Semenjak kejadian Rosie mencoret gambar milik Jennie, mereka merasa Rosie semakin hari semakin nakal, selalu saja membuat Appa dan dua Unnienya terus memarahinya. Contohnya saja, saat dia bermain di ruang kerja Dong Wook membuat isinya berantakan dan juga merobek berkas dokumen milik Jisoo.
Yang membuat mereka geram yaitu Rosie selalu saja tidak mau mengakui semua itu. Mereka mengecap Rosie anak yang suka berbohong.
"Rosie dimana berkas milik apa di atas kasur?" Tanya Dong Wook yang menatap Rosie dengan serius.
"Tidak tahu." Ucapnya tertunduk.
"Rosie jangan berbohong, dimana?"
Rosie menggeleng kuat,"tidak tau."
Dong Wook geram, dia mengambil rotan yang berada dibawah meja yang berada diruang tamu.
"Rosie angkat tangannya." Rosie mengangkat tangan ragu-ragu.
"Sekarang jawab dimana berkas milik Appa?"
"Tidak tahu."
Dong Wook melayang kan rotan itu pada telapak tangan Rosie.
"Sakit."
"Dimana?"
"Tidak tahu."
Sekali lagi rotan itu dilayangkan.
"Rosie sekarang suka berbohong." Ucap Dong Wook yang terus melayang kan rotan itu.
"Siapa yang mengajari Rosie berbohong."
Rosie menggeleng dia terus merintih ketika rotan itu mengenai telapak tangannya.
Dong Wook menghentikan aksinya, dia membuang rotan itu asal lalu pergi dari sana. Meninggalkan Rosie yang menahan tangisannya, telapak tangan nya memerah dengan beberapa luka.
"Nona, sini bibi obatin." Bibi Kim menarik Rosie duduk di sofa, mengambil kotak P3K lalu mengobati tangan Rosie.
"Sakit, jangan kuat-kuat bibi." Ujarnya sesekali menghapus airmata nya yang keluar.
Rosie mencoba menahan tangisannya walaupun air matanya terus mengalir.
"Nona kalau ingin menangis jangan ditahan."
"Rosie kuat bibi, tidak boleh banyak menangis." Ucapnya walaupun kenyataannya berkata sebaliknya.
Jarak semakin terlihat diantara mereka, entah Rosie yang menjauh atau mereka yang tidak ingin lagi berdekatan dengan Rosie.
"Sudah selesai bibi obati." Rosie mengangguk, dia kembali menggambar.
Bibi Kim menatap Rosie sedu, saat dia pertama kali datang ia melihat keluarga ini mereka sangat menyayangi Rosie tapi lambat laun kasih sayang itu mulai pudar, hanya Lisa yang tidak berubah masih sayang pada Rosie.
"Rosie bosan di rumah." Ujar Rosie yang masih menggambar.
"Mau jalan-jalan?" Tanya bibi Kim.
Rosie mengangguk semangat, bibi Kim dan Rosie berjalan-jalan di lingkungan sekitar mansion.
"Bibi tau dimana alamat Tuhan?" Tanya Rosie tiba-tiba.
Bibi Kim menatap heran Rosie,"tidak, tapi bibi tau tempat dimana kita meminta pada Tuhan."
"Dimana?"
Bibi Kim mengajak Rosie pulang lalu menghampiri sopir. Mereka masuk ke dalam mobil yang kini sudah melaju ke tempat yang bibi kim katakan pada sopir.
Mobil berhenti pertanda sudah sampai, mereka turun dari mobil. Rosie menatap tempat itu, dia jadi teringat apa yang dikatakan eommanya.
"Jika Rosie tidak bisa menemukan jawaban yang Rosie tidak mengerti, datang saja kesini, berdoa padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur || Roséanne ✓
Fiksi Penggemar[Completed]❝Sebaris luka untuk dia, si gadis istimewa❞ "Kau pulang lebih dulu, bagaimana denganku?" "Sejujurnya aku ingin ikut denganmu, apa boleh?" "Aku akan menjaga detaknya hingga Tuhan mengambilnya kembali"