بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Antara musik dan al-quran adalah dua hal yang tak bisa disatukan, bukan hanya perihal haram ataupun halal."
Bergelung di dunia seni seperti sudah jadi jati diri, terlebih dalam bidang musik di mana Hazami sangat bercita-cita untuk menjadi musisi legendaris layaknya sang idola, yakni Wachyoe Affandi atau yang lebih dikenal dengan nama Doel Sumbang.Jika sang ayah lebih menyukai seni fotografi, lain hal dengan sang putra yang tidak bisa jauh-jauh dari musik, terlebih musik sunda yang sudah amat melekat dengan dirinya. Bahkan play list musik dalam gawainya pun didominasi oleh para musisi sunda, dari mulai yang terdahulu hingga para penerus di zaman sekarang.
"Nggak denger apa azan zuhur sudah mulai bersahutan?!"
Hazami yang tengah asik bermain basket seraya menyalakan musik dengan speaker mininya pun menatap tak suka pada seseorang yang tiba-tiba saja datang.
"Azan di masjid, ini di lapangan. Emang harus banget dimatiin. Rusuh banget sih jadi orang!" semburnya sebal bukan kepalang.
Terdengar helaan napas berat. "Setidaknya kalau kamu nggak berniat untuk bergegas menunaikan panggilan Allah, hentikan sejenak kegiatan yang tengah kamu lakukan. Terlebih, musik yang tengah kamu nyalakan cukup kencang. Harus ada etika dalam beragama."
"Daripada Anda repot-repot mengurusi hidup saya, lebih baik Anda pergi sana!" usirnya kesal.
"Jika bukan karena Tante Zanitha yang meminta saya untuk menemui kamu, saya pun tidak mau!" sahut Harastha tak kalah sengit.
"Kenapa harus Anda sih yang ditunjuk Bunda Zani."
Harastha berusaha untuk mengontrol diri dengan banyak menarik napas. "Hazami, kedatangan saya kemari murni karena tuntutan pekerjaan. Jadi dimohon kerja samanya, bisa?"
Dengkusan kasar Hazami keluarkan. "Okeee."
"Nggak ada niatan untuk salat dulu, kah?" tanyanya kemudian saat melihat Hazami kembali asik dengan bola basketnya.
"Saya belum salat zuhur kalau belum jam dua," sahutnya santai lalu memasukkan bola basket ke dalam ring.
Mata Harastha membulat seketika. Baru kali ini dia menjumpai manusia yang teramat santai dalam hal menunaikan ibadah, terlebih yang dilalaikan merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar.
"Lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali," katanya lagi.
Harastha dibuat geleng-geleng kepala. "Saya ada penawaran bagus untuk kamu."
Keningnya terlipat, dia sejenak menghentikan kegiatannya lalu berjalan lebih mendekat pada Harastha. "Apa?"
"Saya tantang kamu untuk bermain basket, siapa yang lebih dulu memasukkan bola ke dalam ring dia yang keluar sebagai pemenang. Sebagai imbalannya, yang kalah harus menuruti apa pun yang diminta pemenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARASTHA [ Seni Merawat Luka ]
SpiritualSPIN OFF RINTIK SENDU Luka ada karena kita yang dengan sadar menciptakannya, kecewa ada karena kita juga yang dengan sadar memupuknya. Jangan pernah menyalahkan Tuhan dengan dalih 'keadilan' karena kitalah yang terlalu banyak berangan. Seolah mengk...