بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Konon katanya semakin riuh perdebatan, semakin erat sebuah hubungan."
"Ngetuk pintu dulu, kan bisa!" protes Hazami saat sang kakak sulung nyelonong masuk begitu saja.
Hamizan memilih untuk menjatuhkan bokongnya di sisi Hazami yang tengah tengkurap seraya menatap layar gawai. "Emangnya kamu kalau masuk kamar Abang suka ngetuk pintu dulu?!"
Hazami pun bangkit dan duduk berhadapan dengan sang kakak. "Ada apa? Nggak biasanya Abang mau repot-repot nyamperin Azam," selidiknya penuh rasa curiga.
"Abang nggak suka basa-basi, langsung ke intinya aja. Siapa perempuan bercadar yang bersama kamu di lapangan basket beberapa hari lalu?"
Alis Hazami terangkat satu. "Apa urusannya sama Abang? Perlu banget ya Azam jawab?"
"Tinggal jawab aja apa susahnya sih, Zam."
"Apa untungnya kalau Azam kasih tahu Abang?" selorohnya menantang.
Hamizan menggeram pelan. "Azam mau apa, hm?"
Pemuda itu mendelik seketika. "Termasuk dalam tindakan sogok menyogok, kah ini?"
"Ayolah, Zam kasih tahu Abang. Jangan berbelit-belit, bisa, kan?" desaknya.
Hazami turun dari ranjang, dia berlalu meninggalkan sang kakak dan memilih untuk berdiri di pojok ruangan dekat jendela yang dibiarkan terbuka. "Sejak kapan Bang Hamizan jadi kepo sama urusan orang? Lagi pula tahu dari mana soal perempuan bercadar yang tadi Abang tanyakan itu?"
Hamizan memutar otak, mencari alasan selogis mungkin agar tak menimbulkan kecurigaan berlebih. "Abang tertarik dengan dia, ada masalah?"
Sontak Hazami pun menoleh dan berjalan cepat menghampiri sang kakak. "Abang bilang apa tadi? Tertarik?"
Hamizan mengangguk singkat. "Kenapa kamu sampai sekaget itu, Zam?"
Hazami pun dengan segera menggeleng seraya menetralkan mimik wajah. "Shock, lha pake nanya lagi. Abang tuh nggak pernah kelihatan gandeng perempuan, malah kayak kehilangan minat untuk menjalin hubungan sama lawan jenis. Terus sekarang tiba-tiba interogasi Azam soal kayak ginian. Wajar, kan?"
"Bukan kehilangan minat, tapi emang belum ketemu orang yang tepat. Hati-hati kamu kalau ngomong," selanya meluruskan.
Hazami bersidekap dada, dia menatap sang kakak cukup lekat lantas berkata, "Kalau emang Abang tertarik sama perempuan bercadar itu, ya usaha sendiri lha. Jangan libatin Azam, udah dewasa, kan?"
Hamizan berdecak tak suka. "Perhitungan banget kamu sama kakak sendiri, padahal Abang cuma tanya siapa perempuan bercadar itu."
"Bukan perhitungan, tapi kalau Abang emang tertarik ya harus effort donk."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARASTHA [ Seni Merawat Luka ]
SpiritualSPIN OFF RINTIK SENDU Luka ada karena kita yang dengan sadar menciptakannya, kecewa ada karena kita juga yang dengan sadar memupuknya. Jangan pernah menyalahkan Tuhan dengan dalih 'keadilan' karena kitalah yang terlalu banyak berangan. Seolah mengk...