11

180 21 7
                                    

Di sini lah Rosè dan Rio sekarang, di depan sebuah bengkel untuk memasang knalpot baru Lisa setelah mereka beli di toko. Karena Lisa lah yang memenangkan balapan mereka tadi.

"Lo penah gak sih liburan sama kelurga kek gitu?, gimana sih rasa nya?."tanya Lisa tiba-tiba. Saat mereka berdua menunggu knalpot Lisa siap di pasang.

"Maksud lo?."tanya Rosè bingung.

"Itu!, lo pernah nggak kek gitu sama daddy mommy lo?."tanya Lisa menunjuk ke arah sebuah rumah mewah dekat bengkel, diamana di sana ada dua orang dewasa menemani anak balita yang belajar menaiki sepeda nya.

"Mmm, pernah. Tapi cuman sekali."jawab Rosè tapi mata nya kerumah besar itu.

"Gimana rasa nya?, soal nya gua gak pernah. Mommy sama daddy gua sibuk banget sama kerjaan mereka, dan gak peduli sama gua."tutur Lisa menatap Rosè dengan sendu.

"Gak tau juga, karena waktu itu mereka ngehabisin waktu sama gua hanya untuk kepuasan ego mereka masing-masing, jadi gua juga gak tau gimana rasa nya."ucap Rosè tersenyum masam pada Lisa lalu kembali menatap kerumah besar itu.

"Tapi gua yakin, walaupun semua palsu gua tetap tertawa bahagia seperti anak kecil itu."lanjut Rosè lagi.

"Tapi bukan kah itu lebih baik dari pada tidak sama sekali?, karena jujur walau pun hanya palsu atau sesat gua pengen banget ngehabisin waktu sama orangtua gua."tutur Lisa terdengar kesedihan dari suara nya.

"Kalau gua, lebih memilih tidak usah sama sekali dari pada palsu. Coba lo bayangin saat harapan tulus lo di kabulin dan lo sangat bahagia. Tapi nya tanya itu hanya kepalsuan dan daddy mommy lo sebenara nya tidak bahagia."jelas Rosè.

Mendengar penjelasan Rosè, membuat Lisa diam, dan Rosè juga ikut diam. Mereka hanyut dalam pikiran mereka masing-masing, dan mata tidak terlepas dari pemandangan keluarga bahagia itu.

"Orang tua gua selau sibuk dan mentingin pekerjaan, mereka bahkan sering gak pulang sampai berbulan-bulan, sekali nya peulang hanya bebarapa jam lalu pergi lagi, kadang luar kota kadang juga di luar negri."keluh Lisa setelah sekian lama mereka terdiam.

"Kalau orang tua gua udah cerai saat umur gua sepuluh tahun, karena gak ada yang mau ngerawat gua. Mereka sepakat akan nampung gua secara bergilir sebulan di rumah Mommy, sebulan di Daddy. Tapi seminggu kemudian mereka pergi keluar negri untuk urusan kerjaan dan sampai sekarang gua gak pernah ketemu mereka lagi, telfon gua pun di angkat hanya sesekali, dan teransferan uang rutin sebulan sekali dari mereka hanya itu tidak ada lagi."

jelas Rosè mencritakan ke adaan keluarga nya pada Lisa dengan muda padahal Rosè bukan orang seterbuka itu. Ntah kenapa kalau Lisa dia mudah bercerita, begitu juga Lisa dia pun sperti Rosè.

"Mereka bercerai karena apa?."tanya Lisa hati-hati.

"Karena hubungan sepihak, hanya mommy gua yang mencintai tapi tidak dengan daddy, karena mommy selalu mengejar dan meyakin kan daddy bahwa cinta akan ada jika terbiasa hingga mereka menjlian hubungan hingga jenjang pernikahan, lalu gua hadir di dunia ini. Tapi daddy gua tidak pernah mencintai mommy, dan malah mencintai wanita lain membuat mommy muak begitu juga daddy muak dengan pernikahan mereka dan memilih berpisah."jelas Rosè, alasan orang tua nya bercerai.

Grep!

"Lo baik-baik  aja kan?."ucap Lisa prihatin sambil memeluk Rosè lembut.

"Tidak ada anak yang baik-baik saja saat orang tua nya bercerai Lisa."tutur Rosè hampir menangis karena usapan menghibur Lisa di punggung nya.

"Lo kuat, lo hebat bisa bertahan sampai sekarang. Gua bangga sama lo."ucap Lisa semakin mengerat kan pelukan nya saat Rosè menggenggam unung baju nya erat.

"Makasih banyak, lo orang pertama yang nanyain ke adaan gua saat tau orang tua gua bercerai."ucap Rosè tulus setelah melepas diri dari pelukan Lisa.

"Anu, dek?."panggil tukang bengkel pada mereka merasa tidak enak.

"Iya pak?."saut Lisa.

"Ini motor nya udah berses dek."beritahu nya pada mereka, sambil mendorong motor Lisa ke luar bengkel.

"Berapa pak?."tanya Rosè merogoh kantong nya.

"Lima ratus ribu dek."ucap tukang bengkel.

"Ini pak, makasih ya pak."Rosè memberikan uang nya pada tukang bengkel itu.

"Sama-sama dek, mari."ucap nya lalu kembali bekerja.

"Gua duluan ya, masih ada urusan."ucap Rosè menaiki motor nya.

"Thanks atas knalpot baru nya, sering-sering lo ajak gua balapan."songong Lisa.

"Dih songong bener, lain kali lo pasti gua kalahin."sewot Rosè.

"Hahahaha, mimpi lo!."ejek Lisa.

"Serah lo dah, gua buru-buru  mau pergi."ketus Rosè, saat hendak menjalankan  motor nya dia berhenti.

"Alasan orang tua gua cerai jan sampai bocor, kalu bocor pasti lo pelaku nya. Karena Jennie dan yang lain gak tau alasan orang tua gua cerai."peringat Rosè pada Lisa.

"Aman, gua gak sebocor itu "ucap Lisa yakin.

"Ingat, ini rahasia kita berdua."ucap Rosè pergi melajukan motor nya meninggalkan Lisa yang senyum kegirangan.

"Rahasia kita berdua?, sederhana tapi bisa buat gua se senang ini."gumam Lisa dengan wajah berseri. Dia lebih sennag mendengar kata-kata Rosè dari pada menang balapan dan dapat knalpot baru nya.
.
.
.
.
.

"Gimana dengn renana lo Suzy?."tanya Sana pada Suzy.

"Hampir selesai,  gua akan buat Rosè di keluarkan dari sekolah ini sesegera mungkin."ucap Suzy yakin.

"Tepat nya kapan?, gua udah gak sabar. Jan sampai usaha kita neror dia dan suruh bikin ke kacauan di sekolah menjadi sia-sia."tutur Somi.

"Tenang aja, Rosè pasti bakal di keluarkan, baru setelah nya kita keluarkan Lisa dari sekolah. Dan kita akan menjadi satu-satu nya perngusa sekolah ini."ucap Suzy dengan penuh percaya diri dan ke yakinan tinggi.

"Jika Rosè tetap tidal di keluarkan dari sekolah gimana?."tanya Sana memikirkan hal terburuk.

"Kita paksa, bahkan jika harus mencelakai orang juga harus di lakukan, Lisa dan Rosè tidak di keluarkan dari sekolah, maka kita hacurkan saja dia."semirik Suzy jahat.

"Lo gak ada dendam pribadi dengan merkeka kan?."curiga Somi.

"Gak ada, gua hanya gak suka ada orang lain yang di puji-puji dan di bangga-banggaim oleh guru dan murid-murid sekolah ini keculai gua tau anggota osis ini."tutur Suzy menunjukan ketidak sukaan nya, padahal itu bukan hal yang besar, dan iri hati bukan hal yang patut di banggakan.

Mendengar itu Sana dan Somi tersenyum senang, dan saling lirik satu sama lain dengan tatapan yang sulit di arti kan

"Bodoh." Batin seseorang.

.

.
Bersambun...............
.
.
Iri hati adalah penyakit yang harus di hilangkan............
.
.
Apa kah akan ada penghiyanantan dia antara para penjahat?............
.
.
See you next cahapter.
.
😘😘

Bad girl vs Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang