Mlaam ini hujan mengguyur lebat dipekarangan. Lebih hebat dari kemarin malam. Sungguh, ku rasa setelah senjakala hari ini begitu memukul pikiran dan relung batinku. Agaknya memang Tuhan mengabrarkan padaku, Nak sadarlah banyak hal yang tidak kamu ketahu, tahanlah hawa nafsumu, lihatlah kecerobohan dan lalai yang kamu buat. Merugikan dirimu, bahkan orang tersayangmu. Kau rugi materiil mungkin mereka akan rugi emosional.
Aku terjerembang pada nafsu yang sesaat mematikan nalarku, atasanku menginaku dengan menggangap kerjaku tidak becus, aku tidak peduli soal itu, aku belajar dan aku meminta maaf. Aku berkabar pada Ibu tentan hari ini, ternyata aku diberi pelajaran berharga. Aku dimarahi dengan penuh perasaan, diingatkan agar tidak seenaknya, diajarkan untuk berdoa, dipastikan agar tidak memandang sebelah mata, aku jadi ingin menangis sebenarnya, ingat betapa kerasanya cucuran keringat keluar dari tenaganya , bagaimana Ia menyinggung gajiku dua bulan dan aku hanya coba tabah, engga.
Iya aku mengamini semuanya, aku menenangkan diri padanya. Pada akhirnya aku tetap merasa sejuk. Kehilangan belasan juta dalam sekejap mata. Kadang teringat kadang biarkan saja, hanya aku diingatkan sekali lagi, jangan menjadi sembrono, jangan bodoh. Atur perasanmu. Aku bercerita tentang rencana menikah, berkeluarga dan ibuku hanya mengucapkan seriuslah dan ingat usiamu masih cukup muda, tentunkan pilihan dengan penuh tanggung jawab. Akhirnya kucerita padanya dan mispersepsi jadinya, anggapan inkonsistensi, gajelas, tapi itu hanyalah bunga - bunga. Aku ingin fokus untuk memperbaiki. Ibu memperjelas tentukan tujuan, keuangan dan hubungan, kesehatan utama. Tidak ada main - main, tidak ada instan. Cari yang jelas, ada tempat, orang, perjanjian dan bentuk yang nyata.
Aku terpukul hari ini, tapi Tuhan aku sangat bersyukur dan berterimakasih. Sudah menjadikan hati manusia penuh nafsu ini sedikit tenang.
Ibu berkata mungkin aku kurang berdoa, syukur harus diucapkan dan aku malah menjawabnya demikian. Yah, namanya anak laki - laki. Ibu terimakasih.
Nanti, ada perempuan yang murah senyum, yang menjadikan hari berseri - seri seperti mentari menyapa pagi. Aku hanya ingin berusaha dan terus mencoba. Tidak apa - apa yang penting tahu diri. Sayangilah keluarga dan kesehatanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH 100 HARI
أدب الهواةTulisan ini adalah tentang perasaan yang hadir dan mengusik pikiran. Entah itu tentang suka, duka, bahagia bahkan keabsurd-an. Aku mencoba untuk merekam apa yang bisa ditulis dalam #100 hari kedepan. Tidak ada pemeran utama, kecuali perasaan ini. D...