Kesibukan terlihat jelas dari dalam tenda darurat kesehatan. Di mana Jennifer bersama dengan petugas medis lain tengah memberikan pelayanan serta penyuluhan kepada warga sekitar.Banyak dari warga yang mengeluhkan pusing pada bagian kepala serta nyeri di bagian perut mereka. Selain itu juga ada warga yang mengatakan mengalami rasa takut berlebih, terutama untuk warga berusia senja.
Pemberontakan dan penyerangan yang dilakukan berulang-ulang oleh kelompok separatis tersebut nyatanya sudah meninggalkan luka dalam ingatan mereka.
Terlebih penjahat bersenjata itu tidak hanya mencelakai aparat yang berjaga, tapi juga warga sipil bahkan anak kecil sekalipun.
Miris memang, jika harus bertarung dengan saudara sendiri.
"Mama jangan takut. Para prajurit yang sedang berjaga di sini akan melindungi kita semua. Percaya dengan mereka, Mama," ucap dokter Gemala bijaksana.
Mama yang sudah berusia sekitar 70 tahun itu pun menganggukkan kepala berkali-kali seraya membasahi pipinya dengan liquid bening.
Jennifer, Rosaline, Doni, dan semua petugas yang berada di dalam tenda nampak terenyuh menyaksikan langsung bagaimana rasa takut dari warga terhadap kelompok Babon.
"Mereka akan datang lagi, dokter," lirih Mama memegangi tangan dokter Gemala dengan gemetar.
Dokter Gemala menumpuk tangannya di atas tangan tua Mama. Garis wajahnya yang teduh serta senyum simetrisnya seolah sedang mengalirkan sebuah rasa tenang dan damai kepada Mama.
"Saat mereka datang, prajurit kita yang berani akan langsung menghadang, Mama," pungkas Gemala mengeratkan tangan Mama di bawah tangannya.
"Sa ucapkan terima kasih, dokter. Keselamatan dan kebahagiaan untuk kalian semua." Mama mengitari pandangannya menatap satu per satu wajah tenang dari seluruh tim medis yang kini sedang balik tersenyum kepadanya.
"Sama-sama, Mama," jawab Gemala.
Mama pun diantar oleh salah satu prajurit kembali ke rumahnya.
Tanpa sadar, beberapa di antara mereka tengah mengusap cairan yang mulai merangsak dari sudut matanya, termasuk Jennifer dan Rosaline.
"Gue ngga bisa bayangin, bagaimana takutnya mereka berada dalam kecaman setiap saat," cetus Rosaline.
"Kita yang di kota malah asyik senang-senang dan foya-foya. Mereka di sini justru berkutat dengan keterbatasan," balas Jennifer.
"Dihimpit ketakutan. Setiap hari selalu dihantui oleh serangan tiba-tiba dari kelompok bersenjata itu," lanjut Jennifer dengan pandangan menyipit dan mengedar menjelajahi beberapa warga lokal yang sedang diperiksa.
***
Masuk tengah hari, kondisi tenda darurat mulai sepi. Beberapa warga sudah tidak terlihat lagi untuk berobat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, CAPTAIN! (TAMAT)
RomansaCerita Fiksi-Romance Semua peristiwa tidak benar terjadi Blurb : Reyvitto, Kapten pasukan khusus yang bertugas di wilayah konflik Bumi Cendrawasih. Menanggulangi kelompok yang berniat memberontak dan membuat kericuhan di sana. Dokter Jennifer, dokte...