Apa benar keluarganya sehancur ini sekarang, kadang Jisoo berharap itu semua hanyalah mimpi. Bahkan ia lupa kapan terakhir kali keluarganya berkumpul dan tertawa bersama, seolah itu semua tak pernah terjadi.
"Jisoo-ssi."
Jisoo menatap orang yang memanggilnya. Ternyata itu Bo-hyun, pria itu berjalan menuju meja yang ia tepati.
Jisoo hanya diam saja ketika pria itu duduk dihadapannya."Sedang apa disini Jisoo-ssi?" Tanya Bo-hyun.
"Tidak ada, hanya ingin menenangkan pikiran saja." Jawab Jisoo acuh.
"Selarut ini." Ujar Bo-hyun yang melihat jam tangannya, sekarang sudah pukul 11 malam dan Jisoo masih berada diluar.
"Kau ada masalah?" Tanya Bo-hyun hati-hati pada Jisoo yang hanya diam sedari tadi, tanpa mau menanggapi ucapannya.
Jisoo mengaduk minuman miliknya,"kurasa kita tidak sedekat itu untuk mengetahui apa yang menjadi privasi ku." Ucapnya tanpa melihat kearah Bo-hyun.
Bo-hyun meringis kecil mendengar ucapan sarkas dari Jisoo. Memang benar apa yang Jisoo katakan, mereka tidak sedekat itu.
"Maaf, bukan bermaksud ingin mengetahui privasimu, kupikir kau memerlukan teman cerita, aku siap mendengarkan mu." Ucap Bo-hyun menatap Jisoo dengan hati yang berdebar.
Jisoo menatap Bo-hyun, berpikir sejenak tidak ada salahnya bercerita padanya, jika dilihat pria dihadapannya orang yang baik, Jisoo menghela nafas,"adikku hilang."
"Adikmu yang waktu itu bermain di taman." Jisoo mengangguk lemah.
"Appa mengusirnya dan sekarang dia menghilang, kami sedang berusaha mencarinya tapi sampai saat ini kami belum menemukannya." Jelas Jisoo menundukkan kepalanya, ada sedikit kelegaan dihatinya dapat bercerita keluh kesahnya.
Bo-hyun menatap Jisoo iba, bias ia lihat Jisoo seperti ingin putus asa tapi ia tidak bisa menyerah begitu saja,hingga akhirnya semua masalah ia pendam sendiri.
"Aku bisa membantumu."
Jisoo mengangkat kepalanya menatap Bo-hyun,"apa tidak merepotkan mu?"
Bo-hyun menggeleng kepalanya,"tidak sama sekali."
Jisoo tersenyum,"terimakasih."
"Tidak masalah." Bo-hyun membalas senyuman Jisoo,"ini sudah malam, kalau bisa, aku siap mengantar mu." Ucapnya seolah seperti tentara.
Jisoo tertawa kecil, pria dihadapannya ini selain baik dia juga lucu. Bo-hyun yang melihat itu tersenyum, dia senang melihat wajah ceria Jisoo.
"Boleh, kebetulan aku tidak membawa mobil."
"Kalau gitu ayo."
Jisoo kini sudah berada didalam mobil milik Bo-hyun. Mereka berdua tengah mengobrol ringan. Hingga akhirnya mereka berdua sampai didepan rumah Jisoo.
Jisoo membuka pintu lalu keluar dari mobil Bo-hyun, sebelum pergi jisoo menatap Bo-hyun dari luar. Bo-hyun menurunkan kaca mobilnya.
"Terimakasih atas tumpangannya." Ucap Jisoo.
Bo-hyun tersenyum,"sama-sama, besok aku akan menjemputmu untuk mencari adikmu."
Jisoo mengangguk,"sekali lagi terimakasih, sudah merepotkan mu."
"Tidak sama sekali, aku senang membantu, kalau gitu aku pergi dulu."
"Hati-hati." Bo-hyun mengangguk.
Kini mobil Bo-hyun melaju pergi dari halaman rumah Jisoo. Jisoo masuk tapi sebelum ia benar-benar masuk pandangan teralih pada arah balkon kamar si kembar, dia melihat Lisa yang tertidur di sana.
Dia masuk mansion lalu berjalan menuju kamarnya, sebelum tidur Jisoo membersihkan dirinya setelah itu ia pergi menuju kamar Lisa, dia menuju balkon ia melihat Lisa tertidur. Dengan hati-hati Jisoo mengangkat Lisa, membawanya masuk menuju kasur. Dia membaringkan tubuh Lisa dengan pelan agar tidak terbangun lalu menyelimutinya, Jisoo menatap seduh adiknya itu. Dia tahu adiknya itu habis menangis, diusapnya lembut pipi sang adik,"aku menyayangimu Lisa-ya, dan juga dengan Rosie." Sebelum pergi Jisoo mencium dahi sang adik.
Pagi yang cerah, disambut dengan aktivitas manusia dengan Kendaraan yang berlalu-lalang, pejalan kaki, dan gerobak yang mulai menjajakan dagangannya. Hari yang akan Rosie lewati entah seperti apa.
Rosie terbangun karena terkejut dengan air yang kakeknya guyurkan padanya.
"Bangun anak sialan."
Rosie menatap sekelilingnya, dia tidak melihat eommanya, bukankah semalam eommanya berada disini.
"Eomma."
"Eomma."
Rosie mengamati sekeliling nya, mengedarkan pandangannya mencari sang eomma.
"Eomma mu itu sudah mati, bodoh." Ucap Kang-Ho dengan nada menghina.
Rosie menggeleng,"eomma, sini semalam."
"Jangan banyak membual, seharusnya pikirkan apa yang akan ku perbuat padamu hari ini."
Sebelum Kang-Ho mendekati Rosie, ponsel miliknya lebih dulu berdering.
"JIHOON." Pekiknya setelah selesai menerima panggilan.
Dengan tergesa-gesa Jihoon menghampiri Kang-Ho,"Iya boss."
"Kau jaga dia jangan sampai kabur, ingat itu." Setelah mengatakan itu Kang-Ho pergi dari sana.
Melihat bossnya pergi, Jihoon menatap dua orang suruhannya,"Kalian berdua jaga dia, aku ada urusan."
"Baiklah." Ucap keduanya.
Rosie dia sedari tadi hanya mendengar percakapan mereka. Badannya begitu sakit, apalagi bekas luka yang ia dapatkan mulai terasa perih. Guyuran air yang kakeknya beri padanya membuat dirinya kedinginan dan sekarang tubuhnya menggigil.
Yejin menatap Rosie dengan nafsu liarnya, baju Rosie yang basah menampakan lekukan tubuhnya apalagi posisi Rosie yang membelakanginya membuatnya semakin jelas. Sebelum ia mendekati Rosie Yiheon lebih dulu menghalanginya.
"Kau mau apa?" Tanyanya.
"Aku ingin...." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Yiheon memotong nya.
"Sudahlah, tubuhnya sudah terluka." Yiheon menarik Yejin keluar tidak lupa mengunci Rosie dari dalam.
"Eomma kenapa pergi, katanya mau temani Rosie." Ucapnya lirih dengan kepala yang tersandar didinding, dia sudah tidak kuat mengangkat nya.
"Apa kita sudah dekat?" Tanya Lisa menatap Jaehyun yang sedang menyetir.
"30 menit lagi." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya.
Lisa mengangguk mengerti, dia menyandarkan tubuhnya menatap kearah jalanan. Perasaan sama yang ia rasakan semalam masih terasa hingga hari ini. Lisa terus berdoa dalam hati berharap apa yang dipikirkannya tidak terjadi, semoga saja hal buruk yang berkeliaran di kepalanya tidak pernah terjadi.
•To Be Continued•
03 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fiksi Penggemar[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"