Renjun sedari tadi sibuk membersihkan kamar yang akan di gunakan oleh uncle dan aunty nya. saking sibuk nya ia mondar mandir, ia sampai tidak melihat Nara yang telah selesai mandi dan duduk di ruang tengah sambil memperhatikan Renjun yang tengah sibuk.
rasa sedih, marah dan penyesalan tiba-tiba menghampiri nya. ia sedih karena Renjun masih mau menerima ia dan suami nya yang sudah berlaku buruk pada nya sewaktu kecil, marah karena ia tidak bisa, bahkan tidak mau merawat keponakan nya itu dulu, dan ia menyesal mengapa ia sangat jahat pada ponakan nya yang sudah jelas tidak bersalah ini hanya karena demi melahirkan nya, ibu Renjun sampai merelakan nyawa nya untuk di ganti dengan nyawa sang anak.
Nara sangat menyayangi ibu Renjun, ia bahkan sudah menganggap ibu Renjun sebagai adik kandung nya sendiri. sehingga saat mendengar adik dari suami nya itu meninggal karena memperjuangkan Renjun, ia merasa sangat terpukul dan sedih. rasa sedih itu lah yang membuat ia selalu merasa marah pada Renjun. jujur ia masih tidak terima dengan kepergian adik satu-satu nya itu.
Nara tidak dapat memiliki anak karena rahim nya yang sangat lemah sehingga tidak dapat membuat sebuah kehidupan di dalam perut nya. ia sangat sedih akan hal itu, namun jika ia di beri kesempatan memiliki anak, namun ia harus mengorbankan nyawa nya, mungkin ia akan bertindak seperti ibu Renjun yang tetap mempertahankan anak nya walaupun nyawa taruhan nya.
tiba-tiba Nara merasa pipi nya basah, segera ia menyentuh cairan yang baru saja keluar dari mata nya. ia menangis.
hati nya terasa perih saat mengingat kembali saat dimana Renjun kecil tengah di siksa oleh suami nya dan bodoh nya ia, ia hanya membiarkan nya dan malah menonton setiap penyiksaan itu dengan tenang, membiarkan sang suami berlaku se enak nya.
mata nya kembali berembun, jika ia berkedip maka air mata nya akan jatuh. ia sangat menyesal telah marah pada anak sekecil itu hanya karena satu alsan yang konyol.
Nara menghapus air mata nya, lalu berjalan menuju kamar yang sedang di bersihkan Renjun. ia melihat keponakan nya itu tengah memasang seprai pada kasur, terlihat sedikit kesusahan. Nara berjalan ke arah kasur tersebut lalu membantu Renjun memasang seprai di kasur tersebut.
Renjun terkejut saat melihat aunty nya membantu nya. Renjun tersenyum.
" terimakasih " ucap Renjun tulus, namun hanya di jawab deheman oleh Nara.
setelah nya Nara langsung pergi meninggalkan Renjun dengan Renjun yang senyumam nya masih terukis manis di bibir nya. hati Renjun menghangatkan melihat perlakuan aunty nya, tidak biasanya sang bibi membantu nya.
.
.
.
.
.Jam sudah menujukan pukul tiga dini hari, namun Jeno sama sekali tidak bisa masuk ke alam mimpi nya. bayang-bayang Renjun yang di siksa oleh paman dan bibi nya terus saja bermunculan di kepala nya. Jeno bangkit dan duduk di tengah kasur nya lalu mengambil ponsel milik nya melihat apakah ada berita terbaru tentang Renjun. Jeno menyuruh anak buah nya untuk terus memantau rumah milik Renjun, ia juga berpesan jikalau terdengar suara keributan segera masuk ke rumah Renjun dan pastikan Renjun nya baik baik saja. namun tidak ada pesan apapun yang di berikan oleh anak buah nya. itu berarti semua nya baik-baik saja untuk saat ini.
Jeno sejujur nya ingin segera pergi menemani Renjun, namun ia takut Renjun tak mau melihat nya atau pun bertemu dengan nya. Jeno takut.
Jeno menghela nafas nya, ia turun dari ranjang nya, tiba-tiba tenggorokan nya terasa kering. Jeno keluar dari kamar lalu berjalan turun melalui tangga. baru saja ia hendak berbelok ke dapur, ia tidak sengaja melihat Jaehyun tengah duduk di sofa sambil memejamkan mata nya. dengan ragu Jeno menghampiri Jaehyun.
" kak" Jeno menguncang tubuh Jaehyun pelan, karena merasa tidak ada tanda-tanda Jaehyun akan bangun, Jeno mengguncang tubuh Jaehyun lebih keras.
" kak Jae " Jeno memanggil dengan suara lebih keras.
Jaehyun terbangun, lalu melihat Jeno, mata nya terpejam sebentar lalu menghembuskan nafas nya, tangan nya bergerak mengusap wajah nya pelan.
" ada apa? " suara serek Jaehyun terdengar
" tidur di kamar, kalau tidur di sofa nanti badan kakak pegal-pegal saat bangun" suruh Jeno
Jaehyun mengangguk
" kau belom tidur? " tanya Jaehyun saat melihat lingkaran hitam di sekitar mata Jeno.
" aku tidak bisa tidur " jawab Jeno
" kenapa? "
" aku... memikirkan Injun " jujur Jeno
Jaehyun mendecih pelan
" mengapa kau memikirkan nya sekarang? kemana saja kamu? " ketus Jaehyun
" aku tahu aku salah, karena sudah berkata yang tidak seharusnya, aku.. aku hanya.. " Jeno menjeda kalimat nya, ia tertunduk.
" aku terlalu terbawa emosi saat itu, aku sadar atas apa yang aku lakukan " diam sejenak.
Jeno mengangkat kepala nya menatap Jaehyun.
" aku minta maaf, aku sungguh minta maaf, tidak seharusnya aku seperti itu " sesal Jeno
Jaehyun sedari tadi terus memperhatikan Jeno, ia dapat melihat ketulusan dari sang adik. Jaehyun tersebut lalu tangan nya tetangkat untuk menyentuh kepala sang adik lalu mengelus nya.
" bagus kalau kamu sudah mau mengakui kesalahan mu, kakak tahu kau lelah dalam pekerjaan mu, namun tidak seharusnya rasa lelah mu itu kau lampiaskan pada Renjun, dia hanya berusaha menghibur kita dari lelah nya pekerjaan "
Jeno mengangguk mendengar nasihat dari Jaehyun. Jaehyun tersenyum.
" setelah menemukan Renjun, minta maaf lah pada nya, dan berjanji kau tidak akan mengulangi nya lagi "
" aku takut.. bagaimana jika Renjun tidak mau memaafkan ku? " Jeno menatap sedih Jaehyun
" akan kakak bantu agar Renjun mau memaafkan mu "
" baiklah "
" dia pasti akan memaafkan mu karena Renjun- "
" karena Renjun mencintai ku? " sela Jeno
Jaehyun sedikit terkejut akan ucapan Jeno. Jeno terkekeh melihat keterkejutan Jaehyun.
" aku sudah mengetahui nya dari beberapa hari yang lalu, Renjun mencintai kita bertiga iya kan? aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mu bersama Jaemin di kamar Renjun. " Jeno diam sejenak
" sejujurnya... aku juga mencintai nya "
Jaehyun tersenyum mendengar pernyataan Jeno.
" bagus lah jika kau mencintai nya, jika tidak kakak akan menendang mu keluar dari rumah ini " ucap Jaehyun dengan nada bergurau.
Jeno tertawa hingga mata nya ikut tersenyum.
" kau tidak mau memeluk ku? Jaemin saja kau peluk masakan aku tidak? " Jeno memasang wajah sedih yang ia buat-buat
Jaehyun tertawa lalu memeluk adik kandung nya itu. sungguh menggemaskan adik nya ini.
mata Jeno tidak sengaja melihat Jaemin berdiri di tengah-tengah tangga, ia tersenyum melihat kedua kakak beradik kandung itu sudah berbaikan. Jeno ikut tersenyum, ia bahkan melambaikan tangan nya, mengajak Jaemin bergabung dengan mereka, namun ia menolak dengan menggelengkan kepala nya lalu naik kemabali ke dalam kamar.
senyum nya masih terus menghiasi bibir nya. ia senang Jeno dan Jaehyun sudah berbaikan.
⋇⋆✦⋆⋇
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy
FanfictionRenjun, seorang pemuda miskin yang terpaksa mencari sugar daddy akibat masalah keuangan nya. niat mencari satu sugar daddy tetapi ia malah mendapatkan tiga sekaligus. akan kah Renjun mampu melayani mereka bertiga? apakah Renjun akan betah bersama...