Dua tahun sudah Rey bertugas di wilayah perang yang melanda negeri timur.
Selama di sana dia sama sekali tidak mendengarkan berita apa pun atau informasi apa pun. Dia hanya bertanya keadaan ayah dan ibunya.
Selebihnya Rey memilih tidak ingin mendengar.
Hari ini akhirnya Reyvitto kembali menghirup udara di bumi khatulistiwa. Dia sudah selesai bertugas selama hampir 2 tahun.
Sebenarnya dia tidak ingin menyelesaikan tugas ini, tapi perintah adalah perintah. Dia bersama dengan pasukan yang lain, telah mengakhiri penugasannya dan diganti dengan pasukan berbeda.
Rey dijemput oleh Rukmini yang langsung memeluknya dengan erat.
Tangis membiru menyambut putra satu-satunya itu terdengar jelas dari Rukmini yang sudah sangat merindukan Reyvitto.
"Syukurlah kamu selamat, Nak. Ibu sangat khawatir waktu dengar kondisi di sana yang terus menerus terjadi tembak menembak dan bom jatuh di mana-mana," ucap Rukmini sembari menyentuh wajah dan lengan Rey untuk memastikan tubuhnya baik-baik saja.
Tergambar raut meringis saat Rukmini menyentuh bagian punggung Rey, tapi sekejap mata segera dihilangkan ekspresi tersebut oleh Rey.
Rey mengambil tangan sang ibu kemudian dia mengecup punggung tangannya.
"Semua baik-baik saja, Bu. Vitto kembali lagi dengan selamat, itu artinya Vitto tidak ada masalah."
Rukmini pun menggandeng putranya menuju mobil dan langsung menuju rumah.
Sepanjang jalan, pandangan mata Rey tertuju pada perubahan beberapa titik jalan-jalan protokol.
Semua sudah berbeda, tapi kenapa hatinya masih sama?
"Ayah ke mana, Bu?" tanya Rey.
"Ada pertemuan dengan presiden, Nak. Ayahmu dipanggil untuk membicarakan hal penting.
"Ayahmu diminta untuk jadi menteri pertahanan. Menteri sebelumnya akan di reshuffle katanya."
Rey hanya tertawa kecil menanggapi jawaban dari Rukmini. Ayahnya memang baru saja pensiun dan dia tidak menyangka kalau presiden sudah memberikan penawaran menempati posisi di kementerian.
Rey sudah tahu presiden terpilih bukanlah Edison. Tetapi, dia enggan bertanya mengenai kabar Edison dan keluarganya.
"Nak, mereka--"
"Ah, Bu, Vitto bawakan sesuatu untuk Ibu," potong Rey memutus suara Rukmini yang sudah bisa dia tebak, pasti ingin memberi tahu tentang Edison dan keluarganya.
Rukmini menatap Rey dengan sedu. Matanya seolah menyesali perbuatannya yang mungkin akan mengorek luka Rey, tapi bukankah Rey harus tahu semua?
Perjalanan pun dilanjutkan. Tanpa ada yang berminat untuk berbicara lagi. Baik Rey mau pun Rukmini, keduanya hanya diam dengan pemikiran masing-masing.
Rey fokus menatap jalan, menciptakan sebuah ingatan baru di dalam pikirannya.
Apa aku harus bertanya kabar pernikahanmu?
***
Setibanya di rumah, bertepatan dengan kedatangan Adhikara yang juga baru memarkirkan mobilnya berbarengan dengan mobil yang menjemput Rey dan Rukmini.
Melihat kondisi putranya, senyum bangga terlukis di wajah Adhikara. Dia memeluk Rey dengan penuh kehangatan dan kerinduan.
"Terima kasih sudah kembali selamat, Nak." Adhikara menepuk punggung Rey berkali-kali.
"Iya, Yah," balas Rey kembali meringis.
Mereka pun berjalan masuk ke rumah dengan membawa segelintir rasa. Rasa bahagia, rasa rindu, dan rasa gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, CAPTAIN! (TAMAT)
RomantiekCerita Fiksi-Romance Semua peristiwa tidak benar terjadi Blurb : Reyvitto, Kapten pasukan khusus yang bertugas di wilayah konflik Bumi Cendrawasih. Menanggulangi kelompok yang berniat memberontak dan membuat kericuhan di sana. Dokter Jennifer, dokte...