Akhir yang Bahagia

13 4 1
                                    

"Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya."
– Seorang Pemimpin yang Handal –

*
*
*

Happy reading...

Rengganis lebih mendekat ke arah Veline. Dia menyodorkan ponselnya yang menampilkan sebuah room chat dirinya bersama seorang laki laki. Kedua mata Veline terbelalak. Terlihat Rengganis tengah tersenyum lebar padanya.

“Lo serius? Chukkae!” Rengganis mengangguk.

Veline bertepuk tangan dengan heboh. Dia tidak menyangka jika saudara perempuannya itu berhasil menjadi pacar seorang Daren Handaru. Cowok yang Rengganis idam idamkan sejak dahulu.

Rengganis menceritakan itu saat setelah Veline sadar dari masa kritisnya. Rengganis sangat senang saat dekat dengan Daren beberapa hari itu, karena dia membantu mencari keberadaan Veline, Selena, dan juga Rafka.

Kamsahabnida, Eonni! Gue juga sebenernya nggak percaya. Dengan pedenya gue confess ke Daren, terus ternyata dia mau jadi pacar gue.” Rengganis masih terus tersenyum. Dia terus menatap layar ponselnya. “Gue masuk dulu, ya, sebentar.”

Veline mengangguk. Seperginya Rengganis, dia kembali sendiri. Senyumnya tidak pudar. Dia merasa senang karena gadis itu tampak sangat senang. Namun, karena Rengganis menceritakannya, membuat dia kembali teringat dengan beberapa waktu yang lalu.

Dengan mengungkapkan perasaannya, Veline justru membuat hatinya semakin terluka. Dia tidak mengerti bahwa Tirta tidak begitu menyukainya. Tetapi saat itu, Tirta mengatakan jika dia bangun, Tirta akan mencintainya. Hal itu, membuat rasa berharap Veline semakin tinggi.

Karena asik melamun, Veline sampai tidak sadar ada seorang laki laki yang duduk di sebelahnya. Dia menghela nafas panjang dan menegakkan tubuhnya. Veline terperanjat melihat kehadiran Tirta di sana.

Tirta malah kebingungan melihat tingkah Veline yang sangat terkejut.

“Lo nggak papa? Maaf, gue jadi ngagetin lo,” ujar Tirta.

Veline tidak menjawab. Dia kembali duduk di tempat tadi. Sedang memikirkannya, kini dia malah ada di sampingnya. Beberapa kali Veline mencuri pandang pada cowok itu, sebelum kedua mata mereka bertemu. Veline sontak kembali meluruskan pandangannya ke depan.

“Makasih udah mau datang, maaf juga pas hari itu gue nolak ajakan lo.” Veline menekuk kedua lututnya, dia masih tidak mau menatap Tirta.

Mendengar itu, Tirta menoleh. Dia meluruskan kedua kakinya ke depan dan menatap langit malam yang ditaburi dengan banyaknya bintang.

“Gue ngerti perasaan lo, Vel. Gue juga minta maaf soal hari itu. Gue nggak bermaksud buat ngomong kayak gitu. Lo tahu? Hari itu sebenarnya gue mau ungkapin rasa cinta gue sama lo,”

Jantung Veline mendadak berpacu dengan cepat usai mendengar kalimat terakhir yang Tirta ucapkan. Benarkah dia mencintainya? Benar seperti yang ia dengar di rumah sakit saat itu?

“Tapi gue keduluan sama lo. Gue ngomong gitu karena gue malu. Mungkin lo denger Daren marahin gue, karena gue sebodoh itu.” Tirta meraih tangan Veline. Dia mengusap punggungnya tangan gadis itu dengan pelan.

“Veline, lo mau jadi pacar gue?” tanya Tirta. Veline menoleh. Dia melihat Tirta yang tersenyum padanya. Perlahan, kedua sudut bibirnya terangkat dan kepalanya mengangguk.

Sementara di depan pintu, rupanya Rengganis mendengar semua perkataan Veline dan Tirta. Dia ikut merasa senang. Karena saat itu dia juga sudah mendengar ceritanya saat di Kantin. Sungguh malang nasib Veline yang ditolak mentah mentah oleh cowok itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seorang Pemimpin Yang HandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang