Pertengkaran

48 6 3
                                    

"Tidak ada anak yang mengharapkan kehancuran keluarganya."
-Seorang Pemimpin yang Handal

*
*
*
Happy reading.....

Seorang perempuan cantik berjalan menghampirinya, ia tampak anggun sekali saat berjalan. Kulitnya sangat bersih, hidungnya mancung, bibirnya menyunggingkan senyum padanya.

Shera mematikan keran air saat perempuan itu berhenti di depan rumahnya.

"Kamu Shera, kan?"

Shera menganggukkan kepala, "Iya, kenapa, ya?"

"Aku satu kelas sama Rendra. Dia chat aku, katanya pesan dia suruh di balas sama kamu." ucapnya, memberitahukan.

Shera tergelak. Hari ini, ia memang belum bermain ponsel. Ponselnya lowbat karena tidak di charge semalam.

"Kakaknya Asher satu kelas sama Rendra?"

Perempuan itu mengangguk. Dia memberikan ponselnya kepada Shera. Dapat Shera lihat Rendra meminta tolong kepada Kakak perempuan Asher, agar Shera membalas pesan darinya.

Semalam, padahal Shera pun menghubungi Rendra ribuan kali. Namun, pesan nya tak kunjung di balas, bahkan nomor cowok itu tidak aktif.

Karena itu, akhirnya Shera menghabiskan malam nya dengan menonton video sampai ponselnya mati. Shera bingung, sebenarnya sesibuk apa Rendra semalam.

Rendra pun sebenarnya sudah meminta tolong kepada Arthur. Namun, ia baru ingat jika semua fasilitas Arthur masih ada di tangan Ayahnya.

Saat ini, Arthur pun tengah menghabiskan waktunya di dalam kamar untuk belajar. Hari libur bukannya untuk bersenang senang, malah harus membaca buku buku bertumpukan.

"Bilangin aja, Kak, kalo Handphone aku lowbat. Aku belum sempet buka Handphone dari tadi pagi." ujar Shera, menyodorkan kembali Ponsel milik Kakak Asher.

Perempuan itu mengangguk. "Gitu, ya. Oke, nanti aku bilangin." balas nya.

"Ngomong ngomong, jangan panggil aku Kakaknya Asher. Nama aku Sherina, panggil aja Sherin."

Shera tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya. Jujur, ia merasa tidak enak dengan perempuan itu.

Usai berbincang cukup lama, Sherin memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sementara Shera, ia kembali melanjutkan aktifitasnya.

Suasana hari Minggu sangat asri. Banyak orang yang berlalu lalang di depan Rumahnya, untuk pergi berlibur bersama orang orang tersayang.

Sudah sejak pagi Shera membereskan rumahnya, karena sang Ibu masih banyak pekerjaan di Butik miliknya. Sedangkan sang Ayah, sejak tadi ia mengawasi Arthur agar tidak keluar dari kamar.

Tuntutan dari sang Ayah, tentunya membuat Arthur kesal.

"Lo habis ngobrol apa sama Kakak gue?" tanya seseorang. Shera meliriknya sekilas, sebelum kembali fokus menyiram tanaman.

Asher menatap sinis Shera. "Lo ini budeg atau apa? Atau nggak pernah di ajarin orangtuanya, kalo ada yang tanya itu di jawab, bukan di diemin aja."

Shera menggenggam erat selang yang ia pegang. Ingin sekali ia menyemprotkan air pada cowok itu. Mendengar suaranya saja sudah membuat Shera muak, apalagi untuk memandang wajahnya.

"Bukan urusan, lo. Dan, lo, nggak usah sok tau tentang keluarga gue." jawab Shera.

Asher terkekeh. "Dasar cewek, ya, enggak pernah mau salah."

Seorang Pemimpin Yang HandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang