Lisa menatap Rosie yang menjauh dari hadapannya hingga akhirnya menghilang. Dia keluar menuju sepedanya berada, menaikinya lalu mengayuhnya menuju danau.
Lisa berhenti sesampainya di danau, dia duduk termenung. Sungguh ada rasa sakit melihat Rosie, apalagi lebam yang sudah sedikit pudar terlihat diwajahnya.
"Mengapa semuanya menjadi rumit, eomma bantu aku." Ucap Lisa menatap kearah atas menutup matanya, dia lelah dengan semua ini Lisa ingin semuanya seperti dulu lagi.
"Benarkah?"
Suara itu membuat Lisa membuka matanya menatap pria yang sudah berada disampingnya.
"Maksudmu?" Tanya Lisa.
"Serumit itu kah hidup mu." Ucap seorang pria.
"Kau siapa?" Ketus Lisa.
"Aku Eunwoo, aku hanya bertanya saja." Ucap Eunwoo.
Lisa malas meladeni Eunwoo jadi dia diam saja tidak menyahuti apa yang katakan Eunwoo.
Eunwoo menatap Lisa,"tidak ada yang rumit di dunia kitalah yang membuatnya menjadi rumit, jika kita selalu berpikir tenang seperti seorang psikopat maka semuanya akan baik-baik saja."
"Maksud lu, gue harus jadi psikopat gitu." Ujar Lisa.
"Ya tidak juga, maksud dari kata psikopat yaitu cara dia yang selalu tenang dalam situasi apapun." Sahut Eunwoo.
Lisa memutar bola matanya malas, "sangat tidak jelas."
"Itu sangat jelas, kalau tidak mengerti biar gue jelasin lagi, jadi maks___." Ucap Eunwoo terputus ketika Lisa menyodorkan roti ke dalam mulut Eunwoo.
"Bisa kau diam kepalaku sedang pusing, jangan menambahnya lagi." Eunwoo mengangguk kemudian memakan roti yang Lisa sodorkan.
Keduanya terdiam hingga beberapa menit sampai akhirnya Lisa berdiri, Eunwoo tampak bingung dia juga ikut berdiri, Lisa menaiki sepedanya, mengayuhnya pergi dari sana.
"HEY,SIAPA NAMAMU?" Teriak Eunwoo sebelum Lisa menjauh dari hadapannya.
"LISA." Balas Lisa tanpa melihat arah belakang.
"Lisa." Gumamnya,"nama yang cantik seperti orangnya."
***
Rosie anak itu tengah duduk memeluk boneka kesayangannya, setelah dia diantar ke selnya tidak lama sipir lain datang memberi boneka yang Lisa bawa.
"Kau tampak senang sekali." Ucap Joo-ri yang berada di samping Rosie yang memperhatikannya sedari awal memeluk boneka tupai.
Rosie mengangguk,"Rosie sangat senang bertemu Lili, terus tupai ada disini."
Joo-ri yang gemas mencubit pipi Rosie yang masih memeluk bonekanya dengan senyuman manis.
"3 hari lagi persidangan akan dimulai, jangan takut mengatakan apa yang kau lihat saat itu "
Rosie mengangguk menatap Joo-ri,"Rosie akan mengatakan semuanya."
"Bagus sekali." Ucap Nara yang tiba-tiba muncul lalu mengelus rambut Rosie.
Rosie bersandar pada Joo-ri sambil memainkan bonekanya. Joo-ri hanya tersenyum mengelus rambut Rosie, seandainya putrinya masih hidup mungkin kebahagiaan akan selalu bersama nya.
"Tetap tersenyum, jangan pernah bersedih lagi." Ujar Joo-ri menatap Rosie.
"Rosie selalu bahagia." Ucap Rosie,"lihat Rosie tersenyum." Rosie mengeluarkan senyuman manisnya pada Joo-ri.
"Kau sangat menggemaskan, kenapa semua tidak percaya jika kau bukan seorang pembunuh." Ucap Eun Soo menghujani Rosie dengan cubitan dan ciuman gemas.
Eun Soo memeluk Rosie masih dengan aksinya tadi. Rosie pula merengek meminta bantuan kepada Nara dan Joo-ri, sesekali mencoba melepaskan dirinya dari Eun Soo.
"Aaaaaa bibi bantu Rosie." Rengek Rosie yang terus-menerus menghapus bekas ciuman Eun Soo.
"Kau sangat menggemaskan aku ingin terus mencium mu." Ucap Eun Soo yang tidak mau berhenti dengan aksinya.
Joo-ri menghentikan aksi Eun Soo, soalnya mata Rosie sudah berkaca-kaca hampir mau nangis. Daripada Rosie menangis lebih baik dia hentikan aksi Eun Soo.
"Yaaaa unnie mengapa kau menarik ku?" Tanya Eun Soo yang sudah berada didepan pintu, Joo-ri menariknya sampai di sana.
Rosie yang sudah terlepas langsung memeluk Nara, menghapus bekas ciuman Eun Soo menggunakan pakaian Nara.
"Kau menodainya, menjauh lah." Ejek Nara pada Eun Soo.
"Cih kau juga menodainya."
"Sejak kapan, jangan asal bicara."
Rosie berpindah pada Joo-ri dia tidak ingin terlibat pertengkaran diantara mereka. Dia merebahkan tubuhnya menaruh kepalanya pada pangkuan Joo-ri memeluk boneka tupai nya.
Joo-ri mengelus rambut Rosie membuat sang empunya memejamkan mata hingga akhirnya tertidur.
Nara dan Eun Soo masih dalam perdebatan sengit. Tidak ada yang mau mengalah, ejek mengejek itu yang mereka lakukan sedari tadi sampai teguran Joo-ri membuat mereka terdiam.
"Bisa kalian berdua diam, Rosie sudah tidur." Ucapan Joo-ri itu membuat keduanya terdiam sesaat lalu melanjutkannya dengan suara yang amat pelan.
Nara dan Eun Soo mendengar kan perkataan Joo-ri tapi di ganti dengan aksi senggol menyenggol sampai dimana akhirnya Joo-ri geram dengan kelakuan mereka.
"Kalian berdua mau ku pukul, diam atau aku menendang kalian berdua." Keduanya terdiam tidak ada lagi aksi dari mereka.
***
Jungkook sedari tadi celingak-celinguk mencari seseorang. Sudah beberapa hari ini dia mengunjungi taman tapi dia tidak melihat Rosie berada di sana. Jungkook selalu menunggu Rosie hingga larut malam.
Jungkook melangkah masuk ke dalam rumah dengan tidak semangat. Dia duduk di sofa dengan wajah lesunya. Kemana Rosie mengapa dia tidak terlihat lagi di taman.
"Tidak berjumpa dengannya?" Tanya nyonya Jeon yang datang dari arah dapur lalu duduk di samping Jungkook.
Jungkook menggelengkan kepalanya,"tidak."
"Jungkook rindu Rosie eomma." Dia memeluk nyonya Jeon.
Nyonya Jeon mengelus rambut sang anak,"mungkin dia sedang berlibur dengan keluarga nya, makanya dia tidak ada di sana."
"Mungkin saja." Ucap Jungkook dengan lesu.
"Kau bisa mencari teman yang baru."
"Tidak mau, Jungkook hanya mau berteman dengan Rosie saja."
"Bukankah masih banyak orang yang bisa di temani."
"Tapi tidak ada yang setulus Rosie."
"Baiklah, sekarang mandi dan turun untuk sarapan."
"Hm." Jungkook beranjak berjalan menuju kamarnya yang masih dalam keadaan lesu.
Nyonya Jeon yang melihat putranya hanya bisa menggeleng kepala saja. Sebegitu baik kah Rosie, Sampai putranya tidak mau lagi berteman dengan siapapun selain dirinya. Mungkin nyonya Jeon akan menemukan jawabannya jika dia sudah bertemu langsung dengan Rosie.
To Be Continued
130524
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fanfic[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"