Gelap, yang terlihat hanyalah kegelapan. Rosie mengigit jarinya ketakutan, pintu lemari terbuka terlihat sosok Rosie yang terduduk memeluk kakinya sesekali menggigit kuku-kuku jari nya.
"Kenapa diam?" Sosok itu berjongkok dihadapan Rosie.
Rosie hanya diam, tidak menatap sosok itu.
"Kau dan ibu mu itu memang pembawa sial."
Sosok itu menarik rambut Rosie, membuat Rosie menengadah kepalanya menatap pria itu.
"Jangan, membuat semuanya menjadi kacau jika tidak kau akan melihat kembaran mu itu sama seperti ibu mu."
Sosok itu membakar anti nyamuk, lalu menempelkannya di kulit Rosie,"jangan bersuara."
Rosie menahan sakit tanpa suara, dia berusaha sekuatnya dia takut sosok itu memukulnya dengan brutal.
Setelah puas sosok pria itu membuang anti nyamuk itu,"jangan katakan pada siapapun, jika ada yang tau, kau lihat saja akibatnya."
Sosok pria itu merantai tangan dan kaki Rosie, kemudian menguncinya kembali didalam lemari.
Pria itu seperti memasukan sesuatu didalam lemari Rosie, membuat Rosie menjadi pusing tak lama dia pingsan. Sosok pria itu tahu tapi dia membiarkannya saja.
Rosie terbangun dia mengerjapkan matanya beberapa kali ternyata dia berada di kasur nya.
Jisoo masuk ke dalam kamar Rosie,"sudah sadar."
Rosie mengangguk, tapi dia bingung apa yang terjadi.
Jisoo duduk di samping Rosie, dia meraih Rosie lalu memeluknya.
"Rosie, kenapa manjat lemari?" Tanya Jisoo.
"Untung saja Appa melihat Rosie yang tergeletak di lantai, cepat-cepat memangil dokter, jika tidak mungkin akan lebih parah."
Rosie bingung apa yang dikatakan oleh unnienya, dia tidak pernah memanjat lemari, dia juga tidak jatuh dilantai.
Rosie melepaskan pelukan Jisoo,"Rosie tidak panjat lemari, Rosie tidak jatuh."
Seseorang masuk kedalam kamar yang ternyata itu Dong Wook.
"Rosie apa ada yang sakit?" Tanya Dong Wook.
"Kepala Rosie sangat sakit Appa." Rosie beralih memeluk appanya.
Dong Wook meraih tangan Rosie yang terdapat bekas luka bakar.
"Rosie ini kenapa?" Tanya Dong Wook.
Rosie menggeleng,"tidak tahu."
"Siapa yang mengajari Rosie berbohong." Ujar Dong Wook, dia menyuruh Jisoo untuk mengobati tangan Rosie.
"Rosie tidak berbohong." Ucapnya menundukkan kepalanya.
"Sakit unnie." Lirih Rosie, ketika Jisoo mulai mengobati tangannya.
"Rosie," Dong Wook mengangkat kepala Rosie agar anak itu menatap nya.
"Rosie tidak boleh berbuat seperti ini lagi, darimana Rosie mendapatkan anti nyamuk?" Tanya Dong Wook yang ingin tahu apa yang dipikirkan oleh Rosie.
Rosie menjawab dia hanya menggeleng saja.
"PELAYAN." Teriak Dong Wook, seorang pelayan datang.
"Periksa seluruh rumah, cari benda aneh di rumah ini, buang jika itu membahayakan."
"Baik tuan." Pelayan itu pergi dari hadapan Dong Wook.
"Ini salah Jisoo Appa, seharusnya Jisoo tidak mengizinkan bibi Kim mengambil cuti."
"Tidak Jisoo, ini tanggung jawab Appa menjaga kalian semua agar tidak terluka."
Jisoo mengangguk lalu menatap Rosie yang masih memeluk appanya.
"Rosie tidur lagi ya." Suruh Jisoo.
"Kepala rosie sakit unnie." Rengek nya beralih memeluk Jisoo.
