8. Satu Minggu

292 21 1
                                        

Selamat datang di cerita
"Namanya Sagara"
💓💓💓

Jangan lupa vote, dan komen untuk dukung author ya🫶🫶🫶

'Tok tok tok'

Sagara mengetuk pintu kamar Reza, sebab beberapa saat yang lalu setelah makan malam Reza menyuruh anak semata wayangnya itu untuk menemuinya dikamar yang ia tinggali sementara ini. Ketika di Jakarta Reza memang sudah sering memanggil Sagara agar menemui nya dikamar atau ruangan kerja miliknya. Reza biasa memanggil Sagara kekamaranya hanya sekadar untuk melakukan tugasnya sebagai seorang orang tua tunggal dengan baik.

Sebagai seorang orang tua tunggal pastinya tidak mudah dilakukan oleh Reza, ia harus bisa tetap berdiri tegak di hadapan anak semata wayangnya agar tetap tegar menghadapi kenyataan bahwa perempuan paling berharga dihidupnya telah meninggalkan dunia ini.

Reza biasanya akan mengajarkan sedikit demi sedikit bagaimana mengurus perusahaan yang akan ia wariskan nantinya kepada Sagara, namun tidak hanya itu saja, Reza malah lebih sering memanggil Sagara kekamaranya hanya untuk sekadar menghabiskan waktu bersama sebagai sebuah keluarga kecil. Biasanya mereka berdua akan bermain game bersama, bercanda, menonton bola dan yang lainnya.

Sebagai seorang ayah, tentunya Reza bisa merasakan perbedaan perubahan sifat yang sangat besar pada Sagara yang saat itu belum mengenal Raga dan saat Sagara sudah mengenal Raga.

Namun, bagi Sagara sendiri Agofras adalah sebuah geng yang ia kumpulkan bersama bocah-bocah nakal yang hanya bisa membuat onar pada masanya, jadi selama ini Sagara tidak pernah menceritakan tentang hubungannya dengan Raga ataupun keberadaan Ago kepada papanya.

Walaupun tidak tahu apa penyebab anaknya itu bisa berubah menjadi lebih dewasa, Reza tetap merasa bersyukur, karena sebelum terjadi perubahan tersebut Reza benar-benar merasa ingin sekali meneteskan air matanya setiap kali melihat anak semata wayangnya itu pulang sekolah dengan penampilan tidak rapih.

Reza merasa gagal pada masa itu dimana mama Sagara telah meninggal dunia. Ia benar-benar sangat terpukul pada saat itu, tapi walaupun begitu Reza tetap berusaha melakukan tugasnya sebagai seorang ayah dengan baik.

Setelah kehilangan perempuan yang paling berharga dalam hidupnya, Sagara mulai mengalami gejala-gejala yang tidak biasa di lakukan oleh orang normal. Gejalan itu semakin lama semakin membuat Reza merasa khawatir akan keadaan Sagara

Akhirnya Reza memutuskan untuk memeriksakan Sagara ke psikiater secara diam-diam. Dada Reza serasa dihantam oleh batu besar yang panas sehingga membuatnya terasa sesak saat ia harus menerima fakta bahwa anak semata wayangnya itu mulai mengalami gejala depresi ringan.

Mulai saat itu Reza tidak berani melarang apa yang ingin dilakukan oleh Sagara, entah hal itu baik atau buruk, bagi Reza itu bukan masalah, asalkan anak semata wayangnya itu masih bisa merasakan bagaimana indahnya hidup di dunia yang singkat ini.

"Papa? Ini Sagara" ujar Sagara lalu membuka pintu kamar Reza.

Setelah menutup pintu, Sagara secara perlahan melangkahkan kakinya menuju sofa dimana diatasnya terdapat beberapa lembar map, Sagara sudah nenebak bahwa di dalam map itu terdapat beberapa hal penting tentang pekerjaan yang saat ini sedang papanya kerjakan.

"Yang di map ini pekerjaan papa ya?," tanya Sagara saat Reza baru saja keluar dari kamar mandi.

Reza tersenyum sembari menganggukkan kepalanya lalu menghampiri Sagara, "iya ini juga udah hampir selesai" ujarnya kemudian mengambil beberapa map yang masih berserakan, mengumpulkannya menjadi satu agar lebih rapi, sehingga mereka berdua bisa duduk dengan nyaman di sofa.

Namanya SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang