Selama berjalan di koridor, Veline tak henti hentinya mengeringkan wajah memakai tisu biasa. Setelah terkena semburan air dari mulut Selena, Veline langsung di suruh Shera untuk ke kamar mandi bersama Selena. Sedangkan Shera membersihkan mejanya sendiri.
"Mau di taroh di mana ini muka gue," gumam Veline.
Selena menggaruk tengkuknya. "Pantat aja, Vel."
Veline memutar bola matanya malas. Setelah wajahnya bersih, dia merangkul pundak Selena hingga membuat gadis itu tersentak.
"Tapi gara gara itu, gue jadi menghibur satu kelas." Veline tertawa ketika mengingat kembali kejadian tadi. Selena pun sama. Dia ikut merangkul Veline. Walaupun harus menanggung malu, Veline masih tetap tertawa saat mengingatnya.
Sepuluh menit mereka telah terbuang. Bel jam pelajaran pertama telah di bunyikan, sudah pasti guru Matematika mereka sudah berada di dalam kelas. Bahaya jika mereka tertinggal pelajaran Matematika sedikit.
Bisa bisa tidak paham. Kebanyakan anak sangat tidak suka dengan pelajaran Matematika. Seperti Veline, dia bercita cita menjadi seorang Dokter. Namun, dia malah masuk ke IPS. Veline tidak masuk MIPA karena malas berhitung. Sudah pasti cita citanya menjadi dokter itu harus ia kubur dalam dalam.
Mungkin, nanti Veline akan mengambil jurusan Sastra Bahasa Indonesia atau Seni saat kuliah. Jika Selena, katanya dia ingin berkuliah di luar Negeri. Namun, sepertinya akan sulit. Yang terpenting bagi Selena, dia hanya ingin masuk ke jurusan yang ada unsur musik.
Sebelum bel pulang sekolah dibunyikan, Regan tidak lupa memberitahu murid SMA GARUDA TERPADU yang mengikuti Organisasi OSIS agar tidak pulang terlebih dahulu. Mereka diwajibkan untuk mengikuti rapat setelah diluar jam pembelajaran.
Hari ini, Regan merencanakan untuk menyambut kehadiran Shera sebagai wakil ketua OSIS yang baru, menggantikan posisi Tirta sejak satu bulan yang lalu. Dia juga akan memberikan kesempatan untuk siapa saja yang mengusulkan sebuah program.
Asalkan program tersebut tidak merugikan keluarga besar SMA GARUDA TERPADU.
Kini Regan telah duduk pada kursi paling ujung. Di samping kanannya ada Asher, Shera, dan anggota lain. Di samping kirinya terdapat Tirta, Daren, kemudian anggota OSIS selanjutnya.
"Saya mau mengusulkan salah satu program meningkatkan literasi setiap hari Jum'at di jam pelajaran ke satu dan dua. Nanti, setiap wali kelas wajib mengawasi muridnya biar nggak ada yang ngobrol pas literasi berlangsung." Shera bersuara terlebih dahulu saat Regan baru saja membiarkan anak didiknya untuk berpendapat. "Sebelumnya, saya mau mengajak semua teman teman OSIS buat membersihkan dan membereskan Perpustakaan yang masih berantakan. Nanti setiap hari Jum'at, pengurus OSIS bakal ngambil absen dan membawakan buku sejumlah siswa kelas. Dengan berjalannya program itu, saya harap literasi di Indonesia bisa berkembang sedikit demi sedikit." sambungnya.
Regan mengangguk anggukkan kepalanya. Begitupun dengan yang lain.
"Saya setuju banget sih, Pak. Karena kita tahu sendiri, literasi negara kita ini bener bener rendah. Saya juga mau mengusulkan, maaf kalau lancang, saya pengin pengawasan di sekolah ini lebih di ketatkan. Karena saya rasa, sekolah ini masih belum bisa berkembang. Anak anak yang bolos, sering tidak masuk, membantah peraturan, tidak sopan, perundungan, dan yang lain masih belum bisa di hindari." tutur Tirta.
Mendengar penuturan itu, Regan kembali mengangguk. Benar kata Tirta. Sejak awal dia dipindahkan ke sana pun dia merasa begitu kaget dengan peraturan yang masih belum ketat. Anak anak SMA GARUDA TERPADU masih belum bisa keluar dari zona nyaman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
Teen Fiction______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...