Happy reading.....Tampaknya suasana kelas 10 IPS 1 terasa cukup serius. Seluruh murid mendengarkan benar benar apa yang sedang wali kelasnya sampaikan, tidak terkecuali Asher dan Shera.
Sorot mata Shera tak bisa di bohongi bahwa dia cukup gugup akan hal ini. Walaupun ia sudah memikirkan dengan matang bersama Tyara, apa yang akan ia lakukan pada projek kali ini, rasanya masih saja mengganjal di hati.
Padahal, semua ini keinginannya sendiri.
"Setelah istirahat, kelas 10 dan kelas 11 akan berkumpul di Aula SMAGADU, khususnya para anggota OSIS. Mereka akan menyaksikan debat pertama calon ketua OSIS, yang tidak lain tidak bukan adalah Shera bersama Tyara, dan Asher bersama dengan Tirta." jelas Bu Nadhira.
Mereka semua mengangguk anggukkan kepalanya. "Baiklah, silahkan beristirahat." lanjutnya, kemudian meninggalkan kelas.
Usai Bu Nadhira keluar, Shera memegangi kepalanya yang cukup pening. Veline yang duduk tepat di belakang Shera, sontak menarik kursinya ke depan agar berdampingan dengan gadis itu. Begitupun dengan Selena.
SMA Garuda Terpadu memang hanya memfasilitasi satu set meja dan kursi untuk satu anak. Harapan sekolah agar anak anak tidak menyontek saat ujian tiba.
Namun, kegiatan menyontek memanglah sulit untuk di hilangkan. Apalagi oleh anak anak jaman sekarang, yang benar benar tidak patuh akan peraturan dan tidak takut akan hukuman.
Shera menatap Veline dan Selena secara bergantian, ada apa dengan mereka berdua.
"Lo nggak ke IPA 1?" tanya Veline, membuat Shera teringat dengan Tyara. Seharusnya sekarang ia sedang berdiskusi dengan gadis itu, bukanya melamun di sini.
"Ayo." ajak Shera.
Kedua temannya mengangguk. Mereka lantas bergegas mengembalikan kursinya masing masing. Shera, Veline, dan juga Selena berjalan berdampingan. Namun, baru saja ingin melangkah ke luar melangkah ke luar, mereka malah berpapasan dengan Tyara, Rengganis, Aurora, dan Chika.
Langkah nya sontak terhenti. Ia berdiri tepat di ambang pintu kelas. Mereka ber empat pun sama, kedua sudut bibir Tyara tertarik ketika melihat Shera.
Sementara itu, Rengganis mengernyit. "Kalian mau kemana?" tanya nya, tatkala melihat ketiga temannya itu hendak meninggalkan kelas.
"Niatnya kita mau ke IPA 1. Gue, kan, mau diskusi sama Tyara buat nanti. Eh, malah udah ketemu di sini." jawab Shera.
"Ya udah di IPS 1 aja, sepi juga kelas lo. Lagian IPA 1 rame, banyak kelas 11." ujar Tyara.
Shera menoleh ke belakang. Kelasnya mungkin memang sepi, namun ia hanya takut jika tiba tiba ada Asher atau Tirta, atau temannya yang lain masuk secara tiba tiba. Kan, tidak lucu ketika semua rencananya terbongkar sia sia.
"Menurut gue jangan di sini juga. Takut ada Asher, Tirta, atau temen tongkrongannya yang lain. Ntar yang ada misi kalian ketawan, deh." sahut Selena, melipat kedua tangannya di depan dada.
Shera tersenyum tipis. Ternyata Selena mengerti apa yang sedang ia takutkan.
"Gimana kalo kita ke Kantin aja? Ayolah, gue lapar banget dari jam ketiga, udah ngebayangin nikmatnya Bakso Mang Ega. Kalo sambil makan, pikiran kalian pun pasti akan jalan." Aurora membalas ucapan Selena.
"Kalo di Kantin yang ada makin rame dong, Ra. Kita, kan, nggak tau di sana ada siapa aja. Siapa tau ada rombongannya si Asher Asher itu, malah makin berabe." balas Chika.
Mereka semua malah dibuat makin bingung. Lagian di mana juga tempat yang sepi? Kamar mandi? Tidak mungkin. Laboratorium IPA? memang sepi, tapi berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
Teen Fiction______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...