4. Luka?

485 27 2
                                    

Selamat datang di cerita
"Namanya Sagara"
💓💓💓

"jangan natap aku kayak gitu!," Tasya membuka suara di dalam keheningan malam yang hanya terdengar suara rintihan hujan. Ya malam ini hujan turun deras sekali.

"Ngapain kesini? Lo tahu resiko masuk kamar cowo malem-malem kan? Lo udah bukan anak kecil lagi-" Saga berhenti berceloteh sebentar kala melihat Tasya yang hanya terdiam sambil melihat dirinya "ngapain ngelihatin kayak gitu?," tanya Sagara.

"Ngapain kesini? Lo tahu resiko masuk kamar cowo malem-malem kan? Lo udah bukan anak kecil lagi-" Saga berhenti berceloteh sebentar kala melihat Tasya yang hanya terdiam sambil melihat dirinya "ngapain ngelihatin kayak gitu?," tanya Sagara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Luka kamu... Kamu tadi bohong kan? Aku denger semuanya" ujar Tasya, namun Sagara tidak memberi reaksi apapun, raut wajahnya tampak datar.

"Terus?,"

"Maafin kak Raga, kak Raga cuma mau ngelindungin aku aja" Tasya yang merasa bersalah memalingkan tatapannya kebawah.

"Gue tahu"

"Emh, jadi kemarin yang anterin aku ke sekolah itu kamu?," pertanyaan Tasya itu hanya mendapatkanbalasan berupa kedipan mata dan anggukan dari Sagara.

"Makanya juga, kemarin kamu datang ke sekolahan aku pas pulang sekolah kan? Terus juga tadi pagi kamu bilang kayak gitu pas aku pergi sekolah juga karena itu kan? Bodoh banget sih aku gak peka-peka, padahal tadi pagi jelas-jelas aku lihat motor kamu yang mirip banget sama kayak punya kak Raga" dikala celotehan Tasya yang begitu banyak, Sagara hanya mendengarkan saja, ia sama sekali tidak bereaksi atau mengatakan apapun untuk menjawab Tasya.

"Sebenarnya aku mau minta maaf karena udah salah paham sama kamu, maafin aku udah ngatain kamu yang jelek-jelek, maafin aku udah berusaha ngusir kamu dari rumah ini" disaat bersamaan dengan kalimat terakhirnya, Tasya mengangkat wajahnya dan menatap mata elang Sagara, menampilkan puppy eyes miliknya pada Sagara.

"Udah gitu aja? Yaudah sekarang lo balik ke kamar lo, abis itu tidur. Bocil ga boleh begadang" tangan Sagara terulur untuk mengusap rambut halus Tasya, sedangkan Tasya malah tidak sengaja melihat luka Sagara.

"Itu lukanya udah di kasih obat?," tanya Tasya

"Udah gue cuci pakai air"

"Kok gitu sih?! Namanya luka harus di obatin! Sebentar biar aku ambilin kotak P3K dulu. Bunda pernah bilang kalau kotak P3K di kamar tamu itu ada di laci" Tasya membuka laci yang berada tepat di samping kasur milik Sagara.

"Sini aku bantuin obatin" Tasya kembali duduk di sofa tepat di samping Sagara, lalu mengarahkan pandangannya kearah Sagara.

"Shh pelan-pelan" rintih Sagara saat Tasya mulai membaluri luka Sagara dengan obat.

"Ini udah pelan-pelan, katanya cowo! Masa gini aja kesakitan" karena sedikit bosan, akhirnya Tasya memiliki ide untuk sedikit lebih menekan luka Sagara saat membaluri obatnya.

"Shhhh" Sagara yang merasa nyeri secara mendadak reflek memegang tangan Tasya.

Suasana menjadi hening dengan tangan Sagara yang memegang tangan Tasya ditambah dengan tatapan kosong keduanya yang saling membalas semakin menambah keheningan dikamar tersebut.

Namanya SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang