Sebagian besar murid SMA GARUDA TERPADU menghabiskan waktu istirahat mereka di Kantin. Menyebalkan sekali, waktu istirahat hanya dua puluh menit. Untuk berjalan ke Kantin saja lama, belum lagi mengantre makanan.
Seperti Shera dan teman temannya. Mereka kini telah berhadapan dengan sepiring siomay. Ada Selena, Veline, Rengganis, Chika, dan Aurora. Saat sedang sibuk memakan siomay masing masing, es teh manis yang mereka pesan datang.
"Denger denger Rafka udah bukan Nonis." celetuk Shera, sembari memakan siomay yang ia tusuk menggunakan garpu.
Teman temannya sontak membelalakkan matanya. Veline buru buru meminum es teh manisnya. "Maksudnya masuk Islam gitu?"
Shera mengangguk. Membuat teman temannya melongo. Yang lebih terkejut adalah Selena dan Veline. Selena masih tidak bergerak dengan sendok yang ada di tangan kanannya.
Sementara Veline, dia mendadak teringat hari dimana Rafka bercerita padanya tentang Selena. Hari itu, Veline menyuruhnya untuk memasuki agama yang sama dengan Selena. Tetapi, apakah dia benar benar masuk Islam karena Allah? Atau hanya karena mencintai Selena?
Kedua mata Veline kini tertuju pada Selena yang ada di hadapannya. Yang benar saja Rafka itu, memangnya Selena mencintai Rafka? Veline dan Shera saja yang sahabat dekatnya tidak tahu. Selena tak pernah menceritakan orang yang dia cintai padanya.
"Ngomong ngomong, lo dapet dari mana informasi itu? Siapa tahu hoax, masalah agama, nih," sahut Aurora, langsung mendapat anggukan kepala dari Rengganis yang ada di sampingnya.
Shera menghentikan aktivitas makanya. "Masalah bener atau enggaknya, sih, gue nggak tahu. Gue juga baru denger dari Asher kemaren, terus nggak sengaja juga lihat Rafka pake Koko sama Sarung masuk ke Masjid pas gue pulang dari Penjara."
Teman temannya mengangguk. Tapi tunggu, Asher?
"Asher? Tahu dari Asher? Jalan juga sama Asher? Sekarang lo sama Kutu Kuda itu? Aduh, yang dulu musuhan sekarang jadi lopek lopek." goda Chika sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Mendengar itu, Shera ingin sekali muntah. Sementara yang lain tertawa. Shera mengambil beberapa helai tisu dan meremasnya, kemudian ia lempar sampai mengenai wajah Chika.
"Enak aja gue sama dia, mana mau gue."
Mereka semakin tertawa melihat wajah Shera yang merengut. Walaupun Asher sekarang tidak se-menyebalkan dulu, tetap saja. Untuk saat ini, hatinya masih terdapat cinta untuk Rendra. Entah sampai kapan ia bisa melupakan cowok itu, dan membuka hati untuk Asher Bagaskara.
Rengganis tersenyum jahil. "Tapi iya nggak, sih, kiw kiw Pak Ketos sama Bu Waketos." kompornya.
Shera semakin membulatkan matanya. Dasar teman temannya. Mentang mentang sekarang Shera adalah pasangan ketua Asher, mereka terus saja menggodanya.
Iya. Tadi, ia di panggil oleh Kepala Sekolah dan Pak Regan. Di ruangan itu, rupanya ada Asher dan Tirta. Shera tidak menyadari bahwa Asher dan Tirta pergi sejak lama dari kelas.
Waktu itu, Tirta mengatakan bahwa ia akan menyerahkan jabatannya sebagai wakil ketua OSIS kepada Shera. Ucapan Shera saat itu memang benar. Tirta memang tidak bertanggung jawab. Tirta pun merasakan hal yang sama. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri, dan orang orang yang ia sayangi. Ingat ketika hari dia mengetahui bahwa empat temannya hilang, yang pertama kali ada dalam pikirannya adalah Veline. Dia tidak memikirkan yang lain.
Karena Shera menerimanya, Kepala Sekolah dan Pak Regan pun menyetujui permintaan Tirta. Mereka pun akan mengurusnya dengan segera.
"Sel, peluang besar buat lo. Udah satu iman, tuh. Rafka juga suka sama lo." Veline tersenyum menggoda Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Pemimpin Yang Handal
Teen Fiction______________ "Seorang pemimpin yang handal tidak akan menghitamkan mawar putihnya." Asher menatap Shera dengan lekat. "Gue tahu itu." *** Shera kira, bersekolah di sekolah yang sejak dulu ia inginkan akan menjadi sebuah kebahagiaan, namun ternyat...