I try to tell myself, I'm not in love with you
I thought that i know everything, (thing)
I guess i don't know everything,
–Stuck In The Middle With You BABY MONSTER*
*
*
Happy reading..."Penangkapan Om Ardhan berhasil kemaren, Kakak denger, penangkapan itu pas Shera pulang."
Asher mangut mangut. Kini ia tengah berhadapan dengan Sherin, sang Kakak. Asher benar benar kaget mendengar jika Ayah Shera di tangkap polisi kemarin.
Apalagi saat mendengar bahwa Ardhan melakukan korupsi di perusahaan sang Ayah. Padahal, mereka berdua merupakan sahabat, mengapa Ardhan tidak meminta bantuan saja kepada Ayahnya, mengapa dia harus korupsi uang sebanyak itu.
"Kok, lo bisa tahu?"
"Kakak di ceritain Mama Papa semalem, pas lo pergi. Jujur, gue lebih kasian ke Shera. Tante Shani masuk rumah sakit jiwa, Om Ardhan di tangkap polisi, denger denger juga Arthur dua hari nggak pulang." Sherin menghembuskan nafas. Sebenarnya, dia ingin sekali menemani Shera di rumah. Namun, gadis itu selalu menghindar saat bertemu dengannya. Apakah dia malu? Tetapi untuk apa, ini semua bukanlah salahnya. Walaupun Ardhan telah melakukan kejahatan kepada keluarganya, tak pernah ada di pikiran mereka untuk membenci Shera dan Arthur.
Mendengar perkataan Sherin, Asher mendadak tertegun. Ternyata kemarin Shera pulang ke rumah. Asher sempat melihat Shera bertemu Rendra di depan gerbang, hatinya panas melihat itu, sehingga membuat dia memutuskan untuk pergi.
"Gue ngerasa bersalah sama Shera, gue nggak bisa bohongi hati gue, Kak. Andai saat itu gue nggak minta bantuan lo buat curang, pasti kejadiannya nggak kayak gini. Gue aja sekarang nggak tahu di mana temen temen gue, ini semua emang salah gue, wajar kalau Shera marah sama gue. Dia pasti kecewa sama gue,"
Sherin menepuk pundak adiknya. Menjadi seorang pemimpin yang handal memang tidak mudah. "Bagus, lo patut minta maaf sama Shera. Kakak juga bersalah atas semua ini, kakak juga bakal minta maaf sama dia. Shock banget pas denger Shera sama Rendra putus, jadi, kejar dia kalo lo benar benar cinta."
Asher mengangguk. Ia membiarkan Sherin keluar dari kamarnya. Usai itu, kaki jenjangnya berjalan mendekati balkon. Ia kembali tertegun melihat Shera sedang melamun di balkon kamarnya sendiri.
Apakah itu adalah tempat kesukaannya? Setiap kali Asher melihat Shera duduk di sana, auranya selalu menampakkan wajah kesedihan. Sering kali ia melihat Shera melamun di sana saat masa skorsing nya berlangsung.
Asher benar benar menyadari perbuatannya. Saat itu, Asher dan Tirta meminta kepada Sherin untuk mengumpulkan sebagian tiga angkatan SMA GARUDA TERPADU. Sherin memerintah mereka untuk memilih Asher dan Tirta, dan mengatakan jika Shera dan Tyara melakukan hal curang, dan Sherin memberikan imbalan kepada siapapun yang telah memilih adiknya.
Hal itulah yang membuat suara Shera dan Tyara sedikit.
Kepalanya menggeleng. Asher kembali masuk ke dalam, ia mengambil ponselnya dan keluar dari kamar. Sebelum pergi, tidak lupa ia meminta izin kepada sang Kakak, karena hanya Sherin yang ada di rumah. Dia mengeluarkan dua sepeda berwarna biru tua dan muda.
Asher memarkirkan sepeda itu di depan rumah Shera. Dia memencet bel beberapa kali, namun gerbang tidak kunjung di buka. Karena tidak terkunci, Asher akhirnya memutuskan untuk masuk. Setelah menutup kembali gerbang rumah Shera, ia membalikkan badannya.
Asher terperanjat kaget melihat kehadiran Shera di hadapannya. Sejak kapan gadis itu ada di situ. "Ngagetin aja, lo." ketus nya.
"Pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
Novela Juvenil______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...