruskah ku pendam rasa ini saja
Ataukah ku teruskan saja
Hingga kau meninggalkannya dan kita bersama

Dari ekor mata Jennifer, dia bisa menangkap kalau saat ini Reyvitto terus menatap ke arahnya dan Ferdi.

Dari ujung bibirnya tidak pernah berhenti menyesap rokok yang dia bakar entah sudah berapa batang.

Tangannya sudah bergetar. Hatinya sudah pecah meledak. Cuaca siang yang tidak terlalu panas itu tetap mendatangkan hawa panas dari lubuk Rey.

Merasa keadaan semakin tidak kondusif, Jennifer memilih untuk menyuruh Ferdi menghentikan nyanyiannya.

YES, CAPTAIN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang