11. Menarik

272 23 10
                                    

Selamat datang di cerita
"Namanya Sagara"

Wahai para Awirrrrrrr ku💓💓💓

Jangan lupa untuk vote dan komen ya, biar author ini semakin semangat nulisnya 🙂‍↔️


*******

"Membuka mata untuk melihat kebenaran tidak semenakutkan seperti yang kita bayangkan"

Kalissa Anastasya Azzahra


*******

Hari semakin Sore, tapi Reza dan kedua orang tua Tasya tak kunjung datang ke rumah sakit. Ruangan serba putih itu terasa sangat sepi, dokterpun juga sudah mengecek keadaan Sagara satu jam yang lalu. Semuanya fokus pada hpnya masing-masing, namun tampak sangat menonjol, sebab ia terlihat sangat bersemangat saat bermain dengan hpnya.

"Kalian makan aja dulu, gue bisa jaga diri" pinta Sagara agar ketiganya bisa melepaskan rasa lapar di dalam perut mereka.

Pasalnya dari pagi ketiga remaja itu selalu ada di sampingnya, sampai-sampai belum sempat makan sedikit pun, bahkan baru saja terdengar suara gemuruh dari dalam perut Bintang, sepertinya cacing-cacing di dalam perut Bintang sudah tidak kuat lagi menahan lapar.

"Terus kak Sagara gimana?," tanya Bintang karena ia merasa tidak enak pada Sagara, ia merasa Sagara mengatakan hal itu disebabkan oleh suara yang berasal dari cacing-cacing di dalam perutnya.

"Gimana apanya? Gue udah gede kali Bin, apalagi gue cowo, jadi udah pasti gue bisa jaga diri. Jadi kalian gak usah khawatir, kalian makan aja yang tenang di kantin" jika boleh tertawa, Sagara rasanya ingin sekali melakukannya.

Bagaimana bisa seorang Sagara Caesar Airlangga, di perlakukan seperti itu. Sagara tidak selemah itu sampai tidak bisa menjaga dirinya sendiri saat ini.

"Iya-iya sipaling cowo" Tasya berdiri dari duduknya, menghampiri Sagara yang sedang berbaring di ranjangnya, "Arghhh, apa sih Ca?!," teriak Raga saat tiba-tiba saja tangan Tasya sedikit menekan luka Sagara, bibirnya terbuka lebar mengeluarkan suara yang sangat keras, merebut keheningan di dalam ruangan putih itu.

"Katanya cowo? Tapi lukanya keseonggol dikit udah teriak-teriak gak jelas! Udah Bin, mendingan kamu sama kak Raga ke kantin aja, entar bawain aku makanan. Biar aku yang jagain kak Sagara disini-" usulannya itu terpotong mentah-mentah oleh Raga.

"Gak!," sahut Raga.

Sudah pasti Raga tidak akan setuju jika Tasya berduaan saja dengan Sagara, ia tidak akan Sudi membiarkan dirinya dan adiknya dekat-dekat dengan laki-laki itu, "Kenapa?," tanya Tasya.

"Biar kakak aja yang disini" sontak semuanya terdiam mendengar penuturan Raga itu.

Bagaimana mereka tidak terdiam, sebelumnya Raga sendiri selalu berusaha agar menjauhkan dirinya dari Sagara, sedangkan kali ini Raga bersedia berada di dekat Sagara tanpa ada tatapan mata yang memancarkan rasa tidak suka.

Tasya dan Bintang saling pandang, memberi kode mata seolah keduanya saling menukar isi pikiran, jika Tasya dan Bintang saja terkejut, apalagi Sagara.

Walaupun sebelumnya Raga sudah mau menjaga dirinya selama semalaman, tapi itu semua karena perintah bukan karena keinginan Raga sendiri, berbeda dengan kali ini dimana Raga yang memiliki niatnya sendiri.

Bintang segera menyenggol lengan Tasya yang masih terdiam tidak percaya agar segera pergi keluar, meninggalkan kedua teman lama itu sendirian di dalam kamar rawat inap.

Namanya SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang