BG 18

149 24 13
                                    


Di sebuah taman di pusat kota, tempat yang ramai dan tentram. Banyak orang yang pergi kesana malam atau pun siang, karena tempay nya mememang seru.

Begitu juga dengan Lisa yang datang malam ini ke taman itu, untuk menikmati angin malam sambil barbequan di sebuah tenda yang mereka sewa dan tersedia di taman itu.

"Aaaaaa."ucap Sandra pada Lisa menyodorkan daging panggang yang sudah matang dan di tiup.

"Bagaimana?, enak?."tanya Marco penasran.

Mata Lisa membola kaget, dan wajah nya berseri.

"Ini enak banget dad, daging panggang terenak yang pernah Lisa makan!."pekik Lisa sambil meminta suapan lagi pada Mommy nya.

"Hahahaha, ternyata kemampuan daddy masih belum hilang."bangga Marco.

"Emang daddy dulu pandai masak?."tabya Lisa masih di suapi oleh Sandra.

"Dihhh, asal kamu tau ya, daddy dulu sangat jago masak dan cita-cita daddt menjadi chef. Tapi karena almarhum kakek mu sakit terpaksa daddy yang mengurus perusahaan nya."cerita Marco pada Lisa.

" kakek, nenek orang nya seperti apa?, lalu daddy waktu sekolah gimana?, lalu daddy sama mommy dulu ketemu giamana?."tanya Lisa penasaran dan antusias, dia sangat senng akhir nya di beisa bercerita dengan mommy daddy nya.

Sandra dan Marco saling membagi tatapan satu sama lain, dan menatap Lisa sendu. Ternyata putri mereka begitu sangat merindukan kebersamaan mereka seperti ini, dan mereka sebagai orang tua terlalu buta akan hal itu.

"Cerita nya panjang, tapi daddy akan cerita."putus Marco sambil meletakan tiga botol soda di depan mereka.

Dan mendengar itu tawa Lisa semakin lebar dan hati nya tersa membengka karena terlalu senang.

Marco mulai bercerita, dan sering di timpali oleh Sandra dan mereka sedikit berdepat lalu kembali tertawa, Lisa dengan tenang menikmatai saat-saat itu. Sungguh dia merasa sangat bahagia.
.
.
.
.

"Wow, ini sangat cantik!, aku beli!."pekik Joy girang menangkap sebuah tas branded.

"Tidak!, ini milik ku!."perotes Jennie yang sudah memegang sisi lain tas itu.

"Jennie ini milik ku, aku yang lebih dulu melihat nya!."protes Joy.

"Tapi aku yang lebih dulu menyentuh nya!, jadi tas ini milik ku!."kekeh Jennie.

"Punya ku!."cengkram Joy kuat.

"Punya ku!."Jennie tak kalah kuta mencengkram nya.

"Permisi nona-nona, jangan berantem nanti tas nya rusak."seorang karyawan toko iti berusaha melerai mereka.

"Diam!."teriak Jennie dan Joy barengan.

"Mbak, udah biarin aja."ucap Irene menarik karyawan itu.

"Tapi mbak."ucap nya ragu.

"Jika rusak tinggal minta ganti rugi. Mereka kaya."ucap Irene santai sambil melihat ke rak sepatu.

"Apa sepatu ini ada warna lain?."tanya Irene karena karyawan itu masih kebingungan.

"Oh, ada mbak. Tunggu sebentar saya ambil kan."ucap nya pamit dan Irene mengangguk.

Irene duduk di sebuah sofa tempat menunggu, menatap malas pada Joy dan Jennie yang masih ribut perihal tas itu. Irene menghela nafas resah.

"Jika ada Rosè, mereka pasti sudah di lerai."gumam Irene memijat kepala nya pusing.

Setelah bergumam seperti itu, seperti sebuah ke ajaiban Irene tiba-tiba melihat Rosè di toko sebrang tepat nya toko alat musik.

Bad girl vs Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang