Buruk

38 4 0
                                    

"Saya tidak akan pernah berhenti, sebelum semuanya mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya tidak akan pernah berhenti, sebelum semuanya mati."

"Semuanya harus hancur, sampai tubuh mereka di dalam tanah melebur."

"Mati harus di balas dengan mati."

Mysterious person

__________________________________________________

"You're so bad, you know 뻔뻔하게"
But Sometimes BOYNEXTDOOR

*
*
*
Happy reading...

Sedikit demi sedikit kedua matanya terbuka. Tubuhnya terasa sakit, kepalanya pusing, perut nya masih saja seperti sedang di peras peras. Ini di mana? Tempat apa ini? Mengapa dia ada di sana?

Kepalanya menoleh saat merasakan pundak sebelah kanannya berat. Ternyata Agler bersandar di bahunya dengan keadaan masih belum membuka mata.

Rafka juga bisa melihat Veline yang memejamkan mata bersama Selena di sebelah kiri. Ada sedikit cahaya matahari yang berusaha menyelinap dari celah celah bangunan. Bangunan itu terbuat dari kayu, sepertinya pun ini sudah ada sejak lama.

"Bangun," ucap Rafka lirih.

Terdengar manusia di samping kanan dan kirinya melenguh. Veline mencoba untuk membuka kedua matanya, ia menatap sekeliling. Sekarang, dia duduk di atas tanah, banyak sekali sarang laba laba di tempat itu.

Veline tidak ingat apa yang terjadi semalam, tetapi mengapa ia sekarang berada di sana.

Cukup lama mereka ber empat diam. Mereka masih kalut dengan dunianya masing-masing, apalagi Selena. Usai bangun, gadis itu merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perutnya.

Sejak kemarin, Selena belum makan nasi sedikitpun. Teringat akan bekal nasi dari sang Ibu yang belum sempat ia makan.

"Perut gue sakit banget, Vel." bisik Selena.

Veline menoleh. Ia hanya bisa tersenyum, Veline masih belum bisa mengerti akan semuanya. Bukan hanya Selena yang merasakan itu, tetapi Veline juga.

"Gue pengin pulang, Vel. Gue mau ketemu Ibu, ini di mana? Kenapa kita semua ada di sini?"

Tangan Veline bergerak menarik tubuh Selena agar mendekat. Ia memeluk gadis itu, air matanya jatuh. "Gue juga pengin pulang Sel, gue nggak tahu ini di mana. Gue juga takut,"

Rafka dan Agler yang melihat itu hanya bisa diam. Mereka beranjak dari duduk nya untuk mencari sesuatu. Agler mencoba untuk membuka kenop pintu. Namun, usahanya tidak berhasil. Walaupun pintu itu terlihat sudah tua, tetapi sangat sulit untuk terbuka.

Seorang Pemimpin Yang HandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang