بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Meniti asa, merawat luka, hingga kelak Allah datangkan bahagia."
Ibu adalah cinta pertama bagi anak laki-lakinya, bahkan dia yang akan jadi garda paling depan. Takkan membiarkan seinci tubuh pun terluka, bahkan dengan mati-matian dia akan menjaga hati serta perasaan sang ibu agar tak berkawan dengan luka.
Tak peduli sekalipun harus memerangi sang ayah kandung, karena baginya bahagia sang ibulah yang utama.
"Bisa-bisanya Papa menduakan Buna, parahnya dengan wanita bercadar yang usianya bahkan jauh lebih muda," desisnya dengan wajah memerah menahan amarah, serta tangan yang saling mengepal kuat.
Napasnya terengah-engah, naik turun tak terkendali, terlebih kala melihat bagaimana interaksi di antara sang ayah serta perempuan bercadar tersebut. Sangat dekat, bahkan tanpa sungkan saling menggenggam erat.
Hamizan benar-benar dibuat naik pitam. Dia tak lagi bisa menahan amarah. Rasa hati ingin sekali menghadiahi bogeman mentah tepat di wajah Hamzah. Namun, dia tak bisa bertindak gegabah, terlebih mengumbar aib perselingkuhan yang dilakukan sang ayah.
"Akan Hamizan pastikan perempuan itu jatuh dan bertekuk lutut di hadapan Hamizan. Papa harus membayar lunas rasa sakit yang dengan sadar Papa torehkan di hati Buna."
Padalarang, 13 Mei 2024
Bismillahirrahmanirrahim, ketemu lagi kita di lapak baru yang insyaallah akan aku usahakan untuk update setiap tanggal ganjil. Jadi, kalau aku belum up sesuai jadwal tolong diingatkan ya. ☺️🤭
Aku akan membawakan kisah DNA Wiratama, yang tidak lain merupakan anak-anak dari Hamzah dan Hamna. Apakah ada yang penasaran dengan kelanjutannya?
Kira-kira siapa sosok di balik wanita bercadar yang dibenci Hamizan? 🤔
Apakah benar Hamzah yang sangat bucin pada Hamna di Rintik Sendu, bertindak gegabah sebagaimana asumsi putranya? 🤔
Mau digaskennn ke Jilid Pertama nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
HARASTHA [ Seni Merawat Luka ]
SpiritualSPIN OFF RINTIK SENDU Luka ada karena kita yang dengan sadar menciptakannya, kecewa ada karena kita juga yang dengan sadar memupuknya. Jangan pernah menyalahkan Tuhan dengan dalih 'keadilan' karena kitalah yang terlalu banyak berangan. Seolah mengk...