"Jisoo-ya Appa keluar dulu, Rosie ingat jangan memanjat lemari lagi." Rosie mengangguk tapi masih memeluk Jisoo.
Dong Wook keluar dari kamar Rosie, Jisoo pula harus meniduri adik nya yang manja ini.
"Berbaring."
Jisoo mengelus kepala sang adik, mata Rosie mulai sayu karena elusan unnienya, suara nafas teratur mulai terdengar, Rosie sudah tertidur.
Jisoo turun kebawah menuju ruang tamu. Dia duduk termenung disofa, dia tidak habis pikir apa yang terjadi pada Rosie, dimana adiknya itu bisa berpikir untuk bunuh diri.
Membakar pergelangan tangannya sendiri, seperti nya mereka harus lebih waspada terhadap Rosie. Apa kah itu akibat dari kematian eommanya, tapi yang membuat Jisoo heran pikiran Rosie mengapa bisa sampai di sana.
"Nono Jisoo, ada anti nyamuk dibawah lemari kulkas." Ujar seorang pelayan yang memperlihatkan anti nyamuk yang sepertinya masih baru.
"Apa bibi pernah melihat Rosie masuk ke dapur?" Tanya Jisoo.
"Tidak pernah nona."
"Panggil pelayan yang lain."
Pelayan itu memanggil semua pelayan yang bekerja di sana.
Setelah semua pelayan berkumpul, Jisoo menanyakan hal yang sama tapi tak seorang pun pelayan yang melihat Rosie pergi ke dapur.
Semua pelayan pergi dari hadapan Jisoo. Mungkin jika bertanya pada Rosie dia tidak akan menerima jawabannya, Jisoo harus mencari tahu sendiri.
Malam ini seperti biasa keluarga Lee berkumpul diruang tamu.
Sepulang sekolah tadi Lisa terkejut kepala Rosie diperban dan juga pergelangan tangan nya. Sama seperti Lisa, Jennie juga terkejut. Mereka berdua lebih terkejut lagi ketika Jisoo menjelaskan semuanya.
"Appa,Unnie sebaiknya Rosie dibawa ke psikiater saja, aku takut karena kematian eomma psikisnya terganggu." Saran Jennie menatap Appa dan unnienya dengan serius.
"Saran yang bagus Jennie-ya, Appa akan mencari psikologi untuk Rosie, tapi tidak untuk di waktu ini, mungkin beberapa Minggu ke depan."
"Tidak apa Appa asalkan kita tidak terlambat." Ujar Jisoo.
Dong Wook, Jisoo dan Jennie asik mengobrol berbeda halnya dengan Rosie dan Lisa yang sedari tadi berdebat.
"Tidak Rosie ini letaknya disini." Lisa mengambil kembali puzzel itu menyusunnya ketempat yang ia ingin kan.
"Tidak, tidak, tidak." Rosie mengambil kembali puzzel itu menyusunya ditempat semula.
Lisa menatap Rosie tajam, Rosie yang ditatap seperti itu menatap balik Lisa. Sekarang mereka berdua saling tatap menatap satu sama lain.
Jisoo yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang,"hmmm, terus aja sampe bola matanya keluar, terus aja."
"Lili nakal unnie menganggu puzzel Rosie." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Lili hanya membantu saja, Rosie yang tidak tau menyusunnya." Balas Lisa.
Aksi mereka semakin menjadi, perlahan kepala mereka mendekat dengan masih menatap satu sama lain.
"Unnie congkel matanya kalau nggak berhenti." Ujar Jisoo mengarahkan sendok kepada mereka berdua.
Aksi tatap menatap,lotot melotot keduanya terhenti mendengar perkataan Jisoo.
Rosie balik bermain puzzel nya, mereka tidak berani dengan Jisoo takut beneran dicongkel matanya.
"Ini salah Rosie."
"UNNIE, LILINYA!!." Pekik Rosie
"bunuh saja aku Tuhan."
Dong Wook dan Jennie hanya tertawa saja tanpa mau ikut campur.
To Be Continued
310524
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fanfic[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"