#56

3 1 0
                                    

Malam ini kacau. 

Iya memang benar. Jangan menghakimi sampai kamu mengalaminya sendiri. Itu adalah petuah pengingat yang seharusnya didengar oleh setiap orang.

Aku sudah sampaikan niat baikku. Dan saat ini benakku menjadi kikuk harus bagaimana. Iya, mungkin aku tahu apa yang harus kuputuskan. Apakah memang seprti kata Paulo dalam bukunya, Dengarkanlah hatimu. Karena ia yang tahu segalanya. Apakah untuk masalah ini aku harus mendegarkanya? Suasanaku bercampur tak karuan, bimbang, bingung, ragu,sedih, ...Apakah akan terus berlanjut?

Episode apa lagi yang akan dijalani? Bukankah aku telah melihat jelas tangismu. Bahkan yang engkau sembunyikan. Aku selalu berbunyi sebagai penawar bagimu. Dan apakah aku juga harus menjadi senja yang hanya hadir sementara? Bukankah indah itu kadang menjadikan kita lupa? Tiada yang kekal kecuali kematian. Aku ingat jelas apa yang aku ucap saat kita pertama kali berdialog dimeja rooftop itu. Tentang masa yang akan datang. Tentang bahagia yang ada diangan. Tapi bukankah itu delusi saat ini? Atau ini masih diantara? Aku ingin mendengarmu lebih dari biasanya. Rupanya perasaan manusia itu sama saja. Rapuh. Aku pun.

Kenapa lidahku seperti kaku untuk mengucap kata yang indah untuk kamu ingat sepanjang waktu. kenapa rasanya aku bisu tak mampu merangkai kata yang biasa ku haturkan padamu. Kenapa aku jadi begini? Begitu sedihkah aku? Begitu berdukakah aku? Hanya keyakinan yang menguatkan dan aku harus dibenturkan dengan kenyataan. Aku terima itu.

Tidakkah kita bisa bersepakat? Apa kata yang pantas untuk peristiwa ini? Apakah senja yang pudar? Apakah senja yang mana lagi? Tuhan harus apa aku ini kecuali memohon padamu agar diberi petunjuk. Bila aku terlalu kotor, setidaknya tuntunlah aku. Biarkan ia menjadi baik dan pada kebaikan. 

Aku ingat jelas betapa indahnya suara ibumu melantunkan dakwah, aku terenyuh untuk bisa melaksanakan. Tapi, bukanya ada hina bagiku dibalik itu? Seperti jijik ibumu melihat tampangku yang penuh dosa. Bukankah Tuhan Maha Pengampun umatnya, nona? Harus bagaimana aku kecuali menelan senja ? Adakah jawaban yang bisa mengobatiku? Atau aku sebenarnya tak butuh apa - apa, kecuali terus berjalan pada surup yang mulai gelap. 

Bagaimana perasaanmu? Aku ingin mendegar lebih dari biasanya. Aku seperti biasanya.

KISAH 100 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang