Pada hari yang telah dijadwalkan, Howard menuju ke bandara utama Centurion, yaitu Bandara Steinburg. Dia menuju ke lokasi yang menjadi titik pendaratan pesawat yang ditumpangi oleh Humbert Holt, putra tertua Presiden Morgen.
Howard sempat berpikir bahwa misi tersebut hanya dibebankan kepada dirinya. Namun, asumsi tersebut ternyata salah karena dia bertemu dengan Dino dan Richard yang sudah menunggunya sejak tadi.
“Apa kau baru bangun tidur, Pemalas?” ucap Dino dengan sikap yang mengesalkan seperti biasanya. “Tutup mulutmu, Nomor Dua!” balas Howard dengan kata-kata yang tidak kalah pedas.
“Brengsek! Jangan sombong hanya karena kau pernah mengalahkanku satu kali!” sahut Dino yang terlihat menggeram. Melihat perseteruan Howard dan Dino, Richard berusaha untuk melerainya dengan kepala yang dingin.
“Kalian seperti anak kecil saja. Kesampingkan dulu ego kalian! Kita tidak boleh lengah sedikitpun dalam menjalankan misi ini,” ucap Richard.
“Awas, aku akan menghajarmu setelah ini!” sahut Dino sembari mengacungkan jari tengahnya. “Aku akan dengan senang hati meladenimu kapanpun dan di manapun,” balas Howard dengan senyuman sinis.
Setelah situasi kembali tenang, mereka bertiga saling berjaga dan mengamati situasi di sekitar landasan pesawat bandara tersebut. Sejauh ini, masih belum ada tanda-tanda pergerakan dari musuh.
Sekitar satu jam kemudian, pesawat yang ditumpangi oleh Humbert Holt terlihat dari kejauhan. Pesawat itu menurunkan kecepatannya dan mendarat secara perlahan-lahan dengan aman.
Usai pintu pesawat terbuka, satu per satu penumpang turun secara bergiliran dengan memanfaatkan tangga yang disediakan oleh para petugas. Di antara kerumunan para penumpang, Humbert terlihat didampingi oleh beberapa pengawal berjas hitam.
Ketika Humbert baru menginjakkan kakinya ke atas tanah, suasana di sana berubah menjadi kepanikan. Dia telah disambut oleh sesosok berjubah hitam dan bertopeng tengkorak beserta sabit merah yang siap dihunuskan.
Humbert berhasil selamat dari serangan pertama pembunuh itu berkat bantuan dari pengawalnya. Meskipun para pengawal itu gugur dalam sekejap mata, keberanian dan tindakan heroik mereka sangat patut diacungi jempol.
“Sialan! Sejak kapan pembunuh itu berada di sana,” ucap Howard yang kebingungan. Tanpa pikir panjang, dia beserta Dino dan Richard langsung berlari dengan kecepatan penuh untuk menyelamatkan putra Pak Presiden.
Howard dan Dino melayangkan sebuah pukulan secara bersamaan ke arah Dewa Kematian. Serangan mereka dihindari dengan mudah oleh si Dewa Kematian. Dia membalas serangan itu dengan ayunan sabit yang sangat cepat.
Sementara itu, Richard menarik lengan Humbert dan menjauhkannya dari medan pertempuran. Dia juga berteriak kepada para petugas bandara untuk mengevakuasi seluruh orang yang ada di sana. Takutnya, Dewa Kematian memasang bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Dewa Kematian tidak membiarkan targetnya lepas begitu saja. Dia bergerak meninggalkan Howard dan Dino dan berusaha untuk mengejar Richard dan Humbert yang menuju ke arah pintu keluar.
Tentu saja, Howard dan Dino langsung menghadang Dewa Kematian dengan cekatan. Mereka mengeluarkan berbagai serangan kombinasi yang membuat Dewa Kematian menjadi semakin waspada.
“Aku sudah memburu sejak lama. Kau pasti masih ingat tentang tragedi pembantaian di kereta pada malam itu. Siapa sebenarnya dirimu? Apa tujuanmu melakukan semua ini?” tanya Howard dengan emosi yang menggebu-gebu.
“Itu bukan urusanmu,” balas Dewa Kematian. Suaranya terdengar sangat dingin seperti robot. Kemungkinan, dia menggunakan alat pengubah suara untuk menyamarkan suaranya agar tidak bisa diidentifikasi.
Saat mereka berdua sibuk bertarung, mereka mendengar suara kerusuhan dari arah pintu keluar. Mereka berdua kaget karena mereka melihat sebuah robot yang tinggi besar sedang menyerang area tersebut secara membabi buta.
Kedatangan robot itu sempurna memblokir rute pelarian Richard dan Humbert. Mereka tidak bisa lari ke mana-mana. Richard terlihat melawan robot itu sembari melindungi Humbert dengan sekuat tenaganya.
“Dino, pergi dan bantulah Richard! Biar aku yang menangani Dewa Kematian sendirian!” teriak Howard dengan sangat keras. Dino hanya menuruti permintaan Howard tanpa banyak berkomentar.
“Pilihan yang sungguh bodoh. Aku akan membunuhmu dalam sekejap mata,” ucap Dewa Kematian dengan suara yang menakutkan.
“Jangan bicara omong kosong! Aku yang akan menghabisimu dengan kedua tanganku. Dendamku akan terbalaskan jika kau sudah kubunuh,” balas Howard sembari mengeluarkan pedang energinya.
Howard merasa sangat emosional saat dia berhadapan satu lawan satu melawan Dewa Kematian. Dia sudah lama menantikan momen ini sejak tragedi pembantaian di kereta. Anehnya, dia merasakan aura intimidasi yang kuat dari pengguna topeng tengkorak itu.
Setelah menepis keraguannya, Howard langsung mengayunkan pedang tersebut ke arah Dewa Kematian. Pedang energi tersebut ditangkis oleh Dewa Kematian dengan memanfaatkan sabitan.
Kedua senjata mereka saling beradu dan berbenturan selama beberapa detik. Namun, pedang energi Howard terpental karena tebasan sabit Dewa Kematian jauh lebih kuat dari perkiraannya.
Keseimbangan tubuh Howard lekas goyah hingga pertahanannya meninggalkan sebuah celah. Melihat hal tersebut, Dewa Kematian bergerak cepat dan mengayunkan sabitnya untuk menghabisi Howard dengan cekatan.
Namun, Howard langsung menyadari bahwa posisinya sedang terancam. Dia mengembalikan keseimbangan tubuhnya dan bermanuver dengan sangat lincah untuk menghindari serangan sabit itu.
Jika dibandingkan dengan malam itu, Howard kini telah berkembang sangat jauh. Dia bisa melihat pergerakan Dewa Kematian dengan cukup jelas meskipun kekuatannya belum bisa menyamai level pria bertopeng tengkorak itu.
Sejauh ini, Howard hanya bisa bertahan dan menangkis serangan Dewa Kematian tanpa bisa memberikan serangan balasan yang mampu berdampak fatal. Hal itu membuat dia jadi merasa sangat kesal dan frustasi dengan ketidakberdayaannya.
Belum lagi, fokus Howard semakin terganggu ketika dia melihat Dino dan Richard yang merasa kesusahan saat mereka berhadapan dengan robot yang bergerak secara otomatis sesuai perintah Dewa Kematian.
“Kau lebih baik mengkhawatirkan dirimu sendiri, Bodoh!” ucap Dewa Kematian sembari mengeluarkan beberapa tebasan sekaligus ke arah Howard.
“Jangan banyak bicara! Aku tidak butuh komentarmu, Pembunuh Brengsek!” balas Howard dengan nada yang meninggi. Dia mengingat-ingat kembali dendam dan kebenciannya agar kekuatannya bisa dia lepaskan secara maksimal.
Setelah itu, Howard meningkatkan energi bintang pada tubuhnya secara bertahap. Dia juga mengatur output energi pada pedangnya ke tingkat maksimum. Tebasan demi tebasan pun dia keluarkan dengan cara yang agresif.
Howard mengeluarkan berbagai jurus pamungkasnya, seperti Horizontal Cutter, Shadow Slash, Diagonal Slash, dan Gear Slash secara bergantian. Normalnya, serangan itu mampu memberikan luka pada musuhnya.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi Dewa Kematian. Dia terlihat sangat tenang saat menghadapi serangan-serangan Howard. Gerakannya menunjukkan bahwa dia adalah petarung yang terlatih dan berpengalaman.
Tidak seperti pada saat dia kabur setelah menyerang Willliam, Dewa Kematian saat ini terlihat jauh lebih sigap. Sepertinya, dia memang berencana untuk menghabisi musuh yang menghalangi jalannya.
“Seranganmu tidak ada apa-apanya, Bocah Lemah. Aku akan menunjukkan kekuatan sejati dari seorang Havenstar,” ucap Dewa Kematian dengan suara yang tinggi. Tiba-tiba, energi bintangnya terlihat seperti meluap-luap hingga ketakutan mulai menyelimuti tubuh Howard.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Ghost
ActionThe Spirit of Fallen Star Part 3 Hantu dari masa lalu mulai memberikan teror bagi publik dan mengancam stabilitas perdamaian yang diciptakan oleh Hexagon. Dia adalah pembunuh yang dicari-cari oleh Howard selama ini. Hexagon membentuk sebuah tim khu...