Hari ini Rosie hanya bisa terbaring lemah di atas kasur. Sudah empat hari ini Rosie demam tinggi, terlalu banyak makan eskrim, belum lagi ketika sudah sampai di rumah, tak lama hujan turun, karena tidak ada yang mengawasinya dia pergi berlari-lari dibawah guyuran hujan. Kemana Lisa? Tadi Yeri meneleponnya, ada tugas kelompok yang harus mereka kerjakan.
Kalau bukan karena Jisoo yang memarahinya dia pasti tidak mau berhenti, soalnya bibi Kim yang sedari awal menegurnya tidak didengarkan olehnya.
"Unnie, kepala Rosie sakit." Rengek Rosie pada Jisoo yang tengah menyiapkan obat untuknya.
"Biar aja, salah sendiri mandi hujan, udah tau imunnya lemah." Omel Jisoo.
"Sini duduk." Jisoo membantu Rosie duduk bersandar, kemudian mengambil obat yang akan Rosie minum.
"Ayo, buka mulutnya."
Rosie menggeleng,"tidak enak, obat tidak enak."
"Kalo yang enak namanya eskrim, ayo buka mulutnya."
Rosie menggeleng, dia menutup mulutnya menggunakan tangannya.
"Kalau begitu tidak ada eskrim untuk selama-lamanya." Jisoo meletakkan obat itu di atas nakas.
Sebelum Jisoo beranjak, Rosie menarik lengan unnienya dengan wajah memelas nya.
"Unnie." Rengek nya.
"Mau minum obat atau gak ada eskrim."
"Minum obat." Cicitnya.
Rosie meminum obatnya, rasanya Rosie ingin memuntahkan nya tapi dilarang oleh Jisoo.
Jisoo selesai memberi obat untuk Rosie, "tidur, biar cepat sembuh."
"Tapi Rosie di Elus ya unnie." Pinta Rosie.
"Iya." Jisoo mulai mengelus kepala Rosie membuat sang adik mulai menguap lalu tertidur.
"Cepat sembuh adik unnie." Jisoo menaikkan selimut Rosie, lalu mencium kening sang adik.
Jisoo berjalan keluar dari kamar, sudah tiga hari dia tidak masuk kerja. Awalnya saat hari pertama Rosie sakit dia pergi kerja, tapi tak berapa lama bibi Kim menelepon nya mengatakan bahwa Rosie terus menangis mengeluh sakit kepala, hidung tersumbat, dan banyak lagi.
"Bagaimana apa demamnya sudah turun?" Tanya Kang-Ho saat melihat Jisoo yang sudah sampai di ruang tamu.
"Sudah mendingan, tapi harus banyak istirahat." Ujar Jisoo yang ikut duduk di sofa.
"Bagus kalau begitu." Ucap Lee Kang-Ho.
"Tapi kakek sarankan beri dia vitamin untuk memperkuat imunnya." Sahut Lee Kang-Ho kembali membaca koran miliknya.
"Jisoo sudah memberikannya beberapa vitamin." Ujar Jisoo, tak lama dia berlalu pergi ke dapur.
Jisoo menghabiskan waktunya dengan berbincang bersama sang kakek. Sembari menunggu Rosie bangun, Jisoo membuat puding untuk sang adik, karena Jisoo tau lidah Rosie pasti pahit.
***
"Jaehyun, ayo makan, bagaimana bisa sembuh kalau tidak mau makan." Bujuk Han-na pada putranya.
"Jaehyun tidak lapar eomma." Ujar Jaehyun yang membelakangi eommanya.
Semalam Jaehyun jatuh sakit dia demam karena sudah tidak tahan dengan pertengkaran kedua orang tuannya. Bukan itu saja dia sempat bertengkar dengan ayahnya, dia sakit hati melihat eommanya terus dipukuli, dulu Jaehyun memang setidak peduli itu tapi, setelah dia tau betapa sakit yang eommanya itu hadapi selama ini.
Cercaan dari neneknya, diperlakukan seperti budak oleh ayahnya. Diselingkuhi, bahkan hampir dibunuh oleh suaminya sendiri.
Jaehyun bangun dari tidurnya, dia menyentuh luka yang ada pada wajah eommanya.
"Apa ini sakit?" Tanyanya.
Han-na menggenggam tangan Jaehyun yang berada diwajahnya,"eomma lebih sakit jika kau sakit, luka ini tidak seberapa untuk eomma."
"Tidak, ini pasti sakit, biar Jaehyun obati." Sebelum beranjak dari tempat tidurnya, Han-na lebih dulu menahannya.
"Eomma sudah mengobatinya, sekarang kau makanlah."
Jaehyun menerima suapan dari eommanya dia tidak ingin membuat eommanya bertambah sedih.
Ini adalah suatu hal yang Han-na sangat syukuri di dalam hidupnya, sebuah perubahan dari Jaehyun membuatnya begitu bahagia.
"Jangan takut kepada eomma lagi, eomma ingin dirimu seperti ini selalu ingin berdekatan dengan eomma." Ujar Han-na.
Jaehyun memeluk eommanya,"Jaehyun janji akan melindungi eomma dari monster itu."
"Dia ayahmu, tidak baik bicara seperti itu."
"Itu menurut eomma, bagi Jaehyun dia monster."
"Sudah, sekarang istirahat biar demamnya cepat turun."
Han-na keluar dari kamar Jaehyun. Jaehyun menatap kepergian eommanya, bisakah dia sedikit berharap, dia berharap ingin memiliki keluarga sepertu Jungkook. Yang begitu menyayangi nya.
***
"Kenapa puding nya sedikit sekali unnie." Protes Rosie pada Jisoo.
Mereka berdua berada diruang tamu bersama Lisa dan kakeknya.
"Sedikit apa, Rosie sudah memakannya empat gelas, apa masih kurang." Jisoo tidak habis pikir adiknya ini kurus tapi makannya melebih sumo.
"Kenapa Unnie memberikan pada mereka berdua, jadi Rosie cuma dapat sedikit." Tunjuk nya pada Lisa dan kakeknya.
"Kau saja yang rakus, bukan pudingnya yang sedikit." Ucap Lisa sinis pada Rosie.
"Karena Rosie sakit jadi seharusnya pudding itu milik Rosie semuanya."
"Dasar babi rakus."
"Aaaaaaaa unnie." Rosie berguling-guling di atas lantai, terus merengek pada unnienya.
Jisoo pusing dia sudah tidak kuat jadi biarkannya saja. Rosie yang berada dilantai menghampiri sang unnie, dia kembali merengek memeluk Jisoo.
"Itu sudah cukup, kalau makan banyak Rosie sakit lagi terus tidak boleh makan eskrim dan cokelat lagi, mau." Ujar Jisoo membujuk Rosie.
"Tidak."
"Kalau gitu diam."
Rosie mengangguk, dia tiduran dipangkuan sang unnie sambil menonton kartun.
"Rosie bosan, Rosie ke taman boleh."Jisoo mengangguk mengiyakan, lalu menyuruh Lisa untuk menemani nya.
Di sana ada kolam ikan, kebetulan Rosie suka melihat ikan-ikan jadi sekarang ini dia berada dipinggir kolam ikan.
"Hitung saja mulai dari sekarang, semuanya akan berjalan perlahan sesuai rencana."
1
2
3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.To Be Continued
050624
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fanfic[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"