Apa yang harus ku utarakan untuk mewakili perasaaan ini?
Bukankah kamu sadar kita sudah berakhir dikalimat itu? Aku sangka kita adalah cerita yang diperjuangkan. Namun, aku tidak punya kendali atas kehendak yang itu. Kamu tahu aku pun belum sepenuhnya tahu. Tapi, kurasa kita harus saling mengerti tentang arti perjumpaan. Dan semua memanglah indah diwaktunya. Akhirnya, pembicaraan kita hanyalah utopia yang belum terlaksana. Apakah semua ini karena luka? Aku takut kamu tidak seperti sediakala. Tapi, bukanya aku harus menerima itu seterusnya?
Bagaimana aku bisa berkompromi denganmu? Aku tidak takut kau tuduh sebagai penjahat. Aku juga tidak takut kau tuduh sebagai penghianat. Aku takut engkau tidak kembali pada realitas manusia. Aku takut kau akan terbayang oleh segara yang tersapu senja. Bukanya begitu? Saat aku menjawab tanyamu soal hari nanti. Aku dengan bijak menjawabnya sepenuh rasa. Tapi, aku tak sangka bahwa orang tuamu lebih berkuasa. Aku lupa.
Mungkin nanti hal ini akan jadi biasa. Tapi, saat ini aku masih memperhatikanya. Kita berlu setidaknya bicara tentang pernah. Karena kata itu akan termuat saat sepi mungkin mendekatimu. Aku pun seperti itu. Aku bisa saja lenyap dari kabar, tapi bukanya aku begitu jahat bila tidak pamit. Kenapa sulit sekali berkata sudah. Atau karena aku tidak pernah menyudahi? Usai? Aku tidak pernah mengatakan itu.
Nanti, mungkin kamu akan membaca ini. Maksudku adalah kata maaf yang telah kita ukir. Ingat saja aku telah mengasihimu dan kamu telah berbaik hati padaku. Hidup ku hari ini sungguh berterimakasih. Hidup mu hari ini pun harus ada syukur yang dipahami. Bukanya selama perjalanan aku sudah sebisaku baik. Bila itu belum sampai pada pengaharapanmu maka aku memang tidak mau.
Bacalah yang telah ku tulis setidaknya banyak tentang peristiwa ini. Aku harap ada pembelajaran yang bisa kita ambil dari sini. Mungkin bila Tuhan berkehendak kita akan bertemu dilain sesi. Atau kamu akan selalu menghingatku hingga akhir diri, atau pun aku. Mari berdamai atas apa yang telah terlewati. Sesungguhnya Tuhan punya maksud dan kita akan terus berlanjut seperti ter-maktub.
Inla imroata ila anti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH 100 HARI
FanfictionTulisan ini adalah tentang perasaan yang hadir dan mengusik pikiran. Entah itu tentang suka, duka, bahagia bahkan keabsurd-an. Aku mencoba untuk merekam apa yang bisa ditulis dalam #100 hari kedepan. Tidak ada pemeran utama, kecuali perasaan ini. D...