Setelah Doctor meminta restu kepada Raymond pada malam itu, dia langsung menemui Celandine dan mengungkapkan keinginannya untuk menikahi perempuan tersebut. Demi menambah kesan romantis, dia membawa sebuah cincin permata dan sebuket bunga mawar.
“Apa kau benar-benar serius ingin menikahiku, Fabio?” tanya Celandine dengan rasa tidak percaya. Jantungnya serasa mau copot saat Doctor mengangguk. Dia langsung menyetujui lamaran tersebut tanpa pikir panjang.
Selama ini, Celandine merasa sangat bahagia meskipun hubungannya dengan Doctor tidak terikat janji suci pernikahan. Setelah mengetahui niat serius pria itu, kebahagiaan itupun semakin bertambah sempurna.
***
Suasana markas yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi heboh ketika Doctor membawa seorang perempuan cantik bersamanya. Dia pun mengenalkan Celandine kepada mereka satu per satu.
Howard adalah satu-satunya orang yang tidak terkejut karena dia sudah mengenal perempuan itu sejak lama. Akan tetapi, reaksinya langsung berubah saat Doctor memberikan sebuah kabar yang sangat mengejutkan.
“Apa? Kalian berdua akan menikah?” ucap Howard beserta teman-temannya secara kompak.
“Mengapa kalian memasang reaksi seperti itu? Apa kalian menganggapku sedang bercanda?” balas Doctor dengan nada santai tapi serius. Rasa terkejut mereka perlahan berubah menjadi rasa bahagia karena orang yang sangat mereka hormati akan menempuh kehidupan yang baru.
Mereka pun sibuk memikirkan konsep pernikahan dan membuat persiapan semaksimal mungkin agar acara pernikahan Doctor terlihat megah dan meriah. Satu per satu dari mereka mengungkapkan isi pikiran mereka, tetapi Doctor menolaknya dengan halus.
“Aku menghargai ide dan saran dari kalian. Akan tetapi, aku ingin mengadakan pesta pernikahan yang sederhana tapi bermakna,” ucap Doctor dengan senyuman tulus. Tak lama kemudian, dia pergi bersama Celandine karena ada hal-hal yang perlu mereka persiapkan sebelum menjelang hari pernikahan.
***
Pernikahan Doctor digelar di sebuah gereja tua yang khas dengan nuansa renaisans di wilayah Rievers. Para tamu undangan tampak memenuhi seluruh kursi. Mereka terlihat sangat bahagia menyaksikan momen sakral tersebut.
Doctor terlihat sangat tampan dengan jas hitam. Dia meminta Don Giantino untuk mewakili ayahnya yang sudah tiada. Selain itu, dia juga meminta 45 untuk menjadi bridesman yang berjalan mendampinginya menuju ke altar pernikahan.
Kedua mata 45 terlihat sangat berkaca-kaca saat dia dipercaya oleh Doctor untuk mengambil peran itu. Baginya, hal itu adalah sebuah kehormatan besar. Dia yang biasanya terlihat konyol kini terlihat sangat berwibawa.
Sesampainya di altar pernikahan, Doctor dan Celandine mengucapkan janji suci dan sumpah setia mereka satu sama lain. Momen sakral tersebut disaksikan oleh pendeta dan seluruh hadirin yang ada di tempat itu. Tepuk tangan dan haru bahagia sontak memenuhi seluruh ruangan tersebut.
Margareth yang duduk di sebelah Howard tiba-tiba menyeletuk pelan dengan sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan. "Ehm, apa kau tidak iri dengan Doctor yang sudah menemukan cinta sejatinya?"
"Mengapa aku harus iri? Aku masih belum punya niat untuk menikah, lagipula perjalananku masih panjang untuk sampai ke tahap itu," balas Howard dengan santainya tanpa memahami maksud ucapan Margareth. Gadis itu pun kesal dan mencubit lengan Howard karena anak itu sama sekali tidak peka.
Saat mereka sibuk bergurau, pembawa acara pernikahan itu tiba-tiba meminta salah satu perwakilan dari pihak keluarga Doctor untuk memberikan sebuah sambutan atau pidato singkat. Dia mengucapkan sebuah nama sesuai dengan yang tertera pada protokol acara.
"Kepada saudara Howard Mercury, kami mempersilahkan Anda untuk naik ke atas podium," ucap pembawa acara tersebut. Howard langsung terkejut mendengar namanya disebut. Dia tidak mempunyai persiapan sama sekali, apalagi dia mempunyai demam panggung yang akut.
"Jangan bengong saja, Bodoh! Cepatlah pergi ke sana!" celetuk Margareth dengan singkat sembari tertawa. Teman-temannya yang lain juga turut mendesak Howard untuk segera memberi sambutan.
Dengan terpaksa, Howard berdiri dari tempat duduknya. Dia menata dasi dan pakaiannya terlebih dulu lalu dia berjalan dengan tegap menuju ke podium. Dia menatap tajam ke arah Doctor yang tampak tersenyum ringan. Semua skenario ini pasti adalah ulahnya.
Howard meraih microphone yang dipegang oleh pembawa acara. Dia menghela napas dalam-dalam sembari memejamkan kedua matanya agar dia bisa menenangkan dirinya yang grogi dan deg-degan. Baru setelah itu, dia memulai pidato otodidaknya.
"Para tamu undangan yang berbahagia. Saya mewakili teman-teman ingin menyampaikan rasa sukacita kami yang melimpah ruah pada hari yang bahagia ini. Pria yang berdiri di sebelah sana adalah sosok yang sangat kami hormati walau dia terkadang sangat menjengkelkan. Namun, dia telah membantu kami di setiap masa-masa yang sulit sehingga kami bisa bertahan sampai sejauh ini,” Howard mengambil jeda sejenak sebelum dia melanjutkan kalimatnya.
“Kami turut bahagia karena dia sudah menemukan cinta sejati yang akan menemaninya sehidup sepati ibarat sepasang burung merpati. Akhir kata, saya pribadi ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuan Fabio atau yang lebih akrab kami sapa dengan sebutan Doctor."
Usai mengakhiri kalimatnya, Howard menerima tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Namun, kepalanya tiba-tiba merasa pusing dan pandangannya perlahan kabur. Sambutan barusan ternyata sangat menguras energinya tanpa dia sadari. Tidak mengherankan, dia pun pingsan sampai membuat orang-orang di tempat itu panik.
Saat terbangun dari pingsannya, Howard merasa kaget karena ruangan pernikahan itu kosong. "Hei! Kemana orang-orang itu pergi? Apa ada musuh yang menyerang?" ucapnya secara spontan. Teman-temannya hanya tertawa melihat reaksi Howard yang sangat konyol.
"Para tamu undangan telah pergi satu jam yang lalu karena prosesi pernikahan telah selesai. Satu-satunya yang masih berada di tempat ini hanyalah kita," sahut Margareth dengan suara yang pelan.
"Aksimu tadi sungguh lucu, Howard. Aku pasti sangat malu jika aku menjadi dirimu," balas James sembari tertawa jahat. Howard langsung memasang wajah kecut usai dia mendengar ejekan dari anak itu.
"Kalian berdua jangan bertengkar! Berhubung Howard sudah sadar, ayo kita segera berfoto bersama!" ucap Doctor dengan penuh semangat. Sejak tadi, mereka memang sengaja menunggu Howard siuman agar mereka bisa berfoto bersama.
Mereka mulai menata posisi masing-masing dengan gaya andalan mereka di depan fotografer. Satu … dua … tiga … Sebuah foto yang membahagiakan pun terabadikan dengan sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Ghost
AcciónThe Spirit of Fallen Star Part 3 Hantu dari masa lalu mulai memberikan teror bagi publik dan mengancam stabilitas perdamaian yang diciptakan oleh Hexagon. Dia adalah pembunuh yang dicari-cari oleh Howard selama ini. Hexagon membentuk sebuah tim khu...