Cerita Kelam Rendra

29 2 0
                                    

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun berlari memasuki kamar bersama sang adik, sedangkan sang Ibu sibuk mengunci pintu. Setelah itu, dia berlari memeluk kedua anaknya dengan sangat erat. Di luar sana, suaminya tengah berjuang melawan banyaknya penjahat yang berdatangan.

Rendra Pratama. Air matanya jatuh karena sangat ketakutan, namun dia segera menepisnya dengan kasar. Suara suara di luar terdengar begitu mengerikan. Beberapa kali suara pecahan pecahan kaca dan suara tembakan yang dilayangkan.

"Mama, Ayah nggak papa, kan?" tanya nya.

Sang Ibu mengangguk. Niryana Mutiara namanya. Dia tersenyum manis pada putranya. "Ayah nggak papa, sayang. Dia bisa menyelamatkan kita semua, Ayah, kan, Superhero nya kita." jawab Mutiara. Dalam lubuk hati terdalam, sebenarnya dia juga khawatir dengan keadaan sang Suami, Seano. Tidak mungkin suaminya akan selamat, jika tidak di paksa oleh Seano untuk menjaga anak anak mereka, mungkin Mutiara akan membantu Seano.

Uhuk uhuk.

Rendra dan adiknya beberapa kali terbatuk, hal itu lantas membuat Mutiara menoleh. Dia terkejut melihat putrinya yang lemas. Mutiara menatap Tyara dengan khawatir.

"Mama...," lirih Tyara sebelum kehilangan kesadarannya. Ruangan itu sudah di penuhi dengan asap hitam. Dengan perasaan penuh kekhawatiran, Mutiara menarik tubuh Tyara dan memeluknya lebih dalam. "Tyara, bertahan sayang," pinta Mutiara sembari terus berdoa.

Rendra pun sama khawatir, tapi dia tidak bisa melakukan apa apa. Dadanya terlalu sesak dan kepalanya pusing. Dia terkejut melihat kobaran api dari atas, dengan panik Rendra membenarkan kacamata bulat yang ia gunakan, siapa tahu dia hanya berhalusinasi. Namun, ternyata api itu nyata. Dia berkobar dengan dahsyatnya membakar perlahan lahan rumah yang selama 6 tahun ini menjadi bangunan ternyaman.

"Mama, api!" teriak Rendra menunjuk ke arah atas.

Mendengar itu, Mutiara pun mengalihkan pandangannya ke arah putra sulungnya tunjuk. Kedua matanya membulat, jantungnya berdebar kencang, dari mana asal api itu.

Suara tembakan terdengar sangat sangat mengerikan. Mutiara berdiri dengan menggendong Tyara. Dia membuka lemari untuk mencari kain, setelah mendapat, dia segera memberikannya kepada Rendra.

"Pengang tangan Mama." perintah Mutiara. Rendra hanya mengangguk. Dia menggenggam erat tangan sang Ibu. Sesampainya di depan pintu, Mutiara melepaskan genggaman tangannya dengan Rendra, dia membuka pintu dengan tangan yang bergetar.

Saat terbuka, hancur sudah semuanya. Api telah menyebar ke mana mana, banyak orang berpakaian hitam berlarian keluar dari rumah. Mutiara kembali menggenggam tangan kecil Rendra. Dia menuntun putranya untuk menghindari api.

Di ruang keluarga, hati Mutiara benar benar hancur. Tubuh Seano telah terbaring tak bernyawa di atas lantai. Darah mengalir begitu deras pada bagian dadanya. Begitu pun dengan Rendra.

Apa benar itu adalah sang Ayah? Apa benar Ayahnya telah tiada?

"AYAH!" pekik Rendra. Dia hendak berlari menghampirinya, namun tangannya di genggam erat oleh Mutiara. Wanita itu pun tidak mengizinkan putranya lari begitu saja.

Suara langkah kaki terdengar dari belakang. Mutiara sontak membalikkan badannya, ada seorang pria yang tidak asing di matanya. Pria itu menodongkan pistol ke arah Mutiara.

"Kamu, BRENGSEK!" Mutiara tidak habis pikir dengan pria di hadapannya.

"Kalian semua akan mati." Pria itu langsung saja melayangkan tembakannya ke arah kepala Mutiara. Tubuh Mutiara jatuh begitu saja, begitu dengan Tyara yang ikut terjatuh.

Seorang Pemimpin Yang HandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang