Bagian 60

318 49 5
                                    

"cepat kirimkan alamat rumah sakitnya." Ujar Dong Wook lalu mematikan panggilan dari orang suruhannya.

"Jennie, Rosie berada dirumah sakit, orang suruhan Appa sudah mengirimkan alamatnya."

Jennie mengerutkan keningnya bingung, "mengapa Rosie berada di sana Appa.'

Dong Wook menggeleng tidak tahu, "apa juga tidak tahu," Dong Wook menatap ponselnya yang berbunyi, "alamatnya sudah dikirim, kita berangkat sekarang." Dong Wook kini melajukan mobilnya menuju alamat rumah sakit yang telah dikirim.

Jennie sebelumnya menghubungi sang Appa, mengatakan semua rasa bersalahnya terhadap Rosie. Awalnya dia ingin mengatakannya pada Jisoo tapi dia terlalu malu dengan semua yang ia perbuat. Dan setelah itu mereka berdua mencoba mencari Rosie bersama sambil menunggu telepon dari orang-orang suruhannya.

Mereka Sampai di rumah sakit, dengan tergesa-gesa mereka masuk kedalam menuju resepsionis.

"Permisi, pasien bernama Roséanne Lee apakah berada di sini?." Ujar Dong Wook pada resepsionis.

"Oh, pasien bernama Roséanne Lee sekarang berada di ruang ICU." Beritahunya.

Mendengar itu Jennie dan Dong Wook segera menuju ruang ICU. Hati dan pikiran mereka kacau, apa yang sebenarnya terjadi pada Rosie. Mereka memohon agar semuanya baik-baik saja.

Dari kejauhan mereka dapat melihat Jisoo dan Lisa yang tampak kacau terduduk di depan ruangan itu bersama Bo-hyun dan Jaehyun yang juga sama persis kacaunya dengan Jisoo dan Lisa.

"Jisoo."

"Lisa."

Mendengar suara sang Appa Lisa menengadah kepalanya menatap Dong Wook dengan perasaan yang sulit diartikan.

"Lisa apa yang terjadi?" Tanya Dong Wook yang melihat Lisa berdiri lalu berjalan ke arahnya.

"UNTUK APA KAU KEMARI, PERGI, PERGI." Marah Lisa mendorong Dong Wook agar pergi.

"Lisa, hey, apa yang kau lakukan." Jennie berusaha menghentikan Lisa.

Sedangkan itu yang lain hanya diam tanpa berniat untuk menenangkan ataupun menghentikan Lisa.

Lisa menghentikan aksinya, beralih menatap Jennie dengan tajam, "DAN KAU MANUSIA YANG TIDAK PUNYA HATI UNTUK APA DATANG KESINI BERSAMA MONSTER ITU."

"TIDAK CUKUP KALIAN MENGHANCURKAN HATI ROSIE, TIDAK CUKUPKAH KALIAN BERBUAT SEMUA ITU."

Kedua orang itu hanya terdiam mendengar kemarahan Lisa. Mereka pantas mendapatkan lebih dari kata-kata itu, Lisa masih menjaga ucapannya tidak mengeluarkan kata makian untuk mereka.

"Lisa."

"Jangan mendekati ku." Ucap Lisa yang melihat Appanya ingin mendekati dirinya.

"Appa minta maaf Lisa." Ujar Dong Wook merasa bersalah.

Lisa tertawa kecil, "kau baru minta maaf ketika dia berada di ujung kematian, ORANG TUA MACAM APA KAU INI!!."

Kemarahan Lisa semakin menjadi, membuat Dong Wook dan Jennie bingung bagaimana cara meminta maaf pada Lisa.

Hal yang tak pernah mereka duga sebelumnya, Dong Wook berlutut di hadapan Lisa,"Appa minta maaf Lisa-ya, Appa... Appa sungguh tidak bisa berpikir jernih saat itu." Mohon Dong Wook menundukkan kepalanya merasa bersalah.

Mereka yang melihat itu mematung terkejut dengan apa yang Dong Wook lakukan. Lisa sedikit merasa bersalah, melihat Appanya berlutut di hadapannya.

"Lalu sekarang, apa yang Appa inginkan?" Tanya Lisa tanpa menatap Dong Wook.

"Dimana Rosie, Appa ingin meminta maaf padanya."

Lisa mengulurkan tangannya pada Jisoo meminta kartu jenguk, untung saja Jisoo mengerti apa yang Lisa minta. Setelah menerima kartu itu Lisa memberikannya pada Dong Wook tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Dong Wook berdiri menerima kartu itu, dia menatap Lisa bingung,"Appa tidak bodoh, Appa tau guna kartu itu." Ucap Jisoo yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan kata.

Dong Wook mengangguk, sebenarnya dia juga tau itu kartu apa. Tanpa berlama-lama Dong Wook masuk kedalam ruangan Rosie, semakin dalam dia masuk semakin terdengar suara mesin-mesin itu.

Dia menutup mulutnya tak percaya menatap kondisi Rosie, Dong Wook hampir terjatuh. Kakinya seolah tidak kuat menopang tubuhnya,"Rosie sayang," ucapnya tertunduk disamping brankar Rosie.

Air Matanya turun semakin deras, "maafkan Appamu yang bodoh ini." Dong Wook ingin hanya bisa menatap putrinya itu karena tidak diperbolehkan untuk menyentuh pasien,"Ji-ah, tolong jangan membawanya, aku sungguh berjanji akan menjaganya."

Di Dalam ruangan itu dipenuhi oleh tangisan Dong Wook, sedangkan itu diluar semua orang hanya diam tanpa ada minat untuk berbicara. Jennie dia sedari tadi mencuri pandang ke arah Lisa dan Jisoo, dia ingin berbicara dengan mereka tapi Jennie terlalu takut dan juga malu.

Dengan rasa berani yang tersisa sedikit Jennie mendekati keduanya,"unnie, Lisa maaf." Ucapnya tertunduk dalam.

Jisoo menatap Jennie tapi tidak dengan Lisa. Dia masih kesal dengan ucapan Jennie waktu itu.

Mungkin ini bukan waktunya untuk saling menyalahkan, karena Jisoo juga bersalah akan kejadian ini,"semuanya sama-sama bersalah tidak perlu melontarkan hal itu." Jennie mengangguk dia kembali terdiam.

Dong Wook keluar dari ruangan itu dengan mata sembab, secara bergantian dia menatap Jisoo dan Lisa dengan rasa bersalah.

Langit sudah begitu gelap, mereka kini berada di kantin mencoba untuk makanan tapi makanan yang ada dihadapan mereka tak satupun tersentuh.

Keheningan diantara mereka terpecah karena kedatangan Wendy,"paman bisa berbicara sebentar." Dong Wook berdiri mengikuti langkah Wendy yang sedikit menjauh dari mereka.

Wendy menarik nafasnya dalam-dalam,"ini tentang kondisi Rosie," Wendy terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya,"Rosie mengalami TBI atau bisa dikatakan cedera otak traumatis, yang dapat mengakibatkan kerusakan otak sementara maupun permanen bahkan bisa berujung pada kematian, seperti otak bisa saja mati secara medis." Jelas Wendy pajangan lebar.

"Lakukan apa saja, paman akan membayar semuanya, tenang saja." Ujar Dong Wook sedikit memohon pada Wendy.

"Uang bukan segalanya paman, jika takdir berkata lain uang mu tak akan ada gunanya, berdoa lah pada Tuhan agar Rosie bisa melewati ini semua." Ucapan Wendy membuat Dong Wook terdiam, memang jika Tuhan mengatakan hal yang lain maka uang ratusan juta pun tak akan pernah ada gunanya.

Setelah mengatakan itu Wendy pergi meninggalkan Dong Wook,"ada apa Appa?" Tanya Lisa yang penasaran.

"Kata Wendy Rosie mengalami cedera otak traumatis."

"Terus"? Sahut Jaehyun.

"Kondisinya itu dapat mengakibatkan kerusakan otak yang bisa saja berujung pada kematian." Mereka semua terdiam mendengar itu, serumit itukah kehidupan mereka.

"Jaehyun ini sudah malam, kau pulang lah orang tuamu pasti mencarimu." Ucap Dong Wook pada Jaehyun.

"Tidak apa paman, aku disini saja." tolak nya.

"Kau bisa menjenguk nya besok, ini bawa kartu jenguk ini," Jisoo memberikan kartu jenguk itu pada Jaehyun,"kau bebas mengunjunginya kapan kau mau."

Setelah berpikir lama Jaehyun akhirnya mengiyakannya, dia pergi menggunakan mobilnya. Bo-hyun juga ikut pegi karena Jisoo yang menyuruhnya, mungkin jika saja Jisoo tak menyuruhnya dia tidak akan mau pergi darí sana.

•To Be Continued•
03 Oktober 2024

Alur || Roséanne ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang