"Sekeras apapun lo berusaha, akan tetap gue yang selalu jadi pemenangnya."
-Asher Bagaskara.*
*
*
Happy reading...."Good luck, Shera!" seru Veline.
Shera mengangguk seraya menunjukkan ibu jarinya kepada Selena dan Veline. Tidak lupa, sebelum menuju ruangan OSIS, ia menjemput Tyara di kelas 10 IPA 1.
Keadaan di ruangan itu masih lumayan sepi. Shera dan Tyara duduk pada kursi paling depan. Membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu seluruh anggota OSIS berkumpul.
Bahkan sekarang Asher dan Tirta masih belum terlihat batang hidungnya.
Namun, setelah membuang waktu cukup lama, semuanya kini sudah duduk di tempatnya masing masing. Begitupula beberapa guru yang sekarang duduk menghadap mereka.
"Selamat siang anak anak, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya Pak Regan membuka pembicaraan.
"Baik, Pak." jawab mereka semua bersama.
Guru bernama lengkap Nathaniel Regandra itu mengangguk. Sebelum memberikan pengetahuan lebih jauh, tampak nya Regan berdiskusi lebih dulu dengan guru yang lain.
Tangan Shera dan Tyara saling bertautan. Mereka meyakinkan diri pasti akan menang, dan menyiapkan diri untuk ikhlas jika mereka kalah.
"Baik, hari ini kami akan memberitahukan tentang suara suara yang telah memilih pasangan calon satu dan dua." Regan membuka halaman dokumen berikutnya yang telah ia bawa.
"Berdasarkan hasil pemungutan suara kemarin, kami selaku guru SMA Garuda Terpadu mendapati beberapa suara yang benar dan salah. Setelah di hitung berulang ulang, akhirnya kami telah memutuskan siapa yang akan menjadi Ketua OSIS dan Wakil ketua OSIS. Sudah siap?" tanya Regan.
Semuanya mengangguk. Waktu ini adalah waktu yang sangat menegangkan bagi mereka semua. Setiap perlombaan pasti akan ada kemenangan dan kekalahan.
"Bu Nadhira akan membagikan selembar kertas yang berisikan jumlah suara pasangan calon satu dan dua. Tetapi, jangan di buka terlebih dahulu. Kita akan membukanya bersama sama. Mengerti?"
"Mengerti, Pak!" jawab mereka dengan lantang.
"Baik. Silakan Bu Nadhira." ucap Regan mempersilakan guru wanita itu membagikan selembar kertas.
Setelah beberapa menit, semuanya kini sudah dapat. Hati Shera tidak tenang, rasanya ingin langsung membalikkan kertas itu, agar ia segera tahu siapa yang akan maju.
Shera dan Tyara menghembuskan nafas panjang untuk mengurangi rasa cemasnya. Dalam hitungan ke tiga sampai satu, akhirnya mereka dapat membaca tulisan yang ada di kertas itu.
Tubuh Shera dan Tyara membeku di tempat, hati mereka terasa remuk saat membaca kertas itu. Tangan Shera meremas kuat kertas itu sampai hampir robek.
Sementara itu, Asher tersenyum smirk, ketika selesai membacanya.
Berbeda dengan Shera, Tyara justru malah membaca nya berulang ulang, siapa tahu itu hanya halusinasi. Namun, nyatanya semua itu benar. Kedua matanya terus meneliti setiap kata yang tertulis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
أدب المراهقين______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...