"Setiap manusia di ciptakan dalam bentuk berbeda. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi aku harus sempurna agar Ayah bahagia."
-Arthur Anandhika*
*
*Happy reading.....
Kedua mata tajamnya melirik ke arah kanan dan ke kiri, menunggu seseorang untuk menjemputnya. Sudah ada tiga puluh menit ia menunggu Kakaknya di depan gerbang sekolah, namun sampai sekarang masih belum terlihat batang hidungnya.
Tangan Shera meremas kuat selempang tas, ingin sekali gadis itu melemparkan tas nya ke sembarang arah. Panas di dadanya masih terasa terbelenggu, Shera ingin berteriak sekencang kencangnya.
Hari ini, menjadi hari paling siap di hidup Shera. Shera di nyatakan kalah dari seorang Asher Bagaskara beberapa jam yang lalu. Pemilihan ketua kelas X IPS 1 resmi di laksanakan hari ini juga.
Siswa kelas 10 IPS 1 berjumlah 30 orang. Sementara Shera hanya mendapatkan 11 suara, sedangkan Asher, cowok itu mendapat 17 suara. Jauh lebih banyak dari pada dirinya.
Alhasil, Shera hanya dapat menjabat sebagai wakilnya saja.
Kakinya menendang kerikil kecil cukup keras. Shera memutuskan untuk jalan kaki agar cepat sampai ke Rumahnya. Sebenarnya kemana kakaknya itu, seharusnya ia sudah menjemput adiknya saat ini.
Sudah cuaca hari ini sangat panas.
"Butuh tumpangan nona cantik?" tanya seseorang.
Langkah Shera terhenti, saat sebuah kendaraan terparkir di sampingnya. Kepalanya menoleh, kedua sudut bibirnya berkedut.
Jantungnya mendadak berdegup kencang, hatinya sudah tidak bisa di bohongi lagi. Shera memang menyukai cowok di depannya sudah cukup lama.
Dia Rendra Pratama. Teman Kakaknya yang beda SMA. Rendra kini menduduki kelas sebelas SMA Garuda Terpadu, sedangkan Kakaknya memasuki SMA Pancasila.
Mereka sudah kenal cukup lama, Rendra pun sering kali main ke rumah nya. Hal itu, membuat Shera jatuh hati dengan ketampanannya.
"Butuh, lah. Emangnya nggak papa?" tanya Shera, langsung di hadiahi senyuman oleh lawan bicaranya.
Rendra menepuk jok motor bagian belakang. "Gue selalu ada buat lo, Shera."
Shera tertawa, kemudian ia menaiki motor Rendra. Suara deru mesin motor terdengar, mereka kini mulai mengelilingi jalanan di kota yang cukup sepi.
Semilir angin berhembus kencang, membuat anak anak rambut Shera berterbangan. Shera senang sekali bisa dekat dengan Rendra, Shera pun tak apa jika hanya dirinya yang manyimpan rasa. Sementara Rendra merasa teman biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
Teen Fiction______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...