Hari ke enam dari cerita perasaan.
Hari ini perasaan ku seperti berpacu dengan waktu, terasa cepat namun ada momen dia seperti merenung dalam.
Tentang perasaan, merenung atas perbuatan yang sudah dilakukan ketika nafsu bergemulut adalah salah satu kerumitan ini. Perasaan ini bercampur takut, salah, bahkan cinta.
Sebelum jauh menjelajah hari ini, paling dekat adalah perasaan malam ini. Hari ini bertepatan dengan natal dan rekan - rekan kantor yang beragama nasrani menyampaikan undangan di-group kantor untuk bisa hadir sekadar bercengkarama dan berbagi kasih melalui makanan yang dihidangankan.
Tepat, dimalam ini. Undangan terakhir yang seharusnya dikunjungi bersama rekan lain. Perasaan ku berkata sepertinya aku tidak harus datang, atau hal ini muncul karena aku ditinggal sendiri dikost oleh rekan lain? atau aku tidak bisa berangkat sendiri? Perasaan ini sempat berujar, biar sudah tidak datang sembari memikirkan alasan bila ditanya rekan. Lucu memang, kenapa perasaan ini bisa seperti itu. Bagaimana sebenarnya proses biokimia dalam otak ini bekerja. Tapi, setelah rekan dikantor menelepon untuk mengajak berangkat bersama, akhirnya aku mengiyaakan, batal untuk tidak hadir dan sampailah pada ditempat undanganya.
Perasaan, kesadaraan, hawa nafsu? bagaimana semua ini berperan? Aku kadang merasakan ingin sangat dekat dengan pasanganku, apakah ini nafsu? Kadang aku pikir bahwa saat yang baik adalah bercerita denganya tentang perihal menjalani hidup, apakah ini kesadaran? Kadang aku menyampaikan apa yang aku tidak suka dan bagaimana sebaiknya kita bersikap, apakah ini perasaan?
Memilih untuk menjalani sesuatu berarti itu pilihan kita, dan perasaan kita adalah tentang kita. Renungkanlah, bila apa yang terjadi itu terus berulang (negatif), sebenarnya orang seperti apakah aku ini? Bagaimana seharusnya aku ini?
Aku belajar banyak tentang menghargai diri sendiri. Memilih, berarti mengijinkan diri untuk menjalani hidup sesuai nilai diri kita. Apabila kita menjadikan perasaan orang lain ini atas kehendak orang lain berarti kita tidak menjadi apa yang seharunya.
Penting bagi kita sadar dan jujur serta mendengar perasaan kita tanpa perlu menghakimi yang dirasakan itu baik atau buruk. Cukup rasakan dan lakukan apa yang membuatnya baik tanpa merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Salam berperasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH 100 HARI
FanfictionTulisan ini adalah tentang perasaan yang hadir dan mengusik pikiran. Entah itu tentang suka, duka, bahagia bahkan keabsurd-an. Aku mencoba untuk merekam apa yang bisa ditulis dalam #100 hari kedepan. Tidak ada pemeran utama, kecuali perasaan ini. D...