Nasi Goreng

24 5 0
                                    

Shera dan Asher saat ini tengah duduk di tepi jalan. Tepatnya di samping gerobak nasi goreng yang mangkal di pinggiran jalan kota Jakarta. Mereka berdua sudah memegang segelas teh manis hangat dan memesan nasi goreng.

Tadi, Asher mengajak Shera untuk mengisi perut terlebih dahulu. Dia merasa kasian pas gadis itu setelah mendengar ceritanya. Lebih sakit lagi pasti menjadi Shani. Tetapi, Asher juga mengajak Shera makan bukan tanpa alasan.

Pada saat perjalanan pulang, perut Shera bersuara. Sejujurnya Shera sangat malu, apalagi saat itu Asher tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Karena hari sudah malam, Asher memberikan sweater yang ia pakai pada Shera agar gadis itu tidak kedinginan. Untungnya, di dalam mobilnya terdapat jaket sang Ayah yang sepertinya tertinggal.

Sejak hari itu, di mana hari Asher mengungkapkan perasaan padanya, Shera menjadi kasihan pada Asher. Dia berani membuatnya merasa benci pada Asher, padahal cowok itu mencintainya.

Tadi juga setelah memesan Asher berjalan menjauhinya. Dia berkata bahwa ada yang harus ia beritahu ke orang penting. Shera tidak tahu. Toh, bukan urusannya juga.

Sedang asik melamun, Shera di kejutkan oleh seorang laki laki yang menaruhkan sepiring nasi goreng di depannya.

"Monggo di makan, kalo ada apa apa panggil saya aja." ucap penjual nasi goreng itu seraya tersenyum.

Asher dan Shera mengangguk. Bukannya pergi, penjual itu malah memperhatikan Shera.

"Mbak nya kenapa? Kayak habis nangis?"

Shera tersenyum. "Nggak papa, Pak. Biasa, masalah anak SMA." balasnya.

Penjual nasi goreng itu mengangguk. Dia mengepalkan tangannya dan mengangkat tangannya ke udara.

"Semangat, ya, Mbak. Mas nya, di semangatin dong pacarnya," ujar penjual itu sebelum kembali ke gerobaknya.

Mendengar itu, Asher dan Shera sempat bertatapan sejenak. Shera segera memalingkan wajah ke nasi gorengnya. Sementara Asher, cowok itu tersenyum sembari menggeleng nggelengkan kepalanya.

Bau sedap dari nasi goreng itu benar benar membangkitkan selera makannya. Biasanya, Shera selalu tidak habis ketika memakan sepiring nasi goreng. Namun, kini dia yakin bahwa dia akan menghabiskan sepiring nasi goreng itu.

Melihat Shera yang memakan nasi goreng dengan lahap membuat Asher tak berhenti tersenyum. Sesekali mereka memperhatikan jalanan kota Jakarta yang sudah cukup sepi.

Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Jika Shera kembali saat Ayah dan Ibunya sudah pulang, pasti dia akan di marahi habis habisan.

"Sangking lamanya nangis, lo sampe kelaparan banget," celetuk Asher.

Shera yang awalnya tengah mengunyah kini berhenti. "Lwo pikir nangis nggwak bwutuh tenawga?"

Asher terbahak. Dia meminum teh manisnya.

"Kalo mau ngomong habisin dulu nasinya."

Shera merotasi kan bola matanya. Dia kembali fokus dengan nasi goreng yang ia makan, tak peduli dengan Asher yang terus memperhatikan nya.

Sebenarnya tidak enak juga di tatap seperti itu. Tetapi asalkan tidak mengganggu aktifitas makanya, Shera tidak peduli. Membutuhkan waktu beberapa menit untuknya menghabiskan nasi goreng. Sekarang, waktunya dia pulang ke rumah.

Selama perjalanan, Shera hanya diam. Dia menepuk nepuk perutnya yang terasa kenyang. Untungnya tadi dia bertemu dengan Asher. Jika tidak, entah dia pulang atau menetap.

Sesampainya di rumah, Shera melihat semua lampu rumahnya yang sudah menyala. Pasti Ardhan dan Shani sudah kembali. Shera kira, mereka akan menginap di Rumah Sakit satu malam.

Seorang Pemimpin Yang HandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang