"ponsel siapa ini." Ujar Lisa yang menemukan ponsel di sela-sela pot bunga.
Lisa memperhatikan ponsel itu dengan seksama,"orang stres mana yang nada dering nya begini."
"Maaf nona, itu ponsel saya." Ujar tukang kebun yang datang menghampiri Lisa.
"Ini ponselmu," tukang kebun itu mengangguk,"mengapa nada deringnya aneh sekali."
"Anak saya yang membuatnya." Ujar tukang kebun itu.
Lisa mengangguk lalu menyerahkan ponsel itu pada tukang kebun yang kemudian pergi dari hadapannya. Lisa berjalan kearah Rosie yang asik memberi makan ikan.
"Ayo makan biar cepat besar." Ucap Rosie menebar makanan ikan ke dalam kolam.
"Ikannya memang cuma sebesar itu." Ujar Lisa yang duduk ditepi kolam.
Rosie tidak menanggapi perkataan Lisa dia masih kesal padanya, Lisa pula acuh saja.
Petir menyambar membuat Lisa dan Rosie terkejut. Rosie mendekati Lisa lalu memeluk lengannya.
"Itu hanya petir, ayok masuk." Ajak Lisa
Lisa membawa Rosie masuk kedalam,"Jangan takut lagi." Lisa menenangkan Rosie yang masih memeluk lengannya.
"Takut petir." Ujar Jennie yang tengah menggambar desain Porche yang akan Collab bersamanya.
"Iya." Ujar Lisa.
Rosie sudah agak tenang, dia melihat Jennie yang tengah menggambar dia juga ikutan mengeluarkan alat menggambarnya, jadi sekarang ini dia tengah sibuk mewarnai.
"Lisa keatas dulu mau mengambil charger." Lisa melangkah menuju kamar.
Jennie menggangguk saja,"lelah sekali, minum kopi seperti nya enak."
Jennie melangkah menuju dapur meninggalkan Rosie yang berada diruang tamu.Rosie tidak puas menggambar di kertas dia melihat sekeliling nya, mencoba mencari sesuatu yang bisa digambar.
Dia melangkah kearah pintu kaca menuju taman, "hujan." Rosie mulai membuat maha karya miliknya pada pintu kaca itu.
"Kopi sudah, cookies juga sudah siap." Jennie berjalan keruang tamu membawa itu semua.
Dia meletakan kopi dan cookies miliknya di atas meja, lalu duduk kembali. Jennie mengambil buku desain.
"Apa-apaan ini!!" Jennie terkejut sekaligus marah, desain yang dia buat tadi tercoret hingga wujud asli desain miliknya sudah tidak terlihat lagi.
Jennie berdiri memandang desain miliknya dengan amarah, matanya tertuju dengan Rosie yang sedang mencoret-coret pintu kaca. Dia menghampiri Rosie.
"Rosie kenapa mencoret gambar unnie, HAHH!!" Marah Jennie pada Rosie menarik dia berdiri dengan paksa.
Rosie terkejut dia hanya menatap Jennie dengan polos.
"Rosie dengar yang apa unnie katakan."
"Rosie." Jennie menarik telinga Rosie.
"Sakit, unnie sakit, lepas unnie." Ujar Rosie yang merintih kesakitan mencoba melepas tangan Jennie pada telinganya.
"Unnie apa yang kau lakukan." Lisa berjalan kearah mereka melepaskan tangan Jennie yang menarik telinga Rosie.
Rosie mengusap telinganya yang memerah,"sakit, telinga Rosie sakit Lili."
"Mengapa unnie menarik telinga Rosie?" Tanya Lisa kesal, dia sangat tidak suka dengan orang yang menyakiti Rosie tanpa sebab.
Jisoo yang berada di dapur berlari kearah tamu, setelah mendengar keributan di sana.
"Ada apa ini?" Tanya Jisoo
"Unnie lihat ini," Jennie memperlihatkan gambar desainnya yang tercoret.
"Lalu apa hubungannya dengan Rosie?" Tanya Jisoo bingung.
"Rosie mencoretnya unnie, aku susah memikirkan desainnya dia malah mencoret seenaknya." Jelas Jennie
"Unnie tau darimana Rosie yang mencoretnya?" Tanya Lisa.
"Siapa lagi kalau bukan dia, lihat saja kaca itu dia juga yang mencoretnya, lagi pula hanya ada dia di sini tadi."
"Rosie yang mencoret gambar Jennie unnie?" Tanya Lisa menatap Rosie.
"Tidak, Rosie tidak tau." Ucap Rosie.
"Dengar dia tidak melakukan nya." Sinis Lisa pada Jennie.
"Jangan terus membelanya Lisa-ya, Rosie tidak akan mengakui kesalahannya lagi jika kau terus membelanya." Ucap Jisoo pada Lisa, Jisoo pikir mungkin Rosie yang melakukannya, tidak mungkin yang lain.
"Unnie ak____." Ucapan Lisa terpotong.
"Sudah tidak usah berdebat lagi." Ucap Jisoo melerai.
"Jennie sudah maafkan Rosie kali ini aja dan Rosie minta maaf pada Jennie unnie."
"Maaf unnie." Ujar Rosie dengan kepala tertunduk.
"Hm, lain kali jangan diulangi, unnie lelah memikirkan desainnya."
Semua kembali ke ruang tamu, Jennie masih kesal tapi mau bagaimana lagi, sudah lah tidak perlu diperpanjang lagi. Rosie dia sendiri tengah memakan cookies yang jennie bawa.
"Enak." Rosie terus memakan cookies itu.
Jennie hanya menatap Rosie,"sudah izin memakan cookies nya."
Rosie menggeleng,"tidak."
"Terus mengapa Rosie memakannya."
Rosie diam tidak menjawab, ia menaruh cookies itu kembali keatas piring.
"Rosie semakin nakal saja." Sahut Jennie lagi, entah lah setelah kejadian tadi suasana hatinya menjadi rusak jika menatap Rosie.
Jennie beranjak dari sana pergi ke kamarnya dari pada dia terus memarahi Rosie karena suasana hatinya lebih baik dia menenangkan dirinya dulu.
"Sudah jangan pikirkan perkataannya, ini cookies nya dihabiskan." Lisa mengambil se toples cookies di dapur, memberikannya pada Rosie.
"Rosie nakal." Ujar Rosie sedih.
"Tidak, Jennie unnie saja yang suka menuduh."
"Tapi Jennie unnie bilang Rosie nakal."
"Rosie tidak nakal, ini makan cookies nya." Lisa menyuapi Rosie dengan cookies, yang di terima senang hati olehnya.
***Dokter menggeleng, membuat nyonya dan tuan Jeon menampilkan wajah yang sedih.
"Kondisi Jungkook semakin buruk, tubuhnya terus melemah, kita harus segera melakukan operasi."
"Tapi Jungkook sudah jarang mengeluh sakit." Ujar nyonya Jeon, menatap dokter dengan serius.
"Itu bisa saja terjadi, tapi dalam pemeriksaan yang dilakukan secara rutin kondisi semakin menurun, saya sarankan segera dapatkan donor untuknya."
"Saya sedang mencari donor nya tapi sampai saat ini kami belum menemukan nya, tolong lakukan apa saja agar anak saya bisa bertahan hingga mendapatkan donor yang tepat untuknya."
"Kami akan mengusahakannya, tapi segeralah dapatkan donor nya kami juga manusia biasa yang tidak bisa menahan takdir Tuhan."
Nyonya dan Tuan Jeon mengangguk lalu pergi dari ruangan dokter.
"Mengapa masih belum menemukan nya?" Tanya nyonya Jeon dengan wajah sedih.
"Menemukan pendonor tidak semudah itu."
Nyonya Jeon memeluk suaminya, dia berharap pada Tuhan agar mengirimnya orang baik. Dia tidak ingin kehilangan anak satu-satunya.
To Be Continued
100624
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fanfic[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"